Pengasuhan yang tepat dari orangtua dapat memaksimalkan potensi anak. Selain ibu, ayah juga berperan penting dalam pengasuhan karena membantu mengajarkan nilai moral sekaligus menggali potensi dan bakat anak.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pengasuhan yang tepat dari orangtua, khususnya pada 1.000 hari pertama kehidupan, dapat memaksimalkan potensi yang dimiliki anak. Selain kehadiran ibu, sosok ayah berperan penting dalam pengasuhan karena membantu mengajarkan nilai moral sekaligus menggali potensi dan bakat anak.
Peneliti di Pusat Riset Kependudukan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Oktriyanto, mengemukakan, pengasuhan orangtua terhadap anak perlu dilakukan pada periode 1.000 hari pertama kehidupan. Sebab, waktu ini merupakan periode kritis anak yang ditandai dengan pertumbuhan fisik pesat dan perkembangan otak yang signifikan.
”Beberapa ahli menyebutkan, pada usia ini otak anak berkembang 70 sampai 80 persen dibandingkan otak orang dewasa. Periode ini juga berdampak panjang pada kecerdasan dan kesehatan anak di masa depan,” ujarnya dalam diskusi daring bertajuk ”Riset dan Inovasi Dorong Anak Capai Potensi” di Jakarta, Selasa (25/7/2023).
Menurut Oktriyanto, salah satu pengasuhan pertama yang perlu diperhatikan orangtua adalah saat proses menyusui. Dalam proses ini, menyusui menjadi aktivitas yang dapat membangun hubungan kuat antara ibu dan anak. Metode pengasuhan ini mengacu pada cara-cara dan praktik yang membantu ibu menyusui dengan nyaman.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengasuhan menyusui ini antara lain mencari posisi nyaman, menjalin ikatan dengan bayi, dan memberikan air susu ibu (ASI) sesuai permintaan. Kemudian, ibu harus menjaga pola makan sehat, menghindari stres, berkonsultasi ke dokter apabila ada masalah, dan bersabar selama proses menyusui.
Setelah proses menyusui, hal lainnya adalah melakukan pengasuhan makanan pendamping ASI (MP-ASI). Pengasuhan ini merupakan proses pemberian makanan tambahan selain ASI atau susu formula kepada bayi ketika mereka mulai mencapai usia enam bulan.
Proses MP-ASI merupakan tahap penting perkembangan anak. Sebab, pada usia ini, ASI saja tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi. Oleh karena itu, selain mempertahankan pemberian ASI, orangtua perlu mulai memberikan makanan bertekstur halus, mengidentifikasi reaksi alergi, dan menghindari makanan mengandung gula tambahan atau bumbu tertentu yang tidak dianjurkan.
”Pada prinsipnya, leluhur kita sudah memberikan tiga hal penting dalam pengasuhan, yaitu asah, asih, dan asuh. Jadi, orangtua perlu mengasah keterampilan anak, kemudian berikan cinta kasih sayang, dan terakhir harus didampingi dengan disiplin,” katanya.
Selain ibu, sosok ayah berperan penting dalam pengasuhan dan tumbuh kembang anak. Dalam pengasuhan ini, ayah memiliki beragam peran, mulai dari pelindung atau penjaga keluarga, model perilaku, motivator, cara berkomunikasi, kemandirian, hingga pengajar nilai-nilai moral dan etika kepada anak.
Orangtua perlu mengasah keterampilan anak, kemudian berikan cinta kasih sayang, dan terakhir harus didampingi dengan disiplin.
”Banyak studi yang menyimpulkan bahwa ketika kehadiran seorang ayah kurang akan menimbulkan berbagai masalah. Misalnya, pada anak laki-laki akan berperilaku negatif, sedangkan untuk anak perempuan akan mencari sosok selain ayahnya. Kadang ayah hadir, tapi tak berperan dalam pengasuhan dan hal ini jadi masalah,” tuturnya.
Peran gizi
Peneliti Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi BRIN, Ni Ketut Aryastami, menyatakan, gizi sebagai fondasi sehat jadi bagian penting kehidupan. Karena itu, pemenuhan gizi perlu dibiasakan sejak masa anak-anak dan dimulai dari pola asuh baik, seperti memberi makanan alami yang sehat serta menghindari minuman kemasan.
Pemenuhan gizi ini juga akan mencegah seorang anak mengalami tengkes (stunting). Sebab, stunting di usia balita berdampak pada rendahnya kemampuan kognitif. Ketika usia produktif, anak tersebut tak mampu bersaing dengan anak-anak lain yang memiliki status kesehatan optimal sejak dini.
”Generasi emas dari anak Indonesia yang lahir pada era 2020-an diharapkan mampu membawa Indonesia menjadi negara maju, dimulai dari asupan gizi yang baik. Kemudian, perlu memanfaatkan pangan lokal dan mencegah terjadinya obesitas yang berisiko menjadi penyakit tidak menular,” ucapnya.
Kepala Pusat Riset Kesejahteraan Sosial, Desa, dan Konektivitas BRINMAlie Humaedi menambahkan, anak, khususnya pada 1.000 hari pertama kehidupan, merupakan aktor paling rawan terkena stunting. Dampak tersebut sangat berhubungan dengan pola dan sistem pangan dari keluarga ataupun pola budaya di masyarakat.
”Riset dan inovasi teknologi tidak bisa mengabaikan pengetahuan beserta kearifan lokal. Teknologi boleh canggih, tapi harus mempertimbangkan sumber daya pangan lokal. Pola dan sistem pangan yang dianggap dapat meningkatkan pencegahan stunting harus dinaikkan jadi makanan harian yang disenangi anak-anak,” katanya.