Waspadai Luka akibat Kucing untuk Menghindari Penularan Rabies
Kucing dapat menularkan virus rabies kepada manusia. Penularan terjadi jika terjadi kontak langsung dengan air liur hewan yang terinfeksi rabies.
Oleh
Atiek Ishlahiyah Al Hamasy
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kucing dapat menularkan virus rabies kepada manusia melalui air liur, cakaran, serta jilatan pada kulit yang terluka. Meski kasusnya rabies dari gigitan kucing tidak banyak terjadi, masyarakat tetap perlu waspada terhadap kucing dan hewan lain yang berpotensi membawa virus rabies.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan tahun 2020, sebanyak 98 persen kasus rabies di Indonesia ditularkan anjing dan 2 persen lainnya ditularkan oleh kucing, monyet, dan musang. Sebesar 99 persen penularan rabies dari hewan ke manusia terjadi melalui gigitan.
Ketua Bidang Kesehatan dan Sosial Palang Merah Indonesia (PMI) Cri Sajjana Prajna Wekadigunawan mengatakan, kucing mampu menularkan virus rabies kepada manusia. Umumnya, kucing akan menggigit manusia dan virus menyebar melalui kontak air liur.
”Penyebaran virus rabies pada manusia juga bisa terjadi melalui cakaran. Meskipun cukup jarang, penyebaran virus lewat cakaran hewan sangat mungkin terjadi,” ujar Weka pada diskusi daring ”Menjaga Keluarga dan Hewan Peliharaan dari Penularan Rabies”, Jumat (21/7/2023), di Jakarta.
Kucing bisa terkena rabies dari gigitan hewan liar yang terinfeksi. Semakin banyak kontak kucing dengan hewan liar, maka akan semakin tinggi risiko tertularnya.
Pada fase awal, ciri kucing rabies akan muncul bertahap dan sulit dikenali. Pada 2-4 hari pertama, kucing akan mengalami demam, kekurangan energi, dan nafsu makan menurun. Beberapa gejala rabies pada kucing yang perlu diwaspadai ialah sulit bernapas, kejang, kelemahan atau kelumpuhan di kaki, banyak mengeluarkan air liur, dan perilaku menjadi tidak normal.
Tidak hanya kucing, semua hewan dengan rabies yang biasanya aktif akan menjadi sangat tenang atau pemalu. Begitu pula sebaliknya, hewan yang biasanya pemalu justru akan menjadi lebih hiperaktif.
Weka menegaskan, jika seseorang tergigit hewan yang terinfeksi rabies, luka tersebut harus dicuci dengan air bersih dan sabun atau antiseptik selama 15 menit. Kemudian, segera pergi ke dokter atau fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan pertolongan pertama.
Kementerian Kesehatan melaporkan, kasus gigitan hewan penular rabies meningkat, yakni 82.634 kasus pada 2020, kemudian 57.257 kasus pada 2021, dan 104.229 kasus pada 2022. Kasus kematian karena rabies juga naik. Pada 2020, tercatat sebanyak 40 kasus, pada 2021 ada 62 kasus, dan pada 2022 terdapat 102 kasus. Pada 2023, hingga April, tercatat 31.113 kasus gigitan hewan penular rabies dan 11 kasus kematian karena rabies.
Penyebaran virus rabies pada manusia juga bisa terjadi melalui cakaran. Meskipun cukup jarang, penyebaran virus lewat cakaran hewan sangat mungkin terjadi.
Vaksinasi rabies
Weka menyebut, vaksinasi mampu mencegah penyakit rabies menular dari hewan kepada manusia. Vaksinasi sangat diperlukan mengingat setiap 15 menit sekali terdapat seseorang yang meninggal akibat infeksi virus rabies di dunia.
Terdapat sejumlah kelompok yang perlu divaksinasi rabies lebih awal mengingat intensitas interaksinya dengan hewan. Kelompok tersebut ialah dokter hewan, penyayang binatang, peternak hewan, pekerja atau peneliti laboratorium yang penelitiannya melibatkan hewan, serta orang yang tinggal di daerah endemis rabies dan yang hendak berkunjung ke daerah tersebut.
Weka memaparkan, setidaknya terdapat tiga dosis vaksinasi untuk mencegah rabies, yakni dosis satu yang diberikan sesuai jadwal perjanjian dengan dokter, dosis dua yang diberikan tujuh hari setelah dosis pertama, dan dosis tiga yang diberikan 21 hari atau 28 hari setelah dosis pertama.
”Dosis vaksin ini mungkin bisa ditambah apabila seseorang termasuk berisiko tinggi terinfeksi virus rabies,” ujar Weka. Ia juga mengimbau bagi semua pemilik hewan peliharaan agar memvaksinasi hewan peliharaannya secara rutin untuk mencegah rabies.
Sementara itu, Ketua Animal Defender Indonesia Doni Herdaru Tona berharap Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta serius melakukan program penanganan rabies, seperti vaksinasi rabies gratis dan pemulihan ke masyarakat. Dengan demikian, kasus rabies di DKI Jakarta bisa dihindari.
Menurut Doni, pemerintah perlu mengawasi beberapa jalur masuk hewan yang berpotensi menularkan rabies ke Jakarta. Pengawasan itu harus dilakukan agar Jakarta terbebas dari penyakit rabies yang akhir-akhir ini mulai merebak di Indonesia.