Rumah Budaya Nusantara Puspo Budoyo Konsisten Lestarikan Seni dan Tradisi
Rumah Budaya Nusantara Puspo Budoyo menginjak usia ke-20 tahun. Rumah budaya ini pun berkomitmen untuk terus melestarikan beragam kesenian dan budaya nasional sehingga para seniman bisa terus tampil secara profesional.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
TANGERANG SELATAN, KOMPAS — Rumah Budaya Nusantara Puspo Budoyo menginjak usia ke-20 tahun. Rumah budaya ini berkomitmen untuk terus melestarikan beragam kesenian dan budaya nasional sehingga para seniman bisa terus tampil secara profesional.
Pendiri Rumah Budaya Nusantara (RBN) Puspo Budoyo, Luluk Sumiarso, menyampaikan, meski tidak disebarkan secara lantang, sampai sekarang RBN Puspo Budoyo terus mencoba bertahan untuk bekerja nyata dalam melestarikan seni dan tradisi. Upaya ini dilakukan agar para seniman profesional bisa tampil dan penerusnya juga tetap berkarya.
”Kami terus mencari teman-teman maupun kolega yang peduli pada kesenian ini agar para seniman yang sangat profesional bisa terus tampil dan adik-adik atau kader bisa terus berkarya,” ujarnya saat memberikan sambutan dalam perayaan hari ulang tahun (HUT) ke-20 RBN Puspo Budoyo di Tangerang Selatan, Banten, Minggu (6/8/2023).
Di balik pergelaran ini, Luluk menyebut banyak sekali pihak seniman yang bisa difasilitasi atau mendapatkan pembinaan dari RBN Puspo Budoyo. Sampai sekarang, RBN Puspo Budoyo telah berhasil melakukan regenerasi seniman, khususnya para penari dan pemusik.
Acara peringatan HUT ke-20 RBN Puspo Budoyo menampilkan sejumlah kesenian, mulai dari tari hingga musik. Beberapa tari yang ditampilkan adalah tari Kupu-kupu Tarum, tari Kalang Sunda, tari Candik Ayu, tari Ngarojeng, tari Marpangir, dan tari Bajidor Kahot.
Kemudian ditampilkan juga karawitan laras tunas puspo budoyo, angklung, dan campursari. Sementara di akhir acara, ditampilkan kolaborasi musik etnis dan tari Nusantara dari puluhan seniman.
Selain itu, dalam memeringati HUT ke-78 Kemerdekaan RI, RBN Puspo Budoyo juga akan mengadakan pergelaran wayang orang ke-101, tepatnya pada 20 Agustus 2023. RBN Puspo Budoyo juga berencana melakukan pentas di dua negara, yakni China dan Jepang.
Pendirian RBN Puspo Budoyo sekaligus sebagai refleksi keprihatinan terhadap pupusnya kecintaan masyarakat terhadap kebudayaan sendiri.
”Delapan tahun berturut-turut sejak 2008 sampai 2014, setiap tahun kami selalu ke Eropa dan Amerika Latin, tetapi ironisnya ke Asia justru belum. Mudah-mudahan penampilan di Beijing (China) bisa mengawali misi kami tampil di beberapa negara Asia,” ucapnya.
RBN Puspo Budoyo didirikan pada 6 Agustus 2003 oleh Luluk Sumiarso, dengan tujuan utama melestarikan budaya lokal. Pendirian RBN Puspo Budoyo sekaligus sebagai refleksi keprihatinan terhadap pupusnya kecintaan masyarakat terhadap kebudayaan sendiri.
Hingga usianya yang menginjak 20 tahun, RBN telah memiliki sanggar tari dengan 200 siswa dan kelas alat musik tradisional seperti karawitan/gambang kromong, angklung, dan kolintang dengan 40 siswa. Selain seni tari dan musik, rumah budaya ini juga fokus mengembangkan dan melestarikan pergelaran sendratari, wayang orang serta wayang kulit.
Pembina RBN Puspo Budoyo Supramo Santosa mengagumi pendiri RBN yang terus berupaya melestarikan kesenian dan tradisi nasional serta mendidik generasi pemuda sebagai penerus di tengah minimnya kepedulian dari masyarakat maupun pemerintah. Padahal, budaya merupakan suatu kekayaan bangsa yang tidak ternilai harganya.
”Saya yakin budaya adalah suatu kekayaan yang harus dimiliki suatu bangsa. Bangsa yang tidak memiliki budaya semakin lama akan semakin pudar. Bisa kita lihat bahwa musik keroncong juga sudah jarang terdengar karena tidak ada yang mempertahankan,” katanya.
Ke depan, ia berharap upaya pelestarian kesenian, tradisi, dan budaya yang dilakukan RBN Puspo Budoyo dapat terus didukung oleh donatur maupun sponsor. Sebab, pelestarian kesenian ini tetap memerlukan dukungan pendanaan dari pihak yang senantiasa berkomitmen dan mencintai budaya bangsa.