Kesehatan mental dan sosial remaja perlu diperkuat agar menjadi generasi muda bangsa yang tangguh. Perlu intervensi dalam perilaku dan lingkungan untuk membiasakan hidup sehat secara mental dan sosial.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Banyak remaja rentan menghadapi masalah mental, emosional, sosial, dan perilaku. Untuk itu, penting bagi keluarga dan pendidik untuk mendukung remaja agar memiliki kesiapan mental dan sosial yang baik agar terbebas dari perilaku berisiko.
Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Piprim B Yanuarso di webinar bertajuk "Mendidik Remaja Kuat Secara Mental dan Sosial", Senin (28/8/2023), mengatakan IDAI mengangkat topik remaja karena ada banyak perilaku remaja berisiko. Mereka teribat atau jadi korban dari perundungan, pembunuhan, kekerasan, atau perkosaan.
“Masalah ini terkait dengan kondisi anak dan remaja di fase awal. Kalau tidak ditangani, saat memasuki usia dewasa ada masalah mental dan sosial serius. Jadi, kesehatan mental harus diperhatikan,” kata Piprim.
Menurut Piprim, mendidik remaja yang kuat secara mental dan sosial sangat kompleks. Namun, fondasi kesehatan mental remaja dimulai dari komunikasi anak dengan orangtua.
"Kami mendorong orangtua mendengar anak dengan penuh empati dan menjadi sahabat mereka,” ujar Piprim.
Masalah remaja
Sementara itu, Ketua Satuan Tugas Remaja Pengurus Pusat IDAI Rodman Tarigan mengatakan, masalah remaja masa kini semakin banyak variasinya dan jumlahnya kian meningkat. Dari populasi penduduk remaja sebanyak 46 juta orang, sekitar 51 persen di antaranya berusia 10-14 tahun. Sisanya, atau 49 persen berusia 15-19 tahun.
Remaja merupakan masa unik karena mengalami perubahan hormon dan fisik. "Remaja juga rentan melakukan perbuatan berisiko,” papar Rodman yang juga dokter spesialis anak, konsultan, dan dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadaran, Bandung.
Masa remaja, kata Rodman, merupakan transisi dari anak ke dewasa. Secara fisik sehat, tetapi ada kelompok yang punya risiko emosional dan pergaulan. Perilaku berisiko itu seperti merokok, konsumsi alkohol, narkoba, gangguang makan, kekerasan, dan seksualitas.
Mengacu pada Badan Kesehatan Dunia (WHO), kata Rodman, kondisi kesehatan mental memungkinkan seseorang untuk menghadapi kehidupan penuh tekanan, menyadari kemampuan, dapat belajar dan bekerja dengan baik, serta berkontribusi dalam masyarakat.
Adapun kesehatan sosial menunjukkan kemampuan seseorang berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain tanpa membedakan ras, suku, agama, kepercayaan, status sosial, ekonomi, dan politik.
Saat remaja, terjadi perubahan hormon dan pendewasaan psikologis melalui proses pubertas. “Jika berhasil melalui masa remaja yang baik, mereka mengalami pertumbuhan mental yang sehat hingga masa dewasa. Jika tidak sukses, mereka jadi bingung dengan jati dirinya yang dapat memicu masalah mental,” kata Rodman.
Remaja perlu memiliki mental sehat. Tujuannya agar mereka produktif, hidup berkualitas, bahagia, dan sejahtera.
Untuk itu, remaja didorong mau membicarakan perasaannya dengan seseorang yang dipercaya, melakukan kegiatan sesuai minat, menjalani ibadah, berpikir positif, memiliki gaya hidup bersih dan sehat.
Menurut Rodman, kunci meningkatkan status kesehatan seseorang dipengaruhi perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan dan genetik. “Dua faktor teratas yakni perilaku dan lingkungan dapat ditingkatkan dengan intervensi sejak dini di keluarga,” kata Rodman.
Remaja perlu memendapat edukasi antara lain mengenai keterampilan psikososial, pola makan dengan gizi seimbang, aktivitas fisik, pubertas, dan aktivitas seksual. Remaja juga perlu memiliki kesadaran diri, empati, pengambilan keputusa, pemecahan masalah, berpikir.
Kemampuan lainnya yakni komunikasi efektif, kemampuan interpersonal; pengendalian emosi, serta mengatasi stress.
Rodman mengatakan jika anak remaja mengalami masalah mental, dukungan orangtua yang utama. Untuk itu, para orangtua diminta repsonsif terhadap gejala, mendengarkan, mencari bantuan profesional ketika tidak mampu menangani gejala, memberikan dukungan, dan mengarahkan perhatian remaja pada hal produktif dan yang positif.