Komputasi Performa Tinggi Mahameru
BRIN mengembangkan infrastruktur komputasi performa tinggi Mahameru. Infrastruktur ini menyediakan layanan untuk mendukung berbagai riset yang bersifat terbuka bagi publik.
Perkembangan teknologi dan komputasi telah dimanfaatkan semua orang untuk memudahkan pekerjaan di berbagai bidang. Komputasi dengan performa tinggi merupakan salah satu infrastruktur teknologi yang sangat penting karena data menjadi paradigma keempat dalam dunia sains.
Infrastruktur komputasi dengan performa tinggi (high performance computing/HPC) merupakan teknologi dengan memanfaatkan kekuatan superkomputer untuk memecahkan masalah kompleks yang membutuhkan sistem komputasi yang masif.Dalam aplikasinya, teknologi ini dapat membantu para peneliti mengeksplorasi dan memanipulasi data serta menemukan berbagai inovasi.
Beberapa riset yang dapat didukung dengan teknologi HPC antara lain di bidang pertanian dan peternakan. Dalam bidang pertanian, aplikasi HPC untuk tomografi dapat dimanfaatkan untuk mendeteksi kebusukan buah, pengembangan sensor data, deteksi abnormalitas pada daun buah melon, serta sistem identifikasi tingkah laku ayam ternak secara pintar.
Kepala Pusat Riset Komputasi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Rifki Sadikin mengemukakan, di bidang kesehatan, skala ekstrem dari HPC akan membantu pengerjaan beberapa riset, salah satunya terkait dengan bioinformatika. Dalam riset bioinformatika, terdapat sejumlah fase yang membutuhkan dukungan HPC seperti saat melakukan simulasi dinamika molekular (MD) untuk menganalisis pergerakan fisik atom dan molekul.
Dalam aplikasinya, teknologi ini dapat membantu para peneliti mengeksplorasi dan memanipulasi data serta menemukan berbagai inovasi.
”Dalam riset di material sains juga menjadi hal biasa menggunakan sumber daya komputasi untuk pemodelan sebagai salah satu cara penemuan material baru. Kemudian, riset lainnya terkait dengan engineering, pemodelan iklim dan cuaca, ataupun oseanografi,” ujarnya dalam acara pengenalan Mahameru HPC BRIN secara daring, Kamis (13/7/2023).
Selain itu, saat ini teknologi HPC juga menjadi aspek penting dalam riset dan pengembangan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). Sebab, pengembangan AI memerlukan pemrosesan data yang besar dan kompleks. Dukungan sistem HPC akan membuat pemrosesan data lebih cepat dan efisien sehingga dapat meningkatkan produktivitas.
Banyaknya bidang ilmu yang sangat bergantung pada teknologi ini membuat BRIN mengembangkan infrastruktur Mahameru HPC. Infrastruktur HPC BRIN dibuat pada 2022 dan baru mulai dikembangkan secara masif tahun 2023. Pengembangan infrastruktur ini bertujuan untuk menyediakan layanan atau sumber daya komputasi performa tinggi untuk berbagai periset dari segala bidang ataupun lembaga yang ada di Indonesia.
Baca juga: Melihat Perkembangan Teknologi Komputer dari Kacamata Gordon Moore
Rifki menjelaskan, Mahameru HPC BRIN dikembangkan sebagai upaya mengonsolidasikan sumber daya komputasi agar lebih efisien menyusul integrasi sejumlah lembaga riset ke dalam BRIN. Sebelum integrasi, selama ini kluster HPC dari berbagai lembaga riset tersebar di beberapa tempat sehingga tidak efisien dan menyulitkan pengelolaan.
Pusat data Mahameru HPC BRIN akan ada di dua lokasi, yakni Kawasan Sains dan Teknologi (KST) Soekarno di Cibinong dan KST BJ Habibie di Serpong. Kedua KST ini juga bisa saling menjadi pusat pemulihan gangguan (disaster recovery center/DRC) sebagai cadangan data.
Struktur pengelolaan HPC BRIN terdiri atas lintas unit, yakni manajer laboratorium, admin sistem sebagai penyelia (supervisor) dan pelaksana, admin aplikasi, serta komite pengguna. Khusus untuk admin aplikasi berasal dari beberapa organisasi riset BRIN.
