Kesadaran Masyarakat Titipkan Warisan Budaya di Museum Meningkat
Dalam dua tahun terakhir, koleksi Museum Siginjai Jambi naik 40 persen dari hasil penitipan masyarakat. Jumlah warisan budaya titipan kini mencapai 300-an buah. Sinyal baik dari kesadaran warga akan pelestarian.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·3 menit baca
JAMBI, KOMPAS — Keterbukaan masyarakat mendukung pelestarian benda peninggalan budaya meningkat dalam dua tahun terakhir. Salah satunya dialami Museum Siginjai Jambi yang mencatat peningkatan jumlah koleksi dari masyarakat. Hal itu memberi harapan baik bagi keberlanjutan pelestarian ke depan.
Kepala Seksi Bimbingan dan Publikasi Museum Siginjai Jambi, Krisviorini, mengatakan, dalam dua tahun terakhir, koleksi museum naik 40 persen dari hasil penitipan masyarakat. Jumlah koleksi titipan kini mencapai 300-an buah.
Benda-benda yang dititipkan ini sebagian besar merupakan warisan budaya berbahan kain, kayu, dan kertas. ”Misalnya, batik kuno, surat-surat kuno, peralatan tradisional di masa lalu, dan mata uang kuno,” katanya, Selasa (11/7/2023).
Pascapandemi, ada kecenderungan warga menilik kembali benda-benda warisan kuno yang dimilikinya. Ada kesadaran ingin menjaga warisan itu tetap awet, tetapi tidak mengetahui caranya. Benda-benda tersebut akhirnya dititipkan ke Museum Siginjai. ”Di sini, kami menerapkan perawatan yang bersifat preventif dan kuratif agar warisan-warisan itu tidak rusak,” ujar Krisviorini.
Ia menyebut, salah satu warisan tertua yang dititipkan di museum adalah kain batik bermotif tampuk manggis dari Kabupaten Sarolangun. Pemiliknya berharap agar warisan itu bisa menjadi bahan edukasi publik sekaligus dapat tetap terawat.
Selain penitipan, sejumlah koleksi juga didapat dari hibah. Sebagian di antaranya berupa awetan satwa liar dilindungi, seperti harimau sumatera, macan dahan, dan kuau. Salah satu koleksi satwa terbesar yaitu harimau sumatera, didapat dari hibah Komando Resor Militer 042/Garuda Putih.
Selama ini, harimau awetan tersebut dipajang di halaman muka markas komando tersebut. Namun, seiring adanya protes perihal kepemilikan satwa liar awetan pada institusi negara, harimau offset tersebut lalu dihibahkan ke museum. ”Kalau di sini bisa menjadi bahan pengetahuan. Bisa untuk menunjang penelitian dan edukasi,” kata Krisviorini.
Warisan hibah dan titipan itu menambah koleksi museum yang kini berjumlah 8.000 buah. Semua koleksi itu mengisi sebanyak tiga lantai. Semakin banyaknya koleksi dilengkapi dengan beragam kegiatan yang melibatkan publik.
Hal ini, antara lain, dengan menggelar permainan tradisional berupa lomba gasing dan lomba permainan hadang yang akan berlangsung pada Agustus 2023. Ada pula lomba menganyam, masakan tradisional, dan pakaian tradisional.
Kegiatan publik, kata Krisviorini, efektif meningkatkan kunjungan. Tahun lalu, target jumlah pengunjung 24.000 orang, tetapi dapat terealisasi 26.000 orang.
Nindi, pengunjung dari Muaro Jambi, mengaku baru pertama kali ke museum. Ia memanfaatkan libur sekolah dengan berkunjung bersama teman-temannya. Seusai melihat koleksi museum, mereka bermain permainan tradisional di halaman belakang.
Elvina, petugas museum itu, menyebut gedung tiga lantai memiliki beragam jenis koleksi. Pada lantai satu terdapat berbagai peninggalan sejarah kepurbakalaan dan alam. Lantai dua berisi koleksi peralatan tradisional dan rumah tangga di masa lampau, mulai dari peralatan berburu di hutan, menangkap ikan, pengolahan hasil panen, hingga wadah anyaman. Sementara pada lantai tiga berisi koleksi ragam budaya dan seni tradisi Jambi.