Teknologi Digital Dukung Transparansi Pengelolaan Dana BOS
Pemerintah merilis platform ARKAS versi 4. Dengan versi terbaru, aplikasi ini membuat rancangan, penganggaran, dan pelaporan dana bantuan operasional sekolah menjadi lebih efektif.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemanfaatan teknologi digital di sektor pendidikan tidak hanya penting dalam pembelajaran, tetapi juga untuk mengelola anggaran. Aplikasi Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah versi empat yang diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi diharapkan mendukung pengelolaan dana bantuan operasional sekolah menjadi lebih transparan dan akuntabel.
Penggunaan Aplikasi Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (ARKAS) menjadi bagian dari transformasi digital di satuan pendidikan atau sekolah. Dengan aplikasi tersebut, rancangan, penganggaran, dan pelaporan pemakaian dana bantuan operasional sekolah (BOS) dapat lebih efektif, efisien, dan terintegrasi.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim mengutarakan, Indonesia membutuhkan gerakan masif untuk mengakselerasi kualitas pembelajaran dan manajemen satuan pendidikan. ”Dalam hal ini, pemanfaatan teknologi digital memainkan peran sangat penting untuk mewujudkan pengelolaan dana BOS secara akuntabel dan transparan,” ujarnya dalam webinar bertema ”Rilis Nasional Arkas 4”, di Jakarta, Senin (7/8/2023).
Adapun ARKAS merupakan sistem informasi yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, serta pertanggungjawaban dana BOS di sekolah. Melalui aplikasi ini, satuan pendidikan terkoneksi dengan dinas pendidikan dalam merencanakan kegiatan sekolah, rekapitulasi data, dan mengelola anggaran.
Nadiem menyebutkan, penggunaan platform ARKAS telah mencapai 99,5 persen. Namun, platform ini tetap perlu dikembangkan untuk mendukung tata kelola satuan pendidikan yang berkualitas.
”Oleh karena itu, kami terus menyempurnakan (ARKAS) untuk meningkatkan kebermanfaatan dari platform ini,” katanya.
ARKAS versi 4 membawa sejumlah perbaikan dibandingkan dengan versi sebelumnya, salah satunya terintegrasi dengan Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD). Melalui pembaruan sejumlah fitur, alur penggunaannya menjadi lebih intuitif dan disesuaikan dengan petunjuk teknis sehingga lebih praktis lantaran terintegrasi dengan pajak Sistem Informasi Pengadaan di Sekolah (SIPLah).
”Dengan demikian, pemutakhiran ARKAS 4 mendukung proses penganggaran dan pelaporan dana BOS secara lebih efektif dan lebih akurat,” ucapnya.
Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kemendikbudristek Iwan Syahril menuturkan, 99 persen satuan pendidikan telah melaporkan dana BOS secara daring pada 2022. Total penggunaan dana BOS yang dilaporkan mencapai Rp 50,7 triliun.
”Hal ini merupakan pencapaian yang sangat baik. Namun, kami juga memahami banyak sekali laporan untuk perbaikan supaya bisa menyempurnakan platform ARKAS ini. Kami terus mengumpulkan umpan balik dari penggunaannya,” ujarnya.
ARKAS 4 telah diujicobakan dan dirilis secara terbatas di sejumlah sekolah. Salah satu perbaikan dibandingkan dengan versi sebelumnya adalah dalam menyisir sisa anggaran.
Penggunaan ARKAS menjadi bagian dari transformasi digital di satuan pendidikan atau sekolah. Dengan aplikasi ini, rancangan, penganggaran, dan pelaporan pemakaian dana BOS dapat lebih efektif, efisien, dan terintegrasi.
”Sebelumnya, sisa anggaran harus dicek satu per satu secara manual sehingga sangat rawan terjadi kesalahan dalam penghitungan karena kurang teliti dan memakan banyak waktu. Namun, dalam versi terbaru, lebih praktis dengan menggunakan fitur pengambilan nilai sisa anggaran secara otomatis,” jelasnya.
Beban ganda
Iwan menambahkan, penganggaran dan pelaporan dana BOS memberikan tantangan tersendiri bagi bendahara dan operator sekolah. Oleh karena itu, mereka membutuhkan pendampingan dari dinas pendidikan agar dapat membuat laporan anggaran dengan baik. ”Kami mencatat lebih dari 40 persen bendahara dan operator sekolah berperan ganda dengan tugas lainnya, salah satunya sebagai guru,” katanya.
Guru sekaligus operator dana BOS di SMP Negeri 2 Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, Antika Wulan Suharto, mengaku dimudahkan dengan platform ARKAS 4. Sebab, ia tidak perlu lagi mencari sisa anggaran secara manual dari belanja yang realisasinya tidak sesuai dengan nominal dalam perencanaan. ”Dalam versi terbaru sudah otomatis dihitung. Jadi, tidak perlu menyisirnya satu per satu,” ucapnya.
Sementara bendahara dan guru SD Negeri 2 Mlaya, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Heri Susanto, menuturkan, pembaruan dalam ARKAS 4 membantunya untuk menarik data belanja melalui SIPLah. ”Dulu, untuk menyisir sisa anggaran itu bisa memakan waktu setengah hari. Kalau sekarang, terdeteksi dari awal karena sudah otomatis,” katanya.