Tidur Bermutu Bisa Meningkatkan Ketahanan terhadap Stres
Berdasarkan penelitian, kualitas tidur dapat membantu meningkatkan ketahanan terhadap depresi dan kecemasan.
Oleh
Atiek Ishlahiyah Al Hamasy
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Studi terbaru menyebutkan tidur yang berkualitas tidak hanya bermanfaat bagi kesehatan fisik manusia. Tidur yang nyenyak dapat menjadi bagian dari strategi penanggulangan masalah kesehatan mental lantaran dapat membantu mencegah terjadinya gangguan kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi.
Mengutip situs Sciencedaily pada Minggu (16/7/2023), riset dari University of York menunjukkan bahwa tidur yang baik tidak hanya bermanfaat bagi kesehatan biologis manusia, tetapi juga kesehatan psikologis. Hasil dari temuan menyoroti pentingnya penargetan strategi koping positif dan kualitas tidur saat mengalami periode stres kronis.
Penelitian tersebut mempelajari data dari sekitar 600 peserta selama pandemi Covid-19 pada tahun 2020. Penelitian bertujuan untuk menguji teori bahwa strategi penanggulangan mendukung hasil kesehatan mental yang positif, yang dapat diperkuat dengan kualitas tidur yang tinggi.
Kondisi tidur yang sehat bagi kesehatan ditentukan oleh dua hal, yaitu kuantitas tidur dan kualitas tidur.
Mahasiswa PhD dari Departemen Psikologi di University of York, Emma Sullivan, mengutarakan, pandemi Covid-19 telah menjadi periode stres berkepanjangan bagi banyak orang di berbagai negara di dunia. Hal tersebut membuatnya tertarik melakukan penelitian, juga untuk mengatasi pertanyaan beberapa orang.
”Hal ini merupakan studi pertama yang menyelidiki bagaimana strategi koping positif dan kualitas tidur memengaruhi depresi dan kecemasan saat mengalami stresor kronis di dunia nyata. Kami menemukan bahwa kualitas tidur yang lebih baik dikaitkan dengan lebih sedikit gejala depresi dan kecemasan selama awal bulan pandemi Covid-19,” kata Sullivan.
Tim peneliti menganalisis data dari Survei Tidur dan Kesejahteraan Harian Boston College. Di sana, peserta secara teratur melaporkan sendiri kualitas tidur dan kesehatan mental mereka selama pandemi.
Peserta juga menyelesaikan survei demografi dasar untuk mendapatkan informasi seperti usia, jenis kelamin, dan etnis mereka. Selain mengumpulkan informasi tentang tidur dan kesehatan mental peserta, survei mengumpulkan banyak informasi tambahan seperti konsumsi alkohol peserta, status karantina, dan tingkat aktivitas fisik mereka.
Stres kronis
Supervisor proyek riset tersebut dari Departemen Psikologi di University of York, Scott Cairney PhD, mengatakan, pihaknya menemukan bahwa tidur dapat memainkan peran sangat penting dalam pengelolaan stres kronis sekaligus bisa mempertahankan kesejahteraan dalam jangka waktu yang lama.
”Kami telah mengetahui sejak lama bahwa tidur berkualitas tinggi dikaitkan dengan hasil kesehatan dan kesejahteraan yang lebih baik. Namun, kami ingin tahu apakah ini akan berubah jika strategi tidur ditempatkan di bawah periode stres yang intens dan berkepanjangan, seperti yang dialami banyak orang selama pandemi,” ujar Cairney.
Cairney menambahkan, kondisi tidur yang sehat bagi kesehatan ditentukan oleh dua hal, yaitu kuantitas tidur dan kualitas tidur. Kedua faktor ini harus dimiliki seseorang dengan seimbang. Sayangnya, kebanyakan orang berpikiran bahwa tidur yang baik harus memenuhi kebutuhan jumlah waktu tidurnya atau berkaitan dengan kuantitas tidur saja.
Secara biologis, kurang tidur juga meningkatkan peradangan dalam tubuh yang memicu sejumlah gangguan mental. Menurut ahli saraf di Universitas Oxford, Inggris, Russel Foster, gangguan tidur tidak hanya ditemukan pada orang depresi, tetapi juga pada penderita gangguan bipolar dan skizofrenia.
Pada penderita umumnya mengalami gangguan irama sirkadian tubuh yang membuatnya tidur dan bangun pada waktu yang tak menentu. Gangguan ini bisa membuat penderitanya terjaga sepanjang malam dan tertidur saat hari terang.
Foster berharap, masalah tidur dapat diberikan prioritas tertinggi dalam perawatan kesehatan mental. Gangguan tidur ini umum ditemukan pada berbagai penderita gangguan mental. Namun, hal itu sering kali kurang diperhatikan meski gangguan tidur relatif mudah ditangani.