Pendidikan menjadi aspek penting dalam pembangunan sumber daya manusia. Program kemitraan yang menyasar pembelajaran siswa perlu digalakkan untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Meski anggaran pendidikan mencapai ratusan triliun rupiah, Indonesia masih menghadapi banyak tantangan dalam meningkatkan mutu pendidikan. Berbagai program kemitraan berkelanjutan sangat dibutuhkan untuk mengoptimalkan pembelajaran.
Direktur Guru Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Rachmadi Widdiharto mengatakan, pihaknya fokus mendorong transformasi pembelajaran melalui program Merdeka Belajar. Namun, diperlukan kerja sama dengan berbagai pihak untuk menghadirkan transformasi tersebut.
Hal itu disampaikan Rachmadi dalam diskusi Kemitraan untuk Pembelajaran #5 ”Bahu Membahu Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Siswa” yang digelar Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI), di Jakarta, Selasa (29/8/2023). Menurut dia, program kemitraan merupakan salah satu dukungan nyata terhadap transformasi pembelajaran.
”Dengan bergotong royong, kita bisa meningkatkan mutu pendidikan. Tantangan pendidikan yang dulu terasa sulit dihadapi, sekarang terasa lebih mudah. Kemitraan membantu dalam menyelesaikan tantangan ini,” ujarnya.
INOVASI merupakan program kemitraan antara Pemerintah Australia dan Indonesia. Program yang berlangsung selama 2016-2023 ini telah bermitra dengan 40 organisasi nonpemerintah dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di empat provinsi, yaitu Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Utara, dan Jawa Timur.
Rachmadi berharap dampak dari program kemitraan menjadi modal penting dalam menyongsong Indonesia Emas 2045. Oleh karena itu, program tersebut perlu berkelanjutan dan menjangkau lebih banyak sekolah.
”Berbagai praktik baik yang telah dipresentasikan menjadi motivasi, inspirasi, dan modal kita untuk bersama membangun pendidikan berkualitas di seluruh penjuru Indonesia,” ucapnya.
Melalui kerja sama dengan puluhan lembaga mitra di daerah, program tersebut berfokus pada literasi, numerasi, pendidikan karakter, pemanfaatan bahasa ibu sebagai transisi dalam pembelajaran, serta kesetaraan jender, disabilitas, dan inklusi sosial.
Staf Khusus Presiden RI Bidang Inovasi, Pendidikan, dan Daerah Terluar Billy Mambrasar menilai program kemitraan INOVASI telah memberikan dampak positif di banyak daerah. Pemerintah daerah diharapkan tetap menggandeng lembaga mitra untuk meningkatkan kualitas pendidikan di daerah.
Menurut Billy, pendidikan menjadi aspek penting dalam pembangunan SDM. Hal itu juga menjadi prioritas Presiden Joko Widodo yang mengalokasikan anggaran lebih dari Rp 600 triliun dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2024.
”Pendidikan dasar menjadi basis untuk pengembangan pendidikan lebih tinggi. Akan sangat lemah jika tidak dibangun oleh pendidikan dasar yang kuat,” katanya.
Anggaran pendidikan tahun depan yang setara dengan 20 persen APBN disampaikan Presiden Joko Widodo dalam pidato kenegaraan Rancangan Undang-Undang APBN Tahun Anggaran 2024 beserta nota keuangannya di Gedung Nusantara MPR/DPR/DPD, Jakarta, Rabu (16/8/2023). Anggaran itu digunakan untuk mewujudkan sumber daya manusia (SDM) unggul, berintegritas, dan berdaya saing.
Anggaran tersebut tercermin dari alokasi belanja pemerintah pusat sekitar Rp 237,3 triliun, transfer ke daerah Rp 346,6 triliun, dan pembiayaan investasi Rp 77 triliun. Menurut Presiden, upaya peningkatan kualitas SDM Indonesia ditekankan pada peningkatan kompetensi guru dan tenaga kependidikan. Selain itu, pemerataan kualitas pendidikan diwujudkan dengan meningkatkan kualitas sarana dan prasarana penunjang kegiatan pendidikan di daerah tertinggal, terluar, dan terdepan atau 3T.
Direktur Program INOVASI Mark Heyward menuturkan, sejak 2016, pihaknya hadir untuk mendukung upaya Pemerintah Indonesia meningkatkan kualitas pembelajaran siswa. Melalui kerja sama dengan puluhan lembaga mitra di daerah, program tersebut berfokus pada literasi, numerasi, pendidikan karakter, pemanfaatan bahasa ibu sebagai transisi dalam pembelajaran, serta kesetaraan jender, disabilitas, dan inklusi sosial.
Program INOVASI fase II akan berakhir pada Desember 2023. ”Keberlanjutan program sangat diharapkan dilakukan oleh lembaga mitra dan pemerintah daerah. Mari terus bahu-membahu meningkatkan kualitas pembelajaran siswa,” ujarnya.