Generasi Muda Perlu Mengenal dan Mempelajari Akar Budaya
Generasi muda perlu mengenal kesenian dan kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam. Dengan mengenal, mereka akan tertarik untuk mempelajarinya.
Oleh
Atiek Ishlahiyah Al Hamasy
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Semua unsur lapisan masyarakat perlu turut berperan dalam menggali dan merumuskan nilai-nilai luhur bangsa. Hal ini penting untuk memperkenalkan seni budaya adi luhur kepada generasi muda.
Hal tersebut dikatakan Penghageng Keraton Surakarta Hadiningrat Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Koes Moertiyah Wandansari atau yang akrab disapa Gusti Moeng dalam acara bincang-bincang (talk show)dengan tema ”Nilai-nilai Seni Budaya Karaton Surakarta”, Minggu (9/7/2023), di Gedung Kautaman Pewayangan, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur.
Tidak hanya pemerintah, orangtua dan masyarakat luas juga dapat berperan mengenalkan budaya bangsa terhadap generasi selanjutnya. Gusti Moeng menilai, generasi muda perlu mengenal kesenian dan kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam. Dengan mengenal, maka akan lebih mudah bagi mereka untuk tertarik mempelajarinya.
Banyaknya kebudayaan di Indonesia membuka kemungkinan bagi negara lain untuk mengakuinya, terutama negara tetangga. Oleh sebab itu, generasi muda perlu ikut serta dalam usaha menjaga keamanan budaya dengan mempraktikkan cara berbahasa dan sebagainya sehingga budaya tidak mudah diambil atau diakui oleh negara lain.
Dosen sastra dan budaya Jawa fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, Dwi Woro Retno Mastuti, menambahkan, kurangnya peran pemuda dalam menjaga dan melestarikan seni dan budaya daerah terlihat dari tren gaya hidup yang banyak budaya modern yang kebarat-baratan. Akibatnya, mereka kurang mengenal budaya daerah negeri sendiri, terlebih mempelajari dan melestarikannya.
Sementara itu, Ketua Dewan Pengurus Pusat Partai Perindo Bidang Kebudayaan serta Pembina Yayasan Pawiyatan Kabudayaan Karaton Surakarta Hadiningrat GKR Ayu Koes Indriyah mengatakan, kegiatan pementasan diadakan guna melestarikan kebudayaan Indonesia. Menurut dia, Keraton Surakarta merupakan sumber budaya Jawa yang menjadi acuan bagi seluruh tarian Jawa.
”Warisan dari leluhur ini harus kita pertahankan dan maksimalkan untuk dikenal masyarakat. Supaya masyarakat tahu bahwa Keraton Surakarta ada untuk masyarakat dan masih bisa menjadi bagian pelestarian budaya dari negara Indonesia yang tidak lekang oleh zaman,” kata Ayu.
Arjuna Wiwaha
Keraton Surakarta juga menjalin kerja sama dengan pengelola TMII untuk mementaskan fragmen wayang orang dengan tema ”Arjuna Wiwaha”. Pementasan ini merupakan bagian dari program Teater Wayang Indonesia tahun 2023 yang berfokus pada pengangkatan keraton sebagai sumber kebudayaan.
Gusti Moeng menambahkan, pertunjukan seni tradisional berbasis dari lingkungan keraton bertujuan untuk memberdayakan potensi seni budaya khas daerah dan keraton. Selain itu, juga mendorong upaya mendekatkan seni budaya milik bangsa agar dikenal dan dicintai generasi muda.
Keraton Surakarta Hadiningrat membawa 65 seniman yang terdiri dari penari, pengrawit, dan tim kreatif. Rombongan itu dipimpin langsung oleh Gusti Moeng yang juga merupakan Ketua Lembaga Dewan Adat Keraton Surakarta Hadiningrat. Durasi pertunjukan wayang orang 90 menit dengan sajian tari Srimpi Sangupati yang menjadi satu paket sajian berurutan.
Cerita ”Arjuna Wiwaha” sangat relevan dengan situasi bangsa Indonesia saat ini yang sedang menyiapkan pemimpin masa depan. Melalui pentas Fragmen Wayang Orang ”Arjuna Wiwaha”, penonton diharapkan mendapatkan gambaran tentang figur pemimpin yang mumpuni dan pantas untuk dijadikan panutan.
Sebagai informasi, kisah ”Arjuna Wiwaha” adalah cerita yang paling disukai Raja Paku Buwana III sehingga melahirkan karya sastra serat Wiwaha Jarwa. Dalam fragmen wayang orang Arjuna Wiwaha ini, diceritakan tentang keberhasilan Raden Arjuna dalam bertapa di gunung Indrakila dengan sebutan Begawan Mintaraga.
Ketika bertapa, Arjuna tidak terusik dengan godaan para bidadari utusan Dewa, yang berarti ia dapat mengendalikan hawa nafsunya. Selain itu, Arjuna juga berhasil mengemban amanah Dewa untuk menumpas angkara murka yang berujud raksasa sakti bernama Prabu Niwatakawaca. Atas kedua keberhasilan ini, Arjuna diwisuda oleh Dewa dengan gelar Prabu Arjuna Wiwaha dan diberikan takhta di Kerajaan Selakandha Waru Binangun.