Dampak Buruk “Screen Time” pada Anak Tidak Main-Main
Tidak hanya orang dewasa, banyak anak yang sulit terlepas dari gawai. Padahal, penggunaan gawai yang berlebihan pada anak bisa berdampak buruk bagi tumbuh kembang anak.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Gawai bukanlah sesuatu yang asing bagi anak. Bahkan, tidak sedikit anak berusia kurang dari dua tahun sudah akrab dengan gawai, baik untuk melakukan panggilan video dengan keluarga maupun bermain dan menonton video. Waktu di depan layar gawai bisa berdampak buruk bagi tumbuh kembang anak dan dapat mengganggu kemampuan berpikir anak.
Selain itu, anak yang terpapar gawai secara berlebihan juga berisiko mengalami obesitas, pola tidur dan kualitas tidur tidak baik, serta mengalami perkembangan yang terlambat. Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Tumbuh Kembang Pediatrik Sosial Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Ahmad Suryawan dalam seminar daring bertajuk “Urgensi Regulasi Screen Time untuk Keseimbangan Tumbuh Kembang Anak” di Jakarta, Rabu (30/8/2023).
Ia menyampaikan, orangtua diharapkan lebih sadar akan dampak dari penggunaan gawai terlalu dini pada anak. Ia juga berharap orang tua dapat lebih bijak mengatur penggunaan gawai untuk anak.
“Yang berbahaya itu screen time sedentari. Itu artinya, screen time dilakukan dalam kondisi fisik anak yang relatif diam dan pasif. Hal ini yang disinyalir menjadi penyebab berbagai masalah kesehatan dan tumbuh kembang anak,” tuturnya.
Ahmad, yang juga Ketua Divisi Tumbuh Kembang Departemen Ilmu Kesehatan Anak RS Umum Daerah Dr Soetomo/Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, mengatakan, screen time merupakan waktu yang digunakan anak untuk menonton berbagai media digital yang berbasis layar. Media itu termasuk televisi, komputer, perangkat seluler, tablet, dan lainnya.
Ia menuturkan, sejumlah riset membuktikan bahwa waktu di depan layar tidak selalu berdampak negatif. Waktu di depan layar bisa berpotensi memberikan manfaat apabila dilakukan dengan durasi yang tepat, konten yang sesuai, dan mode penggunaan yang tepat. Namun, penggunaan gawai untuk screen time pada anak usia di bawah dua tahun harus sangat diperhatikan.
Screen time merupakan lamanya waktu yang digunakan anak untuk menonton berbagai media elektronik atau digital yang berbasis layar. Media tersebut termasuk televisi, komputer, perangkat seluler, tablet, dan lain sebagainya.
Otak bayi pada usia tersebut masih imatur sehingga kemampuan untuk mentransfer pengetahuan dalam bentuk tiga dimensi amat terbatas. Kemampuan belajar dari kegiatan screen time belum dimiliki oleh anak usia di bawah dua tahun. Anak usia tersebut akan lebih maksimal mendapatkan kemampuan belajar dari interaksi langsung.
Itu sebabnya, anak usia di bawah dua tahun tidak dianjurkan menggunakan gawai untuk screen time. Waktu di depan layar sebaiknya hanya digunakan untuk panggilan video, terutama jika anak harus berkomunikasi dengan anggota keluarga yang ada di lokasi berjauhan. “Anak usia 24 bulan mempunyai kemampuan belajar berbagai kata- baru dari aktivitas live video-chatting,” kata Ahmad.
Ia menambahkan, sejumlah riset juga menunjukkan bahwa penggunaan gawai yang berlebihan pada anak, khususnya pada anak prasekolah usia 3-6 tahun berkaitan erat dengan obesitas. Sejumlah bukti memperlihatkan anak yang memiliki kebiasaan screen time berlebihan cenderung mengalami peningkatan indeks massa tubuh yang signifikan. Screen time berlebihan juga dapat meningkatkan berat badan pada usia anak selanjutnya.
Batasan waktu dua jam untuk durasi penggunaan gawai pun ternyata belum efektif. Sekalipun anak dibatasi waktu penggunaan gawai selama dua jam per hari ternyata masih didapatkan adanya peningkatan indeks massa tubuh. “Kondisi ini bisa disebabkan karena adanya paparan iklan makanan serta screen time yang dilakukan saat anak makan,” kata ucap Ahmad.
Selain obesitas, penggunaan gawai pada anak yang tidak bijak juga berpengaruh pada pola dan kualitas tidur. Semakin lama durasi anak menatap layar gawai ketika berada di kamar tidur, maka durasi tidur per malam akan menurun. Emisi cahaya biru yang dikeluarkan oleh layar gawai dapat menyebabkan terjadinya supresi melatonin endogen pada tubuh anak. Melatonin endogen sangat berpengaruh pada kualitas tidur seseorang.
Perkembangan anak
Ahmad menuturkan, dampak buruk lain yang perlu diperhatikan dari penggunaan gawai yang berlebihan yakni perkembangan anak. Durasi penggunaan gawai yang berlebihan pada anak usia dini berkaitan dengan gangguan kognitif, gangguan bicara dan bahasa, serta gangguan sosial-emosi. Penggunaan gawai berlebihan juga dapat mengganggu perkembangan di usia selanjutnya.
Menurut Ahmad, dampak pada perkembangan tersebut akan semakin buruk apabila interaksi antara orangtua dan anak rendah serta fungsi keluarga di dalam rumah tangga juga minim. Perlu diperhatikan pula bahwa perilaku orangtua di depan layar juga turut memengaruhi perilaku screen time anak.
Orangtua yang memiliki durasi penggunaan gawai yang tinggi biasanya cenderung memiliki interaksi dan pola bermain yang terbatas dengan anak. Kondisi tersebut dapat berpengaruh pada gangguan perkembangan anak.
Rekomendasi
Mengutip rekomendasi dari American Academy of Pediatrics (AAP), Ahmad menuturkan, waktu penggunaan gawai pada anak harus dibatasi. Pada anak usia di bawah 18 bulan sama sekali tidak dianjurkan menggunakan gawai kecuali hanya untuk melakukan panggilan video yang interaktif. Sementara untuk anak usia 18-24 bulan sebaiknya hanya memiliki konten yang berkualitas dan aktivitas screen time pun harus didampingi secara aktif oleh orangtua.
Pada anak usia di atas 24 bulan sebaiknya batasi penggunaan gawai maksimal hanya satu jam per hari. “Hendaknya dengan pendampingan orangtua untuk meningkatkan proses belajar anak. Pastikan pula tidak melakukan screen time saat di kamar tidur anak, saat makan, dan satu jam sebelum tidur. Jangan pula gunakan gawai untuk menenangkan perilaku anak,” kata Ahmad.
Ketua Umum IDAI Piprim Basarah Yanuarso menuturkan, penggunaan gawai memang memiliki manfaat pada anak. Namun, berbagai dampak buruk yang bisa ditimbulkan harus menjadi perhatian. Penggunaan gawai yang tidak tepat dapat mengganggu perkembangan keterampilan dan empati anak.
“Penggunaan gawai juga bisa berpengaruh pada keterampilan bicara anak. Terdapat anak usia sekitar dua tahun yang dilaporkan terlambat bicara setelah puasa gadget selama sebulan ternyata mengalami perkembangan yang bagus,” ucapnya.