Pemanfaatan kecerdasan buatan dan pengolahan mahadata dinilai berperan penting dalam kolaborasi antara perguruan tinggi dan industri. Untuk mendukung upaya itu, pemerintah meluncurkan pusat data kecerdasan buatan.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi meluncurkan Pusat Data Kecerdasan Buatan dengan menggandeng tujuh perguruan tinggi Indonesia dan kolaborasi industri. Kehadiran pusat data itu untuk mendukung mahasiswa dan dosen dalam memanfaatkan kecerdasan buatan dan mengolah mahadata.
Peluncuran Pusat Kecerdasan Buatan Pendidikan Tinggi atau Dikti AI Center dilakukan bersamaan dengan peluncuran aplikasi transformasi digital lainnya dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Diktiristek) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Peluncuran tersebut dilakukan oleh Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Diktiristek Nizam, di Jakarta, Senin (3/1/2022).
Selain Dikti AI Center, acara itu juga dibarengi dengan peluncuran platform Siaga (sistem informasi kelembagaan), Satu Dikti yang merupakan aplikasi super bagi berbagai platform layanan Ditjen Diktiristek, dan Single Sign On untuk memudahkan pengguna bisa login dengan satu nama pengguna. Adapun Neo Feeder 2022 untuk mempermudah antarmuka layanan Diktiristek serta meningkatkan integritas layanan.
Terkait Dikti AI Center, Nizam mengutarakan, Pusat Kecerdasan Buatan ini akan menjadi milik dosen dan mahasiswa agar dapat melaksanakan proyek penelitian di Ditjen Diktiristek ataupun Jejaring Riset dan Edukasi Indonesia/IDREN).
”Kehadiran Dikti AI Center ini diharapkan mengakselerasi pengembangan talenta AI dan riset bidang AI. Kita ingin bisa terpandang di bidang baru ini yang juga bermanfaat untuk industri. Ada beberapa kerja sama dengan industri untuk memanfaatkan komputer super, agar banyak riset bermanfaat untuk bidang kesehatan, kebijakan, kota cerdas, pertanian cerdas, termasuk juga untuk pengelolaan pendidikan,” kata Nizam.
Dikti AI Center mendukung pemanfaatan dan riset AI. Kini tersedia AI komputer super terdiri dari lima buah NVDIA DGX-A100 dengan total kapasitas 25 petaflops. Infrastruktur ini bisa dipakai oleh 250 pengguna aktif secara bersamaan pada semua perangkat.
Ada juga jaringan perguruan tinggi yang mempunyai AI komputer super dengan kapasitas 47,5 pentaflops. Menurut Nizam, Indonesia butuh komputer super AI dengan kapasitas tinggi karena sekarang era AI dan kebutuhan menganalisis data besar serta banjir data.
Dengan adanya AI komputer super, informasi dapat diproses dengan cepat untuk bisa memberi masukan dalam pengambilan keputusan. Sepanjang tahun 2021, banyak mahasiswa terlibat magang di bidang AI, analisis mahadata, dan lainnya yang membutuhkan komputer super.
”Adanya AI Center jadi penting untuk mengakselerasi bidang digital, mempersiapkan ahli di bidang AI dan ilmu turunannya,” ujarnya.
Menurut Nizam, peluncuran aplikasi transformasi digital Ditjen Diktiristek dan Center AI untuk mengakselerasi perguruan tinggi melalui program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Dalam mendukung talenta digital, ada program magang bersertifikat dan studi independen bagi mahasiswa untuk AI, mahadata, mesin pembelajar atau machine learning, dan lainnya.
”Kita memfasilitasi AI Center dalam rangka mendukung kolaborasi industri dan seluruh insan pendidikan tinggi untuk layanan MBKM. Fasilitas AI merupakan ekosistem PT untuk memberi layanan serta meningkatkan produktivitas dosen dan mahasiswa dalam riset, pelatihan, dan pembelajaran, terutama dalam AI dan pemanfaatan mahadata lewat MBKM,” kata Nizam.
Sekretaris Ditjen Diktiristek Paristiyanti Nurwardani mengatakan, Dikti AI Center akan terus dikembangkan. Kolaborasi dilakukan bersama dengan tujuh perguruan tinggi untuk mengawal Indonesia AI Riset Konsorsium.
Kita memfasilitasi AI Center dalam rangka mendukung kolaborasi industri dan seluruh insan pendidikan tinggi untuk layanan Merdeka Belajar Kampus Merdeka.
Tujuh perguruan tinggi itu meliputi Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Universitas Gunadarma, Institut Teknologi Bandung, Telkom University, Universitas Dian Nuswantoro Semarang, dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Kolaborasi ini akan memanfaatkan Dikti AI Center untuk melakukan pelayanan pada transformasi pendidikan.
Permintaan tinggi
Direktur Media Kernels Indonesia (Drone Emprit) Ismail Fahmi mengatakan, ada tiga level kecerdasan digital, yakni digital citizenship atau tentang penggunaan digital, digital creativity atau membuat karya dengan memanfaatkan teknologi digital, serta digital competitiveness atau menciptakan produk dan peluang pekerjaan baru.
”Indonesia terkait kompetitif masih rendah. Ini disebabkan kita belum siap menciptakan produk baru dengan teknologi digital,” kata Ismail yang juga dosen Universitas Islam Indonesia.
Terkait pasar mahadata, permintaannya terus naik. Itu membutuhkan kemampuan bidang kecerdasan buatan dan mahadata atau big data. Pemanfaatan aplikasi mahadata dan AI bisa untuk sistem pendukung pengambilan keputusan, inovasi, dan pemasaran.
Sebagai contoh perguruan tinggi, dapat memanfaatkan AI dan mahadata untuk mengolah data mahasiswa. Sebagai contoh, pemanfaatan AI dan mahadata untuk mencegah angka putus kuliah/drop out (DO), bisa dikaji dari melihat kecenderungan data banyak mahasiswa yang DO.
”Big data itu ada banyak data yang tidak karuan formatnya, tidak tersambung. Ketika dibutuhkan dibuat pola lalu dengan AI sehingga bisa untuk mengambil keputusan,” jelas Ismail.
Penggunaan AI bisa diterapkan di perguruan tinggi, terutama untuk menciptakan sumber daya manusia berkualitas yang menguasai data dan AI. ”Kalau bukan orang IT (teknologi informasi), ya lulusannya melek data yang bisa dimanfaatkan di bidang pendidikan, kesehatan, pertanian, dan lainnya. Sederhananya, bisa mulai menggunakan data,” kata Ismail.
Pada tahun 2022, pekerjaan terkait data termasuk tinggi. Banyak kebutuhan data oleh perusahaan atau lembaga. Untuk itu, kemampuan yang dibutuhkan adalah memahami matematika dan statistik, programming, dan database, serta mikrokredensial. Ahli di bidang AI butuh berkolaborasi dengan pihak atau ilmu lain. Intinya data sains ini harus berkolaborasi.