Tidur Cukup Mengurangi Perilaku Impulsif pada Anak
Kurang tidur dan latensi tidur yang lama berkaitan signifikan dengan perilaku impulsif pada anak. Orangtua didorong meningkatkan kebiasaan tidur yang baik pada anak.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tidur merupakan bagian penting dari kesehatan anak sekaligus memengaruhi perilaku mereka. Menurut studi terbaru dari Youth Development Institute, University of Georgia, Amerika Serikat, waktu tidur yang cukup dapat mengurangi perilaku impulsif pada anak.
Para peneliti menganalisis data dari Adolescent Brain Cognitive Development Study, sebuah studi perkembangan otak yang didanai oleh National Institutes of Health. Dengan mengolah informasi dari 11.858 anak berusia 9-10 tahun, mereka menemukan bahwa kurang tidur dan latensi tidur yang lama berkaitan signifikan dengan perilaku impulsif.
”Lingkungan yang penuh stres terbukti membuat anak bertindak cepat tanpa memikirkan akibatnya. Namun, ada juga yang tidak impulsif. Kami melihat apa yang menjelaskan hubungan tersebut. Salah satu mekanisme yang kami temukan adalah tidur,” ujar penulis utama studi itu, Linhao Zhang, dilansir dari Sciencedaily.com, Selasa (29/8/2023).
Masalah tidur, seperti latensi tidur dan perilaku impulsif, diperiksa pada beberapa momen tertentu selama dua tahun. Hasilnya, ketika anak tidur kurang dari sembilan jam seperti yang direkomendasikan atau membutuhkan waktu lebih dari 30 menit untuk tidur, hal ini berpengaruh terhadap perilaku impulsif.
Perilaku impulsif itu di antaranya bertindak tanpa rencana, mencari sensasi, dan kurang ketekunan. Tidur menjadi mediator tindakan-tindakan tersebut.
”Hiperkonektivitas neurologis, di mana otak remaja tetap sangat aktif bahkan ketika mereka tidak aktif melakukan tugas, juga berperan,” kata Zhang.
Studi yang dipublikasikan di jurnal Sleep Health tersebut mengamati jaringan otak yang terkait dengan perilaku. Ketika jaringan menjadi hiperaktif saat istirahat, hal ini dapat memperburuk hubungan antara lingkungan yang penuh tekanan, tidur, dan impulsif.
”Mungkin juga hiperaktif dan ADHD (gangguan mental yang menyebabkan sulit memusatkan perhatian) memiliki korelasi yang tinggi. Jadi, dalam penelitian selanjutnya, kita dapat mengujinya dalam konteks yang lebih klinis. Hal ini bisa berdampak besar pada program intervensi atau konseling,” jelasnya.
Hasilnya, ketika anak tidur kurang dari sembilan jam seperti yang direkomendasikan atau membutuhkan waktu lebih dari 30 menit untuk tidur, hal ini berpengaruh terhadap perilaku impulsif.
Menurut Zhang, temuan itu tidak hanya menyoroti peran tidur dalam perkembangan kognitif dan perilaku, tetapi juga menjadi masukan bagi intervensi berbiaya rendah untuk membantu perkembangan psikologis anak yang mengalami stres.
Waktu tidur terlalu sedikit akan menjadi masalah, bahkan di luar lingkungan yang penuh tekanan. Remaja, misalnya, sering memiliki ritme sirkadian yang diarahkan untuk begadang dan tidur lebih lama.
Namun, waktu mulai sekolah lebih awal dan menyelesaikan pekerjaan hingga larut malam dapat mengganggu ritme tersebut. ”Banyak remaja tidak punya cukup waktu untuk tidur sehingga mereka kurang tidur. Studi ini menunjukkan mengapa penting untuk meningkatkan durasi tidur yang lebih lama,” ujarnya.
Studi lainnya di University of Maryland School of Medicine, AS, menyebutkan, anak-anak usia sekolah dasar yang tidur kurang dari sembilan jam per malam memiliki perbedaan signifikan pada wilayah otak tertentu yang berpengaruh terhadap memori dan kecerdasan dibandingkan dengan mereka yang tidur hingga 12 jam per malam. Perbedaan tersebut berkorelasi dengan masalah kesehatan mental lebih besar, seperti depresi, kecemasan, dan perilaku impulsif, pada mereka yang kurang tidur.
Kurang tidur juga dikaitkan dengan kesulitan kognitif dalam ingatan, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan. Temuan ini dipublikasikan di jurnal The Lancet Child & Adolescent Health.
”Kami menemukan anak-anak yang kurang tidur, kurang dari sembilan jam per malam, memiliki volume lebih kecil pada area tertentu di otak yang bertanggung jawab atas perhatian, memori, dan kontrol penghambatan dibandingkan dengan mereka yang memiliki kebiasaan tidur sehat,” ujar penulis studi itu, Ze Wang.
American Academy of Sleep Medicine merekomendasikan anak usia 6-12 tahun tidur 9 hingga 12 jam per malam secara teratur untuk meningkatkan kesehatan yang optimal. Orangtua didorong meningkatkan kebiasaan tidur yang baik pada anak-anak mereka, termasuk menjadikan tidur cukup sebagai prioritas keluarga, menjaga rutinitas tidur teratur, mendorong aktivitas fisik di siang hari, dan membatasi waktu menatap layar.