Generasi Muda Didorong Melakukan Riset dan Inovasi
BRIN menyelenggarakan pekan Pemuda Riset dan Inovasi Nasional ke-20 di NTB. Kegiatan ini bertujuan melatih remaja dalam kegiatan riset ilmiah sekaligus meningkatkan potensi putra-putri daerah di bidang iptek.
Oleh
PRADIPTA PANDU MUSTIKA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Badan Riset dan Inovasi Nasional bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat menyelenggarakan kegiatan pekan Pemuda Riset dan Inovasi Nasional atau PRIN ke-20 pada 10-17 Juli 2022. Melalui kegiatan ini diharapkan generasi muda dapat semakin terlatih dalam melaksanakan kegiatan riset ilmiah sehingga potensi putra-putri daerah di bidang iptek juga bisa terus meningkat.
Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko menyampaikan, PRIN ke-20 kembali diselenggarakan secara tatap muka setelah sempat ditiadakan karena pandemi Covid-19. PRIN ke-20 ini sekaligus menjadi kegiatan pertama setelah peleburan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) ke dalam BRIN.
”PRIN adalah awal dari pembentukan talenta riset dan inovasi nasional yang saat ini menjadi tanggung jawab BRIN. Kegiatan ini sangat berkaitan dengan mahasiswa dan siswa SMA karena mereka talenta riset dan inovasi masa depan,” ujarnya dalam pembukaan kegiatan PRIN di Mataram, NTB, yang diikuti secara daring, Senin (11/7/2022).
PRIN bertujuan melatih remaja melaksanakan kegiatan riset ilmiah sekaligus meningkatkan potensi putra-putri daerah di bidang iptek. Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan meningkatkan kesadaran akan pemanfaatan iptek dalam pengelolaan dan pemecahan masalah yang ada di lingkungan sekitar.
Pekan PRIN berfokus pada kegiatan ilmiah di lapangan terbuka yang berorientasi pada penelitian yang mencakup bidang ilmu pengetahuan sosial serta bidang ilmu pengetahuan alam dan teknik. Kegiatan ini ditujukan bagi siswa setingkat SMP dan SMA serta guru pembimbing. Namun, terdapat pula kelas pembelajaran bagi mahasiswa.
Pekan PRIN diikuti sebanyak 409 peserta yang terdiri dari 102 Guru, 207 siswa dari 28 provinsi di Indonesia, dan 100 mahasiswadari NTB. Para peserta akan mengikuti rangkaian kegiatan seperti kegiatan penelitian dan pelatihan penulisan karya tulis ilmiah siswa.
”Kami ingin membuat talenta riset dan inovasi masa depan bisa terus melakukan riset tanpa jeda. Pola pikir, perilaku, dan mental sebagai periset yang selalu ingin tahu dan belajar itu sangat penting. Ekosistem inilah yang akan membuat negara ini maju,” kata Handoko.
Setiap tahun, PRIN diselenggarakan melalui kerja sama dengan pemerintah daerah, instansi lokal, media massa, dan pihak-pihak yang memiliki kepedulian dalam mengembangkan budaya riset khususnya bagi remaja. Tahun ini, PRIN bekerja sama dengan Pemprov NTB.
Gubernur NTB Zulkieflimansyahberharap para peserta tidak terlalu mengedepankan sisi kompetisi saat mengikuti kegiatan ini. Sebab, hal terpenting dari PRIN ialah menjalin jejaring yang luas antara para peserta dan mentor saat pelatihan kegiatan riset.
Kualitas riset
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim dalam video sambutannya mengatakan, tahun lalu Indonesia menduduki posisi ke-20 dari 232 negara dengan total publikasi mendekati 50.000 artikel riset. Jumlah ini merupakan capaian yang cukup baik.
”Namun, saat berbicara tentang dunia penelitian, kita tidak bisa hanya membahas soal jumlah. Kita juga harus mempertimbangkan kualitas dari riset tersebut mulai dari metodologi yang digunakan, cara menganalisis data, sampai cara mempresentasikan inovasi tersebut,” ucapnya.
Kami ingin membuat talenta riset dan inovasi masa depan bisa terus melakukan riset tanpa jeda. Pola pikir, perilaku, dan mental sebagai periset yang selalu ingin tahu dan belajar itu sangat penting.
Melalui gerakan merdeka belajar, kata Nadiem, Kemendikbudristek saat ini terus memprioritaskan penguatan ekosistem riset di satuan pendidikan. Salah satu upaya tersebut ditunjukkan melalui program matching fund, yakni kolaborasi riset antara perguruan tinggi dan industri, dan didukung skema pendanaan dari Kemendikbudristek.
Tahun lalu, Kemendikbudristek telah mendanai lebih dari 450 proposal di perguruan tinggi akademik ataupun vokasi dengan total dana dukungan mencapai lebih dari Rp 280 miliar. Sementara untuk para pelajar, tahun ini Kemendikbudristek melanjutkan program Kihajar STEM sebagai ruang untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreativitas.
”Sampai hari ini sudah ada 65.000 pelajar di seluruh Indonesia yang mengikuti program ini. Semangat yang sama juga dibawa oleh PRIN ke-20. Saya yakin, materi seperti pengayaan metode penelitian, pelatihan riset lapangan, dan penelitian di laboratorium yang disampaikan akan mendorong lahirnya ilmuwan dan periset muda,” katanya.