Pendidikan Vokasi Ditantang Hasilkan Inovasi Teknologi Mutakhir
Inovasi dengan teknologi mutakhir dalam pendidikan vokasi perlu diselaraskan dengan kebutuhan dunia usaha.
Oleh
NASRUN KATINGKA
·3 menit baca
BEKASI, KOMPAS — Pendidikan vokasi semakin ditantang untuk menghasilkan produk inovasi dengan teknologi mutakhir yang selaras atau link and match dengan kebutuhan pasar. Hal ini akan mempermudah lulusan pendidikan vokasi ketika dihadapkan pada teknologi serupa di lapangan kerja.
Direktur Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Uuf Brajawidagda mengungkapkan, lembaga pendidikan vokasi sudah seharusnya selalu menghadirkan inovasi yang relevan dengan kebutuhan dunia usaha.
”Pendidikan harus melihat apa yang dibutuhkan industri. Hal ini perlu kolaborasi dari berbagai pihak. Dengan demikian, inovasi terbaik akan dilahirkan yang sesuai dengan kebutuhan pasar. Inovasi seperti ini yang terus didukung dan didorong pemerintah,” kata Uuf saat peluncuran Innostra, mesin computer numerically controlled (CNC), di Kampus Politeknik Astra di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (26/7/2023).
Innostra merupakan teknologi sistem otomasi mesin perkakas dari Politeknik Astra berkolaborasi dengan PT Astra Otoparts Tbk Winteq. Mesin ini memiliki keunggulan multifungsi dalam proses permesinan, yakni penggilingan (milling), pengukiran laser (laser engraving), dan percetakan 3D (3D printing).
Kepala Pengembangan Produk dan Penerapan Teknologi Politeknik Astra Harki Apriyanto mengatakan, Innostra diciptakan dengan teknologi mutakhir untuk menyesuaikan kebutuhan pasar. Berstatus sebagai mesin CNC multifungsi perdana yang dibuat di Tanah Air, produk ini bisa menjangkau pasar yang luas.
”Dengan teknologi mesin, multifungsi mesin ini bisa menghemat ruang dan biaya operasional bagi industri,” ujar Harki.
Experience (pengalamannya) sama sehingga ketika terjun dalam dunia kerja, lulusannya sudah terampil dan tidak perlu banyak penyesuaian lagi.
Di sisi lain, inovasi dengan teknologi mutakhir di lembaga pendidikan vokasi ini menjadi modal yang baik bagi peserta didik sehingga terbiasa dengan mesin serupa yang digunakan oleh industri. Dengan demikian, lulusan bisa beradaptasi ketika berhadapan dengan teknologi serupa.
Hal serupa diungkapkan Kepala Pengembangan Produk PT Astra Otoparts Winteq Febri Setianto. Sebagai pengembang dan distributor, Febri menyebut Innostra juga akan difokuskan menjangkau pasar lembaga pendidikan vokasi. Dia berpandangan, selain teknologi sesuai dengan kurikulum pendidikan vokasi, Innostra juga efektif karena multifungsi hanya dengan satu mesin.
Peserta didik di sekolah-sekolah vokasi, lanjut Febri, bisa mendapatkan pengalaman menggunakan mesin yang serupa dengan yang digunakan di industri. ”Experience (pengalamannya) sama sehingga ketika terjun dalam dunia kerja, lulusannya sudah terampil dan tidak perlu banyak penyesuaian lagi,” ujar Febri.
Sementara menurut Harki, pendidikan vokasi kini dituntut menghasilkan produk inovasi terbaik agar siap dikomersialisasikan. Apalagi, kata dia, jika ingin mendapatkan pendanaan pemerintah, pendidikan vokasi harus meyakinkan pemerintah bahwa teknologi tersebut tidak hanya berakhir sebagai prototipe, tetapi juga untuk dikomersialisasikan.
Harki menceritakan, teknologi yang telah dikembangkan sejak 2014 tersebut mendapatkan pendanaan dari pemerintah pada 2018. Saat itu, Politeknik Astra mulai berkolaborasi dengan PT Astra Otoparts Tbk Winteq.
”Awal dikembangkan TKDN (tingkat komponen dalam negeri) hanya 20 persen, sekarang telah mencapai 42 persen. Ke depan kami proyeksikan 2024 mencapai 50 persen,” ucap Harki.
Direktur Permesinan dan Alat Mesin Pertanian Kementerian Perindustrian, Eko Agus Nugroho menuturkan, permintaan industri perkakas yang presisi semakin menjadi kebutuhan. Lahirnya CNC Innostra yang memiliki kemampuan permesinan multifungsi menjadi langkah strategis dan inovatif dalam mewujudkan industrialisasi di dalam negeri.