Spesifikasi sumber daya
Sumber daya komputasi HPC dari BRIN tahun 2022 terdapat 92 komputasi node (simpul jaringan) yang masing-masing memiliki dual prosesor dengan memori akses acak (RAM) sebesar 256 gigabit (Gb). Kemudian HPC ini juga memiliki 1 komputasi node tinggi dengan memori sebanyak 1,5 terabit (Tb) dan 2 login atau manajemen node. Adapun total penyimpanan HPC ini mencapai 4,5 petabit (Pb).
Menurut Rifki, HPC ini tidak memiliki kluster unit pemrosesan grafis (GPU) meski sudah diusulkan untuk ditambahkan. Sebab, Kepala BRIN meminta agar memaksimalkan penggunaan kluster GPU yang sudah ada sebelum menambah yang baru.
Sementara untuk infrastruktur jaringan, Mahameru HPC sudah memiliki dedicated koneksi sebesar 100 megabit per detik (Mbps) baik dari internet maupun internal BRIN. Koneksi ini dapat digunakan untuk mendukung transfer data ukuran besar secara cepat.
”Semua data sedang dicadangkan sehingga apabila ada pemindahan tidak membuat data menghilang. Kemudian, beberapa peladen lain, menurut rencana, dibuka dan direvitalisasi apabila belum ada penggunaan. Jadi, proses integrasi terus berjalan agar sumber daya komputasi ini bisa dimanfaatkan bersama,” ucap Rifki.
Selain untuk kebutuhan riset, kata Rifki, pengembangan Mahameru HPC BRIN dengan spesifikasi ini juga dibuat untuk mendukung layanan laboratorium yang menghasilkan data berukuran besar. Beberapa di antaranya laboratorium pengurutan (sequencing) dan CryoEM yang merupakan bagian dari infrastruktur Gedung Genomik di KST Soekarno Cibinong, Bogor.
Permohonan akses
HPC bersifat terbuka bagi publik untuk tujuan penelitian tanpa biaya dan baru dapat diakses dua minggu ke depan setelah komite pengguna selesai melakukan persiapan. Permohonan akses HPC bagi publik dilakukan melalui sistem Elektronik Layanan Sains BRIN (Elsa) agar ada akuntabilitas dan semua kegiatan dapat tercatat dengan baik.
Para pemohon juga perlu mengisi sejumlah kolom keterangan seperti proposal di sistem Elsa yang menjelaskan tujuan mengakses Mahameru HPC BRIN. Kolom keterangan tersebut meliputi tanggal pelaksanaan layanan, judul proposal, abstrak, kata kunci, tujuan, metodologi, daftar anggota, perangkat lunak, sumber dana, catatan, dan keluaran.
”Mahameru BRIN berusaha bisa menyediakan layanan atau sumber daya komputasi untuk periset yang ada di Indonesia. Kami berencana membentuk komite pengguna agar bersama-sama bisa menumbuhkan komunitas dan menentukan kelayakan sebuah kegiatan riset untuk penggunaan infrastruktur ini,” kata Rifki yang juga ketua pelaksana HPC BRIN.
Kegiatan terdekat yang akan dilakukan dua minggu ke depan, pada 17-28 Juli, terkait persiapan penggunaan HPC ini adalah merestrukturisasi layanan Elsa. Setelah itu, dilakukan juga penerapan penyelia dari komite pengguna dan pelaksana HPC BRIN.
Kepala Grup Laboratorium Informasi Genomik The Center for DNA and Fingerprint Diagnostic (CDFD) India Ajay Kumar Mahato mengatakan, pada dasarnya HPC memiliki karakteristik yang memungkinkan pemrosesan secara paralel. Cara ini akan memangkas waktu pemrosesan dan mempercepat analisis atau pekerjaan di berbagai bidang.
Baca juga: Pusat Data Kecerdasan Buatan Diluncurkan
Pada bidang kesehatan, kata Ajay, HPC ini mampu mendukung teknologi next generation sequencing (NGS) yang canggih untukmendiagnosis penyakit genetik lebih cepat dan akurat. Dukungan HPC dalam NGS dapat memberikan fleksibilitas untuk menghasilkan data tanpa proses kloning dan amplifikasi.
”HPC diperlukan untuk menganalisis dan memahami data tersebut. Oleh karena itu, infrastruktur HPC harus dimiliki, baik pemerintah pusat maupun lembaga,” tambahnya.