Arist Merdeka Sirait hingga akhir hayatnya mendedikasikan dirinya sebagai aktivis perlindungan anak. Dia dikenal sebagai sosok yang keras dan tak pernah berhenti berteriak lantang meminta semua pihak melindungi anak.
Oleh
SONYA HELLEN SINOMBOR, DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia kehilangan sosok pejuang dan sahabat anak, Arist Merdeka Sirait, Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak. Almarhum dikenal dengan panggilan Bang Arist, meninggal pada Sabtu (26/8/2023) pagi di RS Polri Kramat Jati, Jakarta, pada usia ke-63.
Sosok aktivis perlindungan anak yang lahir di Bah Butong, Sidamanik, Simalungun, Sumatera Utara, 11 Juni 1960, tersebut meninggal karena komplikasi penyakit. Terakhir dirawat di RS Polri Kramat Jati karena gangguan penyakit jantung dan dalam waktu sepuluh tahun terakhir sudah empat kali menjalani operasi pemasangan ring jantung.
Arist juga sempat dirawat karena infeksi saluran kemih. Baru sehari diperbolehkan pulang, ia langsung ke Semarang untuk menghadiri puncak acara Hari Anak Nasional pada Juli 2023. Setelah itu, ia melanjutkan kegiatannya di Medan bersama Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Sepulang dari acara di Medan, Arist dibawa ke rumah sakit karena kondisinya memburuk.
Bang Arist selalu mementingkan anak-anak. Kondisi kesehatannya bahkan sering dikesampingkan.
”Bang Arist selalu mementingkan anak-anak. Kondisi kesehatannya bahkan sering dikesampingkan. Kini Bang Aris telah meninggalkan ribuan anaknya dengan tenang,” kata Agustinus Sirait (45), adik bungsu dari almarhum Arist Merdeka Sirait, saat ditemui di Rumah Duka Sentosa RS Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta.
Sejak disemayamkan di Rumah Duka Sentosa RSPAD Gatot Soebroto, Sabtu siang, keluarga dan rekan berdatangan ke rumah duka untuk melihat jenazah aktivis perlindungan anak yang dikenal sangat vokal itu. Karangan bunga pun berdatangan memenuhi tempat di sekitar rumah duka.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) I Gusti Ayu Bintang Darmawati sangat terkejut mendengar kabar duka tersebut. Dia juga teringat momen pertemuan di Medan, almarhum kelihatan sudah sakit.
”Kita sangat kehilangan sosok yang selama ini menunjukkan kepedulian yang begitu tinggi terhadap dunia anak. Bang Arist adalah sosok pejuang anak, penuh semangat dan dedikasi. Orang melihatnya keras karena karakter dari daerah Medan. Tapi, sesungguhnya almarhum memiliki hati yang luar biasa baik dan serius menangani kasus-kasus anak,” ujar Bintang.
Bintang Darmawati memiliki banyak kenangan dengan almarhum. Sebab, selama ini Komnas Perlindungan Anak sering mengajak Menteri PPPA turun ke lapangan menemui anak-anak yang terkena berbagai kasus. Arist juga berjuang mendorong sekolah ramah anak dan memberikan perhatian khusus kepada anak-anak penyandang disabilitas.
Bersama Kementerian PPPA, Komnas Perlindungan Anak yang dipimpin almarhum Arist kerap melakukan berbagai kegiatan. Arist sempat mengundang Menteri PPPA ke Medan dan mereka sempat berkunjung ke daerah Malang, Jawa Timur.
”Saya mengenal sosok Bang Aris sebagai pribadi yang tulus dan ikhlas memperjuangkan perlindungan anak Indonesia. Saya sungguh berterima kasih atas perjuangannya yang tak kenal lelah selama ini,” kata Bintang.
Bintang berharap agar semua pihak tetap meneruskan perjuangan Arist hingga seluruh anak Indonesia terlindungi, terbebas dari segala tindak kekerasan, serta hak-haknya terpenuhi. Cita-cita almarhum bagi anak Indonesia harus terus diperjuangkan.
Berdasarkan informasi dari keluarga, pada Minggu, 26 Agustus 2023, akan diadakan ibadah di rumah duka. Dilanjutkan pada Minggu, 27 Agustus 2023, akan ada kegiatan adat untuk almarhum. Jenazah Arist Merdeka Sirait akan disemayamkan di rumah duka hingga Senin, 28 Agustus 2023.
Pada Senin malam, jenazah akan diterbangkan ke Sumatera Utara. Setelah itu, Selasa, 29 Agustus 2023, pukul 10.00 jenazah akan dimakamkan di makam keluarga di Porsea, Sumatera Utara.
Kabar kepergian Bang Arist beredar di sejumlah grup media sosial aktivis perlindungan anak, hak asasi manusia, dan aktivis buruh. Dia dikenal sebagai sosok yang aktif mengadvokasi persoalan-persoalan anak di Tanah Air. Dia juga dikenal sebagai sosok yang berani dan sering berteriak lantang menyikapi berbagai kasus yang menimpa anak-anak Indonesia.
Sebelum meninggal, Arist menulis dua buku berjudul Menjaga dan Melindungi Hak Anak Sepenuh Hati dan Sahabat Anak Indonesia Bertindak Sesuai Hati Nurani. Kedua buku tersebut berisi pengalaman praktis pendampingan, pembelaan, dan perlindungan anak terhadap perkara pelanggaran anak dari segala bentuk eksploitasi, kekerasan, penganiayaan, dan penelantaran di Indonesia.
Rasa duka dan kehilangan besar atas kepergian almarhum Arist diungkapkan para sahabat yang selama ini bekerja bersama almarhum. Jolanda E Kalonda, salah satu anggota Dewan Pembina Komnas Anak, bahkan masih belum percaya almarhum telah pergi meninggalkan dunia ini,