Pengujian tanpa merusak bisa menunjang produktivitas instalasi dan kualitas produk. Ini sudah diterapkan di industri minyak dan gas serta industri pesawat terbang yang menuntut standar keselamatan tinggi.
Oleh
Stephanus Aranditio
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Uji tidak merusak atau non-destructive testing atau NDT, yang digunakan untuk menguji material atau komponen dari suatu instalasi tanpa merusak benda obyek yang diuji, memerlukan sumber daya manusia yang berkompeten dan berstandar internasional. Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN bekerja sama dengan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) untuk mewujudkan hal ini.
Pengujian tak merusak ini bisa menunjang produktivitas dari instalasi dan menjamin kualitas produk sehingga berimbas pada keselamatan suatu instalasi. NDT juga bisa digunakan untuk evaluasi dan investigasi suatu produk.
Metode NDT ada yang berbasis nuklir dan non-nuklir. Teknik kenukliran disebut radiografi menggunakan sumber neutro, sinar-X, dan radioisotop pemancar sinar gamma. Metode kenukliran sudah banyak digunakan di dalam negeri, seperti di pabrik petrokimia dan pembangkit listrik, baik dari proses produksi maupun di dalam instalasi atau kilang.
Tuntutan inspeksi NDT yang terstandar dan teknologi tingkat lanjut pun semakin dibutuhkan.
”Jadi, kalau diibaratkan, misalnya teknik radiografi seperti di rumah sakit ada x-ray saat diperiksa tidak merasakan apa-apa. Demikian pula kalau di industri produk juga dilakukan pengujian tanpa merusak,” kata Pengembang Teknologi Nuklir Ahli Utama Pusat Riset Teknologi Proses Radiasi BRIN Roziq Himawan di Gedung BJ Habibie, BRIN, Jakarta, Senin (21/8/2023).
Pusat Riset Teknologi Proses Radiasi BRIN di Pasar Jumat, Jakarta, sejak 2017 bisa melakukan metode NDT nuklir. Kini, mereka bekerja sama dengan IAEA mengadakan pertemuan dengan beberapa negara yang aktif dalam pengembangan NDT di regional Asia-Pasifik yang bertujuan untuk lebih meningkatkan kompetensi SDM mereka.
Pertemuan ini akan membahas program dan kegiatan yang akan dilaksanakan di tingkat nasional oleh negara anggota yang berpartisipasi untuk pengembangan dan penerapan teknik NDT tingkat lanjut. Banyak pemangku kepentingan di NDT turut serta agar mendapatkan banyak masukan dari masing-masing kepentingan dan mengharmonisasikannya di tingkat nasional.
Kepala Organisasi Riset Tenaga Nuklir (ORTN) BRIN Rohadi Awaludin mengatakan, kemajuan pesat industri menuntut persyaratan yang lebih ketat demi keselamatan dan dampak ekonomi. Dengan demikian, tuntutan inspeksi NDT yang terstandar dan teknologi tingkat lanjut pun semakin dibutuhkan.
NDT tingkat lanjut akan memanfaatkan teknologi digital ataupun teknologi informasi sehingga hasil pengujian bisa dilihat secara visual untuk mempermudah melihat hasil pengujian. NDT tingkat lanjut saat ini sudah mulai diterapkan di industri, khususnya di industri minyak dan gas, dan industri pesawat terbang yang menuntut standar keselamatan tinggi.
”Fokus pertemuan ini adalah pengembangan kapasitas SDM bidang teknik NDT tingkat lanjut, NDT untuk bangunan sipil, dan uji tak merusak tingkat lanjut pada bahan komposit. Dan juga mendorong peningkatan SDM tersertifikasi sesuai ISO 9712 dalam bidang NDT tingkat lanjut dan inspeksi bangunan sipil,” kata Rohadi.
Adapun delegasi dari 17 negara regional Asia-Pasifik yang turut serta adalah Indonesia, Bangladesh, China, Fiji, Korea Selatan, Laos, Malaysia, Mongolia, Myanmar, Nepal, Selandia Baru, Pakistan, Filipina, Singapura, Sri Lanka, Thailand, dan Vietnam. Selain itu, pertemuan ini juga dihadiri perwakilan IAEA yang merupakan technical officer di bidang NDT.