Peningkatan Kompetensi Talenta Riset Jadi Prioritas
Sebanyak 70 persen komponen dari ekosistem riset dan inovasi dipenuhi dari sumber daya manusia periset. Penguatan kualitas sumber daya periset semakin diperlukan. Kerja sama lintas sektor juga diharapkan bisa lebih baik.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kualitas sumber daya manusia periset merupakan kunci utama dalam peningkatan riset dan inovasi bangsa. Pemerintah melalui Badan Riset dan Inovasi Nasional berkomitmen untuk meningkatkan kompetensi para periset di Indonesia melalui penguatan manajemen talenta nasional di bidang riset dan inovasi.
Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko mengatakan, riset yang kuat yang mampu menghasilkan berbagai inovasi diperlukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan pembangunan ekonomi berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi, Indonesia dapat lepas dari perangkap negara berpenghasilan menengah menjadi negara maju.
”Untuk membangun ekosistem riset dan inovasi yang unggul di Indonesia, kita membutuhkan sumber daya manusia periset yang berkualitas. SDM merupakan komponen utama dalam ekosistem riset dan inovasi. Sekitar 70 persen komponen dari ekosistem tersebut dipenuhi dari SDM,” tuturnya saat membuka acara puncak peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional Ke-28 di Jakarta, Kamis (10/8/2023).
Menurut Handoko, penguatan SDM dalam bidang riset dan inovasi pun menjadi tantangan yang cukup besar yang dihadapi di Indonesia. Sebab, komponen lain, seperti infrastruktur dan anggaran riset, bisa diwujudkan dalam waktu relatif cepat. Sementara untuk membangun SDM yang berkualitas diperlukan waktu yang cukup lama.
Karena itu, pemerintah melalui BRIN tengah berfokus pada penguatan SDM unggul di bidang riset dan inovasi. Penguatan dilakukan melalui program manajemen talenta nasional bidang riset dan inovasi. Terdapat sejumlah skema mobilitas periset yang disiapkan dalam program tersebut, antara lain skema pascadoktoral, periset tamu, dan penerimaan periset BRIN berkualifikasi S-3 dalam skema ASN (aparatur sipil negara) maupun P3K (pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja).
”Kami setiap tahun membuka 500 posisi sebagai periset BRIN dengan kualifikasi S-3 dari berbagai bidang kepakaran, termasuk bagi warga negara Indonesia lulusan luar negeri. Jadi tidak ada alasan lagi bagi diaspora tidak kembali ke Indonesia karena tidak ada industri yang menampung,” ujar Handoko.
Selain itu, upaya lain yang dilakukan BRIN untuk meningkatkan kapasitas SDM periset dalam negeri juga dilakukan melalui program Bantuan Riset bagi Talenta Riset dan Inovasi (Barista). Program ini merupakan pemberian bantuan uang kuliah tunggal dan bantuan biaya riset bagi mahasiswa aktif tingkat akhir pada jenjang diploma 4 serta strata 1, 2, dan 3. Bantuan biaya tersebut diberikan untuk menyelesaikan tugas akhir yang berbasis kerja sama riset di unit kerja lingkungan BRIN.
Program ini diharapkan bisa mendukung talenta riset dan inovasi di Indonesia, sekaligus mendorong kolaborasi dan publikasi bersama antara perguruan tinggi dan lembaga riset. Jejaring kerja sama riset pun dapat diperluas sehingga kegiatan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan di perguruan tinggi bisa semakin meningkat.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim menyampaikan, dukungan juga diberikan bagi peneliti muda melalui program dana padanan atau program matching fund. Program ini diberikan bagi perguruan tinggi akademik dan vokasi serta SMK pusat unggulan untuk membantu menyelesaikan permasalahan di masyarakat melalui inovasi dan riset.
”Dengan menyiapkan generasi muda Indonesia menjadi talenta riset dan inovasi, kita yakin bahwa Indonesia bisa semakin unggul di panggung global,” katanya.
Menyesuaikan kebutuhan industri
Handoko mengatakan, kerja sama antara lembaga riset dan industri juga perlu diperkuat untuk mendukung peningkatan riset dan inovasi di Indonesia. Riset dan inovasi yang dihasilkan oleh para periset harus bisa sesuai dengan kebutuhan industri.
Riset bisa dikembangkan lewat business approach.
BRIN saat ini telah membangun beberapa fasilitas riset yang bisa digunakan secara terbuka oleh periset di lembaga riset dan industri. ”Sumber daya riset yang tersedia bisa dimanfaatkan secara gratis oleh industri selama industri mau memberikan lisensi jika produk yang dihasilkan nanti bisa masuk ke pasar. Jadi kita akan siapkan kebutuhan dari industri,” katanya.
Kerja sama ini, tambah Handoko, diharapkan bisa memacu peningkatan riset dan pengembangan pada industri dalam negeri. Bidang riset dan pengembangan merupakan bidang yang cukup berisiko serta membutuhkan investasi yang besar sehingga tidak banyak industri yang mau mengembangkan bidang tersebut. Hal ini membutuhkan dukungan infrastruktur serta sumber daya riset dari BRIN yang bisa dimanfaatkan secara optimal oleh industri.
Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Arsjad Rasjid menyampaikan, peta jalan industri menuju Indonesia Emas 2045 tengah disusun oleh Kadin. Peta jalan ini salah satunya memuat peta jalan teknologi yang akan dikembangkan oleh industri.
Ia menuturkan, peta jalan teknologi tersebut akan disesuaikan dengan rencana pemerintah dalam membangun Indonesia Emas 2045. Pada peta jalan ini juga akan memuat sektor-sektor yang akan dikembangkan serta tantangan yang dihadapi dalam pengembangan riset dan teknologi di sektor tersebut. ”Tantangan itu yang nanti akan dibahas bersama BRIN. Jadi, riset bisa dikembangkan lewat business approach (pendekatan bisnis),” ujarnya.