Penguatan Edukasi bagi Anak dengan Diabetes untuk Hindari Komplikasi Akut
Pengelolaan diabetes melitus tipe 1 yang tepat memerlukan pemantauan kadar gula darah secara mandiri serta pemahaman yang komprehensif tentang kondisi penyakit tersebut.
Oleh
Atiek Ishlahiyah Al Hamasy
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Anak yang hidup dengan penyakit diabetes melitus tipe 1 memerlukan lebih dari sekadar dukungan medis. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pasien dan pengasuhnya merupakan cara terbaik untuk mencegah komplikasi akut.
Warga Jakarta Selatan, Dewi Irnawati (38), tidak tega melihat bekas tusukan jarum di antara jari-jari anaknya, Elina Nur Yasmin (9). Yasmin didiagnosis diabetes melitus (DM) tipe 1 ketika berusia 4 tahun. Beberapa gejala yang dialaminya, antara lain, sering buang air kecil, mudah lapar dan haus, serta mudah lelah.
”DM tipe-1 membuat Yasmin harus mendapatkan suntikan insulin setiap hari. Suntikan insulin diberikan setiap kali sebelum makan,” kata Dewi saat dihubungi di Jakarta, Jumat (21/7/2023).
Tidak hanya itu, sebagai orangtua, Dewi juga harus pintar mengatur jumlah asupan makanan Yasmin agar sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan jenis dan jumlah menu disesuaikan dengan dosis injeksi insulin.
Pemberian insulin menjadi faktor terpenting untuk menstabilkan diabetes tipe 1 akibat kadar gula darah yang tinggi. Penyebab DM tipe 1 ialah karena tubuh tidak bisa menghasilkan hormon insulin secara optimal sehingga glukosa darah tidak bisa masuk ke dalam sel tubuh.
Asupan gula Yasmin memang harus sesuai dengan asupan insulinnya. Jika gula darah Yasmin sangat rendah, Dewi segera menaikkan gula darahnya melalui makanan manis. Sebab, jika dibiarkan, tubuh Yasmin akan semakin lemas. Sebaliknya, jika gula darah terlalu tinggi, Yasmin akan merasa sesak napas.
”Saat ini, Yasmin sudah bisa mengerti. Saya selalu memberikan dia pemahaman. Pelan-pelan, dia sudah paham dengan kondisinya,” ujar Dewi.
Menurut data International Diabetes Federation (IDF) diperkirakan lebih dari 1,2 juta anak dan remaja di seluruh dunia hidup dengan DM tipe 1. Setiap tahun, sebanyak 108.200 anak dan remaja di bawah usia 15 tahun didiagnosis menderita DM tipe 1.
Sementara itu, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mencatat, terdapat 1.021 kasus DM tipe 1 di Indonesia hingga tahun 2014. Kejadian DM tipe 1 pada anak paling banyak terjadi pada kelompok usia 5–6 tahun dan usia 11 tahun.
Meningkatkan pengetahuan
Untuk mengatasi masalah DM tipe-1 yang mendesak, Indonesia bergabung dengan program kemitraan global Changing Diabetes in Children (CDiC) untuk memberikan dukungan kepada anak-anak dan remaja dengan DM tipe-1 di Indonesia. Kemitraan ini melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk Kementerian Kesehatan, IDAI, Novo Nordisk, Roche, International Society for Pediatric and Adolescent Diabetes (ISPAD), World Diabetes Foundation (WDF), dan organisasi pasien.
Pemimpin Changing Diabetes in Children (CDiC) Indonesia Aman Bhakti Pulungan mengatakan, pengelolaan DM tipe 1 di Indonesia masih terbatas. Meski begitu, tidak boleh ada seorang anak pun yang meninggal akibat diabetes. Oleh sebab itu, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pasien maupun caregiver (perawat atau pengasuh) adalah cara terbaik untuk mencegah komplikasi akut.
Menurut Aman, ada lima pilar intervensi yang efektif untuk menstabilkan DM tipe 1 pada anak. Lima pilar tersebut meliputi pemberian insulin, diet sesuai kebutuhan dan usia, pemantauan diabetes, olahraga, serta edukasi.
Aman menjelaskan, pemberian insulin menjadi faktor terpenting untuk menstabilkan diabetes tipe 1 akibat kadar gula darah yang tinggi. Penyebab DM tipe 1 ialah tubuh tidak bisa menghasilkan hormon insulin secara optimal sehingga glukosa darah tidak bisa masuk ke dalam sel tubuh. Pemberian insulin dari luar merupakan kontrol terbaik bagi penderita DM tipe 1 agar dapat terus mempertahankan kondisi normal hemoglobin pada angka normal, yakni kurang dari 6,5 atau maksimal 7.
Selanjutnya, penderita diabetes tipe 1 perlu memperhatikan hitungan karbohidrat pada makanan dan minuman yang dikonsumsi. Orangtua juga perlu terus mengawasi diabetes pada anak melalui cek rutin gula darah di berbagai fasilitas layanan kesehatan.
Program ”diabetes camp”
Dalam rangka mengatasi tantangan yang dihadapi penderita DM tipe 1, CDiC telah menyelenggarakan Diabetes Camp pada 15-16 Juli di Bogor, Jawa Barat. Kegiatan tersebut tidak hanya ditujukan bagi anak-anak dan remaja dengan DM tipe 1 agar dapat mengasah kemandirian dan kemampuan mengelola penyakit tersebut, tetapi juga untuk para pendamping dan tenaga kesehatan.
”Diabetes Camp bertujuan membekali anak-anak dengan DM tipe 1 dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mengelola diabetes mereka secara efektif dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka dapat mencapai potensi diri sepenuhnya,” ujar Aman.
Selama dua hari program Diabetes Camp, para penderita dan caregiver mendapatkan berbagai pengetahuan mengenai hidup dengan DM tipe 1. Hal ini termasuk strategi mengelola DM tipe 1secara efektif dalam kehidupan sehari-hari, perencanaan makan, rekomendasi kegiatan fisik, pentingnya dukungan psikososial, serta strategi menghadapi stres dari para tenaga kesehatan.
Selain pengelolaan diabetes, Diabetes Camp juga berupaya meningkatkan kemandirian anak-anak dengan DM tipe 1 melalui edukasi cara memantau kadar glukosa darah serta keterampilan menyuntik dan menyesuaikan dosis insulin secara mandiri. Para peserta juga didorong untuk mencatat kondisi mereka melalui aplikasi PrimaKu sebagai pemantauan kesehatan yang efektif oleh tenaga medis.
Wakil Presiden dan Manajer Umum Novo Nordisk Indonesia Sreerekha Sreenivasan mengatakan, pihaknya berkomitmen untuk memberikan dampak signifikan dalam kehidupan individu yang hidup dengan diabetes, termasuk anak-anak dengan DM tipe-1 dengan menyediakan solusi inovatif, edukasi yang memberdayakan mereka, dan kegiatan kolaboratif. Ia pun merasa bangga dapat mendukung dan bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan dan IDAI dalam mendorong perubahan dalam pengelolaan DM tipe 1 di Indonesia.
”Kami berharap Diabetes Camp dapat memberikan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan anak-anak DM tipe 1 untuk mengelola kondisi mereka secara efektif dan membantu mereka mencapai potensi diri. Kami optimistis bahwa pengalaman ini akan memungkinkan mereka untuk menyambut masa depan yang lebih cerah,” ujarnya.