Kawasan Sains dan Teknologi Soekarno Jadi Pusat Fasilitas Riset Hayati Nasional
Pemusatan fasilitas di Kawasan Sains dan Teknologi Soekarno diharapkan dapat meningkatkan ekosistem riset hayati yang dimulai dari tahapan riset dasar hingga pengaplikasian untuk berbagai bidang keperluan.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·4 menit baca
CIBINONG, KOMPAS —Kawasan Sains dan Teknologi Soekarno menjadi pusat fasilitas riset hayati nasional yang bisa diakses oleh semua pihak, termasuk industri. Melalui pemusatan fasilitas ini, diharapkan dapat meningkatkan ekosistem riset hayati yang dimulai dari tahapan riset dasar hingga pengaplikasian untuk berbagai bidang keperluan.
Hal tersebut disampaikan Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko dalam konferensi pers seusai mengunjungi Laboratorium Gedung Genomik di Kawasan Sains dan Teknologi (KST) Soekarno, Cibinong, Bogor, Jawa Barat, Rabu (5/7/2023). Turut hadir dalam kunjungan tersebut, di antaranya, Presiden RI ke-5 sekaligus Ketua Dewan Pengarah BRIN Megawati Soekarnoputri dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Handoko menyampaikan, KST Soekarno merupakan fasilitas riset yang dikhususkan untuk bidang riset hayati, mulai dari tahapan riset dasar hingga aplikasinya untuk berbagai keperluan, seperti pertanian, peternakan, pangan, dan kesehatan. Berbagai fasilitas riset di KST Soekarno, termasuk Gedung Genomik, dibangun secara bertahap sejak dua tahun lalu.
Megawati tidak menampik bahwa saat ini fasilitas riset belum sepenuhnya terpusat dan berjalan dengan optimal.
”Terdapat empat pusat riset di KST Soekarno dan fasilitas ini dibuka untuk semua pihak, termasuk industri. Oleh karena itu, dari 190 hektar kawasan ini, seluas 30 hektar di antaranya merupakan kawasan komersial. Jadi, kami menyediakan fasilitas untuk tenant (penyewa) industri berbasis penelitian dan pengembangan,” ujarnya.
Menurut Handoko, kerja sama dengan industri dapat dilakukan untuk pengembangan atau produksi reagen, enzim, dan vaksin. Melalui kerja sama ini, nantinya Indonesia bisa mengembangkan vaksin yang telah melalui beragam tahap pengujian dalam satu lokasi.
Selain itu, kata Handoko, saat ini BRIN juga tengah merevitalisasi riset layanan kesehatan berbasis genomik. Pengembangan ini nantinya akan bermitra dengan para pelaku usaha karena bersifat komersial agar ada tata kelola yang lebih baik dan sesuai dengan regulasi negara. Di sisi lain, kemitraan ini juga bisa menumbuhkan ekonomi baru berbasis riset.
”BRIN juga sudah mendapat arahan dari Dewan Pengarah untuk memprioritaskan 16 topik riset hingga tahun depan, salah satunya masalah varietas baru untuk pengganti tebu, termasuk yang terkait dengan lingkungan hidup lainnya,” ucapnya.
Megawati tidak menampik bahwa saat ini fasilitas riset belum sepenuhnya terpusat dan berjalan dengan optimal. Sebab, BRIN sebagai lembaga yang bertugas memusatkan semua aktivitas riset baru dibentuk sejak dua tahun lalu. Sebelum pembentukan BRIN, banyak periset dan fasilitas riset masih terpisah-pisah dan belum terpusat di satu tempat.
”Kami baru mulai membangun kembali (ekosistem dan fasilitas riset) mulai dari sisi struktur. Saat ini fasilitas riset juga belum sepenuhnya berjalan karena tentunya kami harus menggabungkan periset yang tadinya terpecah-pecah menjadi satu,” ujarnya.
Megawati menekankan, nantinya KST Soekarno akan menjadi pusat riset nasional. Semua fasilitas riset dijadikan satu dan terpusat agar segala sesuatu yang dihasilkan dari riset tersebut dapat digunakan tidak hanya segelintir orang, tetapi juga masyarakat luas.
Ia menambahkan, penggabungan fasilitas ini dapat membuat kegiatan riset bisa lebih fokus dan berjalan dengan optimal sesuai dengan urgensi dan prioritasnya. Ke depan, para periset juga perlu memecahkan berbagai permasalahan yang sekarang sedang dihadapi bangsa dan negara, seperti di sektor pangan, dan mengoptimalkan bonus demograsi.
Alokasi anggaran pembangunan
Sri Mulyani memaparkan, alokasi anggaran pembangunan gedung dan fasilitas BRIN dari Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) tahun 2022 mencapai Rp 1,17 triliun. Dari jumlah tersebut, yang telah terealisasi sebanyak Rp 957 miliar. Sisa anggaran tahun 2022 yang mencapai Rp 213 miliar tersebut kemudian diluncurkan dan diakumulasikan untuk tahun 2023 sehingga menjadi Rp 519 miliar.
”Sampai sekarang realisasi baru Rp 20 miliar, jadi masih ada setengah triliun yang harus diserap dalam waktu enam bulan ke depan. Tahun depan, saya belum melihat alokasi untuk SBSN. Namun, biasanya untuk menggunakan SBSN ini harus diserap 100 persen sehingga penggunaannya bisa multiyears (lebih dari satu tahun),” katanya.
Selain itu, untuk keseluruhan tahun 2023, BRIN memiliki sumber dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) langsung sebesar Rp 6,6 triliun dan sampai sekarang realisasinya baru mencapai Rp 1,7 triliun. Seluruh sisa anggaran tersebut ditujukan untuk kegiatan riset, termasuk pembayaran gaji atau honor para periset BRIN.
”Untuk tahun depan, pagu indikatif turun menjadi Rp 5,9 triliun. Namun, bila BRIN membutuhkan anggaran, biasanya masih terdapat sumber sekitar setengah triliun dari LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan) melalui dana abadi penelitian. Jadi, kami akan terus memantau kebutuhan BRIN, mulai dari pembangunan laboratorium, peralatan, hingga operasional penelitian,” ucapnya.