Goa Hira, Tanjakan Gunung Batu, Elan Rasulullah SAW
Ribuan umat Islam tiap hari mendaki bukit berbatu Jabal Nur di Mekkah. Cita-cita mereka hanya satu: singgah dan berdoa di Goa Hira, tempat Rasulullah SAW menerima wahyu pertama.
Oleh
ADI PRINANTYO dari Mekkah, Arab Saudi
·4 menit baca
Sabtu (8/7/2023) pukul 03.00 dini hari waktu Arab Saudi. Pagi buta itu, ribuan umat Islam mulai mendaki bukit berbatu yang kemiringannya bervariasi, sebagian mencapai 60 derajat. Tanjakan curam itu utamanya terasa di awal-awal pendakian.
Sebagian di antara pendaki sudah tak muda lagi. Sebut saja serombongan anggota jemaah haji asal Turki, yang sebagian di antaranya nenek-nenek berusia lebih dari 65 tahun. Naik sebentar, berhenti. Mendaki sedikit lagi, harus beristirahat lagi. Jemaah lansia asal Indonesia juga tak sedikit yang mendaki pada pagi itu.
Mayoritas pendaki juga paham, kunjungan ke Jabal Nur bukan termasuk wajib dan rukun haji. Artinya, tidak ke Jabal Nur juga tidak masalah. Ibadah haji mereka tetap sah. Namun, faktanya, rombongan pendaki ke Jabal Nur tak kunjung berhenti, sejak pagi dini hari hingga jelang siang, Sabtu itu.
Mengalirnya jemaah ke Jabal Nur tak lain karena keberadaan Goa Hira yang berada di puncak Jabal Nur, atau Gunung Nur. Goa Hira sangat dikenal di kalangan umat Islam sedunia, sebagai tempat Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama dari Allah SWT melalui Malaikat Jibril.
Lima ayat dalam Surat Al Alaq sebagai wahyu pertama itu diterima Rasulullah SAW di Goa Hira, goa kecil tempat Nabi bermunajat sekian tahun, di tengah masyarakat Arab yang kala itu belum beriman dalam Islam. Ayat pertama Al Alaq yang berarti ”Bacalah dengan nama Tuhan-mu yang menciptakan” dan diterima Rasulullah SAW pada lebih dari 14 abad lalu itu juga sangat maknawi.
Istri Muhammad SAW, Siti Khodijah, kala itu juga mendukung permunajatan sang suami dengan membawakan air minum, susu, makanan, dan selimut. Khodijah pada malam hari harus berjalan dari rumah yang berjarak sekitar 6 kilometer dari Jabal Nur, kemudian mendaki gunung berbatu dengan kisaran 600 anak tangga tersebut. Muhammad SAW dan Khodijah biasa pulang berdua saat Subuh.
Elan Nabi Muhammad SAW itulah yang memotivasi ribuan umat Islam selalu mendaki Jabal Nur demi singgah di Goa Hira meski tantangannya tak mudah. Ratusan Muslimin bahkan menyempatkan menunaikan shalat Subuh di puncak Jabal Nur, di dekat Goa Hira.
Suasana di puncak Jabal Nur, Sabtu pagi itu, padat oleh ratusan anggota jemaah haji dari berbagai negara. Begitu azan berkumandang, mereka yang telah menggelar sajadah di tanah datar yang tak begitu lapang segera menunaikan shalat Subuh. Yang lain mencari sejengkal tanah datar untuk shalat, atau sementara mengambil gambar.
Antrean panjang terlihat saat akan masuk ke Goa Hira, yang hanya sepanjang 3,7 meter dan lebar 1,6 meter. Sukaiman, anggota jemaah haji Indonesia asal Majene, Sulawesi Barat, menuturkan, ”Masuk ke Goa Hira, antrean luar biasa. Saya dan rombongan tetap yakin bisa masuk. Akhirnya perlahan-lahan, meski berdesak-desakan, bisa masuk. Sesampai di dalam, berdoa kepada Allah sambil mengingat ajaran Nabi Muhammad.”
Menurut Sukaiman, setelah mendaki Jabal Nur dengan susah payah dan sesekali berhenti untuk ambil napas, dia menilai perjuangan Rasulullah SAW begitu luar biasa. ”Beliau menenangkan diri di goa yang sempit, kecil sekali. Namun, Rasulullah tetap nyaman, sampai akhirnya ditemui Malaikat Jibril untuk menerima wahyu pertama. Pesan untuk kita, mari kita berjuang dalam hidup ini, terus membaca, membaca, dan membaca,” tambahnya.
Samsul Arifin, mukimin Indonesia di Mekkah sejak 2005, mengisahkan, sebelum 2010 kunjungan ke Jabal Nur masih sepi. Hal itu mengingat Pemerintah Arab Saudi tidak menganjurkan jemaah haji mengunjungi lokasi tersebut. Sehingga, dulu orang ke Jabal Nur harus dengan sembunyi-sembunyi.
Namun, seiring tingginya animo dari umat Islam yang baru saja usai berhaji, kunjungan ke Jabal Nur makin terbuka. ”Bahkan, sekarang Pemerintah Arab Saudi sedang dalam proses pembangunan kereta gantung menuju puncak Jabal Nur. Kurang tahu jadinya kapan,” katanya.
Gunung berbatu Jabal Nur menjadi lokasi jutaan umat Islam sedunia untuk memperbarui kapasitas keimanan mereka. Jika Rasulullah SAW yang berkedudukan mulia di hadapan Allah SWT saja rela mendaki 600-an anak tangga tiap malam demi berkontemplasi, apa susahnya umat Islam kini bermunajat serupa di tengah berbagai fasilitas yang ada?