Dukungan pendanaan riset jadi salah satu kunci meningkatkan inovasi yang mendukung pertumbuhan ekonomi. Dukungan pendanaan pemerintah dan industri melalui Kedaireka mulai menuai hasil.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Pengembangan inovasi lewat kolaborasi pendanaan pemerintah dan industri mendukung perguruan tinggi menyelesaikan masalah nyata di masyarakat dan industri. Lewat kolaborasi itu, hilirisasi riset-riset berpotensi dapat terwujud.
”Problem-problem riil di dunia nyata, dunia industri, bisnis maupun pemerintah, akan dibawa ke substansi akademiknya untuk dijadikan suatu scientific knowledge. Kemendikbudristek menyediakan pendanaan sebagai padanan atas pendanaan yang diberikan pihak bisnis, industri, maupun pemerintahan untuk memecahkan problem-problem tersebut,” kata Tjan Basaruddin, Tim Ahli Matching Fund Kedaireka, di acara diskusi bertajuk ”Hasil Inovasi Terbaik Pendanaan Matching Fund”. Diskusi itu sebagai rangkaian Pameran Hari Teknologi Nasional 2023 yang berakhir Minggu (13/8/2023) di Jakarta,
Untuk mengakselerasi riset dan inovasi perguruan tinggi, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Ditjen Diktiristek), Kemendikbudristek, menjalankan program Matching Fund-Kedaireka sejak 2021. Matching Fund merupakan dana padanan bagi perguruan tinggi dan industri yang berkolaborasi dalam pengembangan inovasi melalui Kedaireka.
Pada 2021, Matching Fund telah mendanai 427 proposal kolaboratif antara insan perguruan tinggi dan industri. Tahun 2022, jumlah proposal yang didanai meningkat menjadi 1.093 proposal.
Tjan menyampaikan program itu tidak hanya untuk menghilirisasi inovasi oleh insan perguruan tinggi, tetapi juga untuk menghuluisasi masalah yang ditemukan di dunia nyata. Riset dilakukan untuk mendeteksi masalah dan mencari jawabannya.
Dwi Rahmalina dari Fakultas Teknik Universitas Pancasila menyatakan, program Matching Fund ini memberikan kesempatan pendanaan terhadap produk inovasinya berupa Prototipe Kursi Roda Penyandang Disabilitas. ”Produk ini beranjak dari adanya kebutuhan kursi roda untuk anak penyandang disabilitas,” katanya. Berdasarkan diskusi intens dengan mitra terkait, pihaknya memperoleh spesifikasi kebutuhan terkait desain kursi roda. Penyandang disabilitas bisa tetap menjalankan kesehariannya. Pihaknya juga merancang konsep produk hasil riset inovasi dosen dan mahasiswa di perusahaan mitra.
Lebih lanjut, Dwi menyampaikan Matching Fund yang kembali didapatkan timnya tahun 2023. Kesiapan produk ditingkatkan agar manfaatknya dapat segera dirasakan langsung oleh masyarakat luas.
Pada 2022, Dwi menargetkan prototipe beta dengan tingkat kesiapterapan Teknologi (TKT) 7. Target pada tahun ini ditingkatkan menjadi TKT 8 dan 9, serta siap produksi. ”Jadi, kami melengkapi lini produksinya mitra industri,” ujar Dwi.
Sementara itu, Johny Wahyuadi dari Universitas Indonesia, menjelaskan risetnya tentang silika sekam padi berhasil mendapatkan matching fund tahun 2022. Risetnya berlatar dari pemanfaatan silika di kehidupan sehari-hari yang masih banyak yang menggunakan produk impor, khususnya pada produk kosmetik. Lewat program Matching Fund, Johny ingin mengolah sekam padi dari yang banyak terbuang menjadi manfaat baru. Silika berbahan ekstrak sekam dapat digunakan dalam produksi kosmetik.
”Saya mencoba untuk mengembangkan bahan baku silika sehingga sesuai dengan standar industri kosmetik,” ujarnya. Dengan adanya pendanaan dari Matching Fund, lanjut Johny, hasil penelitian awal bisa dilanjutkan berbagai macam produk inovatif, khususnya yang bermanfaat bagi masyarakat.
Di bidang Kesehatan, Aulia Arif Iskandar dari Universitas Swiss German juga mendapat dukungan mengembangkan pendeteksi dini kelainan jantung bernama ”Dugdug Mini EKG Wearable”. Pendanaan ini difokuskan untuk menghasilkan kemasan berstandar alat kesehatan sehingga bisa dipasarkan ke masyarakat luas.
”Untuk pendanaan tahun ini, fokusnya lebih kepada kemasan. Tentunya ketika ingin hilirisasi, (kami) ingin menjual produk ini dengan kemasan sesuai dengan standar alat kesehatan,” ujar Aulia.
Fokus riset
Tjan mengatakan, program matching fund-Kedaireka hadir untuk mendukung transformasi ekonomi Indonesia yang berbasis inovasi. Pendanaan menyasar lima bidang fokus riset, yaitu ekonomi hijau, ekonomi biru, ekonomi digital, penguatan pariwisata, dan kemandirian kesehatan.
Di bidang kemandirian kesehatan, matching fund turut mendukung pengembangan vaksin flu burung yang diciptakan Amin Soebandrio dari Universitas Indonesia. Guru Besar UI tersebut mengatakan berkat pendanaan yang dihadirkan melalui mitra dapat melancarkan proses penciptaan produk vaksin flu burung, terutama dalam memenuhi kebutuhan penelitian berskala besar.
”Pengembangan ini telah melewati berbagai proses hingga ke tahap produksi. Telah banyak rintangan yang kita lalui, salah satunya mengenai pendanaan. Program matching fund membantu dalam bidang material guna mewujudkan terciptanya vaksin flu burung ini,” ujar Amin.