Kesadaran Deteksi Dini Kanker Payudara Masih Rendah
Penguatan pemberdayaan perempuan menjadi salah satu cara untuk meningkatkan deteksi dini kanker payudara. Kerja sama semua pihak pun diperlukan untuk mendukung hal tersebut.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kanker payudara menempati urutan pertama dari jumlah kasus kanker pada perempuan di Indonesia. Jumlah kematian dari kanker payudara pun amat tinggi, mencapai 22.000 jiwa. Hal itu disebabkan masih rendahnya kesadaran untuk melakukan deteksi dini kanker payudara.
Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Lenny N Rosalin mengatakan, sebagian perempuan mungkin sudah sadar akan adanya tanda kanker payudara. Namun, sering kali mereka takut untuk memeriksakan diri ke dokter. Perasaan takut tersebut yang akhirnya membuat seseorang mengabaikan gejala yang justru menjadi semakin buruk.
”Namun, di sisi lain, perempuan juga memiliki tuntutan untuk mengasuh dan merawat serta bertanggung jawab terhadap kesehatan keluarga. Hal itu yang membuat perempuan lupa dengan apa yang ia rasakan sehingga tidak segera ditangani,” katanya dalam acara arahan media bertajuk ”Rights to Smile: Perempuan Bicara Kanker Payudara” yang diselenggarakan oleh Kementerian PPPA bersama PT Novartis Indonesia di Jakarta, Rabu (23/8/2023).
Data Globocan 2020 menunjukkan, jumlah kasus baru kanker payudara mencapai 68.858 kasus atau 16,6 persen dari total kasus baru kanker di Indonesia. Jumlah kematian dari kanker payudara dilaporkan mencapai lebih dari 22.000 jiwa.
Dari data kasus kanker payudara, 68-73 persen pasien datang ke fasilitas pelayanan kesehatan sudah dalam stadium lanjut. Padahal, angka harapan hidup dari pasien yang terdiagnosis pada stadium lanjut semakin menurun. Sementara jika diketahui lebih dini dan lebih cepat, pasien bisa mendapatkan penanganan yang lebih optimal sehingga kualitas hidup bisa lebih baik.
Perempuan juga memiliki tuntutan untuk mengasuh dan merawat serta bertanggung jawab terhadap kesehatan keluarga. Hal itu yang membuat perempuan lupa dengan apa yang ia rasakan sehingga tidak segera ditangani.
Lenny menyampaikan, upaya untuk meningkatkan pemberdayaan pada perempuan, terutama dalam mengakses layanan kesehatan, sangat diperlukan. Ketimpangan yang terjadi di masyarakat harus segera diatasi.
”Perempuan memainkan peran yang besar dalam masyarakat sebagai kunci kehidupan keluarga, baik sebagai pribadi, istri, dan ibu. Untuk itu, pemberdayaan perempuan pun harus ditingkatkan. Pemberdayaan perempuan juga menjadi upaya untuk mengatasi persoalan kanker payudara di masyarakat,” tuturnya.
Deteksi dini
Ketua Umum Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia (Peradoi) Walta Gautama menuturkan, selain karena takut terdiagnosis, rendahnya angka deteksi dini di Indonesia juga disebabkan ketakutan untuk menjalani operasi atau tindakan penanganan kanker. Selain itu, adanya hoaks mengenai pengobatan alternatif juga membuat masyarakat menunda untuk datang ke pusat pelayanan kesehatan. Regulasi mengenai rujukan pemeriksaan yang cukup panjang pun turut membuat deteksi dini rendah.
”Setidaknya rata-rata ada jeda waktu 1-3 bulan seseorang mau memeriksakan diri ke dokter setelah ada tanda kanker. Setelah itu, 9-15 bulan ada jeda waktu lagi untuk akhirnya seseorang mau menjalankan pengobatan medis. Keraguan yang ada seharusnya bisa diputus agar pengobatan bisa segera diberikan,” katanya.
Deteksi dini kanker payudara bisa dilakukan dengan dua cara, yakni sadari atau pemeriksaan payudara sendiri dan sadanis atau pemeriksaan payudara klinis. Pemeriksaan payudara sendiri bisa dilakukan di rumah dengan meraba bagian payudara dan sekitarnya. Apabila terasa ada benjolan, pemeriksaan lanjutan dengan sadanis bisa dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan.
Adapun benjolan dari kanker payudara cukup khas, yakni padat, keras, dan bagian tepi dari benjolan tidak teratur. Jika ada tanda benjolan tersebut, sebaiknya langsung melakukan pemeriksaan. Benjolan pada kanker payudara yang belum disertai dengan tanda lain masih menunjukkan tanda awal dari kanker payudara.
Apabila sudah muncul tanda lain, kondisi kanker payudara sudah pada stadium lanjut. Tanda lain itu seperti adanya luka pada puting, keluar cairan merah atau kecoklatan, puting tertarik ke dalam, serta kulit payudara tampak seperti kulit jeruk.
”Pemeriksaan payudara sendiri paling tepat dilakukan ketika hormon pada kondisi terendah, yakni 7-10 hari setelah haid pertama atau 3-4 hari setelah haid terakhir berhenti. Risiko kanker payudara semakin tinggi pada usia di atas 40 tahun, namun tidak menutup kemungkinan kanker payudara terjadi pada usia yang lebih muda,” ujar Walta.