Riset di perguruan tinggi dapat menjadi laboratorium penelitian bagi industri. Industri perlu menyadari pentingnya berinvestasi pada sektor riset dan pengembangannya.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
Suasana Seminar RekaTalks 2023 dengan tema ”Creating Impactful Innovation through Technology for Sustainable Development”, di Jakarta, Senin (14/8/2023).
JAKARTA, KOMPAS — Perguruan tinggi dan industri perlu berkolaborasi melahirkan beragam inovasi. Riset yang selaras dengan kebutuhan industri mendapatkan dukungan dana padanan dari pemerintah.
Sejak 2021, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menggulirkan program dana padanan atau matching fund lewat platform Kedaireka. Platform ini menjadi ruang interaksi perguruan tinggi dan industri untuk berkolaborasi menghasilkan solusi berbasiskan riset.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim mengatakan, masa depan pendidikan tidak bisa ditentukan oleh satu institusi. Lembaga pendidikan harus berkolaborasi dengan berbagai sektor, termasuk industri, dan dimasifkan melalui penelitian.
”Tidak bisa hanya satu dimensi, yaitu akademik. Itulah alasan mengapa kebijakan kami (diarahkan) untuk menarik industri berpartisipasi dalam pendidikan tinggi,” ujarnya dalam Seminar RekaTalks 2023 dengan tema ”Creating Impactful Innovation through Technology for Sustainable Development”, di Jakarta, Senin (14/8/2023).
Industri didorong memanfaatkan Kedaireka untuk mencari berbagai inovasi di perguruan tinggi. Riset yang disepakati akan didanai oleh industri dan pemerintah. ”Mohon digunakan oleh sebanyak mungkin industri untuk melakukan kolaborasi ini. Ke depan, pendidikan tinggi tidak bisa dipisahkan dari industri dan civil society,” ujarnya.
Nadiem menambahkan, sinergi dalam memanfaatkan perkembangan teknologi untuk pembangunan berkelanjutan adalah dua fase yang sangat penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan program-program strategis nasional yang berkelanjutan. Keselarasan antara institusi akademis dan industri dioptimalkan.
”Pada 2024, anggaran kita untuk Kedaireka akan meningkat signifikan. Jadi, bagi yang belum dapat, jangan menyerah. Ini memang arahan Presiden (Joko Widodo), hal-hal yang berhubungan kolaborasi dengan industri akan dimasifkan,” jelasnya.
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kemendikbudristek Nizam mengatakan, anggaran matching fund Kedaireka 2023 sebesar Rp 500 miliar. Jumlah itu sama dengan anggaran tahun lalu.
”APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) kita terbatas. Kami berharap industri yang mulai sadar kebutuhan riset untuk mendanai sendiri. Hal ini mulai dilakukan lewat program innovation fund,” ucapnya.
Menurut Nizam, dengan kolaborasi, riset di perguruan tinggi dapat menjadi laboratorium penelitian bagi industri. Saat ini, masih banyak industri belum sadar akan pentingnya berinvestasi pada sektor riset dan pengembangan. Belanja untuk iklan jauh lebih besar ketimbang riset.
Industri didorong memanfaatkan Kedaireka untuk mencari berbagai inovasi di perguruan tinggi. Riset yang disepakati akan didanai oleh industri dan pemerintah.
”Kolaborasi ini perlu diperkuat. Ini sangat penting untuk keberlanjutan industri itu sendiri,” katanya.
”Ekonomi biru”
Nizam menambahkan, peminat dana padanan di Kedaireka terus meningkat setiap tahun. Pada 2023, pengajuan telah melebihi 5.000 proposal, naik dua kali lipat jumlahnya dibandingkan dengan tahun lalu.
Sebagian besar proposal penelitian terkait dengan green economy atau ekonomi hijau. ”Yang paling sedikit penelitian terkait blueeconomy (ekonomi biru). Ini yang terus kami dorong karena potensi lautan kita sangat besar,” ujarnya.
Sebagai negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia, Indonesia belum optimal dalam memanfaatkan sumber daya laut. Hal ini membuka peluang bagi perguruan tinggi dan industri untuk meneliti pemanfaatannya.
”Budidaya lobster harusnya bisa berkembang. Begitu pula dengan potensi rumput laut yang sangat besar,” katanya.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan, riset perguruan tinggi juga dapat dikolaborasikan dengan bidang pariwisata. Desa wisata, misalnya, butuh dukungan penelitian dalam aspek kebencanaan.
”Bagaimana riset mitigasi bencana di desa-desa wisata bisa dilakukan. Sebab, antisipasi bencana yang baik ikut berpengaruh terhadap kunjungan,” jelasnya.
Sandiaga berharap dukungan pendanaan riset untuk sektor ekonomi kreatif dan pariwisata dapat lebih diakomodasi Sebab, sektor itu berdampak terhadap jutaan lapangan pekerjaan di Tanah Air.
Rektor Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta Widya Priyahita menuturkan, kolaborasi dengan industri sangat penting untuk mengoptimalkan dampak penelitian di perguruan tinggi. Oleh sebab itu, pihaknya membangun forum kerja sama dengan sejumlah industri di berbagai bidang.
”Salah satu yang kami sadari menjadi tantangan perguruan tinggi adalah kesesuaian. Jadi, apa yang kami kembangkan tidak sepenuhnya cocok dengan dunia industri,” ucapnya.