Tenaga Pendidik Dituntut Beradaptasi dengan Kemajuan Teknologi
Institusi pendidikan dituntut cepat beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Hal ini memerlukan kecakapan tenaga pendidik dalam memanfaatkannya.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
TANGERANG, KOMPAS — Kemajuan teknologi kerap menghadirkan berbagai perubahan bagi dunia pendidikan. Adaptasi institusi pendidikan terhadap perubahan itu sangat penting untuk memaksimalkan pembelajaran.
Perubahan tersebut semakin nyata selama pandemi Covid-19. Penggunaan teknologi pada sektor pendidikan semakin intens untuk mendukung pembelajaran jarak jauh. Hal ini menuntut kecakapan tenaga pendidik dalam memanfaatkannya.
Associate Provost for Academic and Innovation sekaligus Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Pelita Harapan (UPH) Eric Jobiliong mengatakan, perubahan dalam dunia pendidikan tidak bisa dihindari. Salah satu tren saat ini adalah pemanfaatan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) ChatGPT, chatbot buatan OpenAI.
”Institusi pendidikan harus cepat beradaptasi dengan kemajuan teknologi. Kalau tidak, kita akan ketinggalan karena teknologi terus berkembang,” ujarnya dalam temu media di Kampus UPH, Karawaci, Kota Tangerang, Banten, Kamis (22/6/2023).
Akan tetapi, Eric mengingatkan, hasil ChatGPT tidak selalu akurat. Oleh sebab itu, penggunaannya harus selektif dan dibarengi dengan analisis kritis.
”Kami menuntut mahasiswa untuk terus belajar. Jadi, saat terjadi perubahan akibat perkembangan teknologi seperti sekarang, dosen juga harus mempelajarinya untuk bisa beradaptasi,” katanya.
Sejak dirilis pada November tahun lalu, ChatGPT diperkirakan memiliki lebih dari 100 juta pengguna secara global. Pertumbuhan aplikasi digital itu melampaui sejumlah media sosial, seperti Instagram dan Snapchat.
Eric menambahkan, perkembangan kecerdasan buatan telah mengubah hampir semua aspek kehidupan serta berdampak pada profesi-profesi yang ada saat ini dan masa depan. Ia menyebutkan, berdasarkan laporan The Future of Jobs 2023 yang dikeluarkan World Economic Forum, 23 persen pekerjaan diperkirakan berubah pada 2027, dengan 69 juta pekerjaan baru diciptakan dan 83 juta pekerjaan tergantikan.
Perubahan dalam dunia pendidikan tidak bisa dihindari. Salah satu tren saat ini adalah pemanfaatan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) ChatGPT, chatbot buatan OpenAI.
Oleh sebab itu, institusi pendidikan perlu beradaptasi dan berinovasi melalui bidang studi serta metode belajar yang digunakan. UPH menerapkan pendekatan center of excellence atau pusat unggulan dengan mengkluster beberapa bidang studi.
”Dengan pengelompokan ini, kami mendorong terjadinya kolaborasi dan pengembangan dalam suatu rumpun program studi,” ucapnya.
Akan tetapi, kemajuan kecerdasan buatan belum dibarengi dengan kesiapan regulasi dalam penggunaannya. Survei global Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) menunjukkan, panduan penerapan kecerdasan buatan di lembaga pendidikan masih sangat minim.
Survei yang dilakukan pada 4-19 Mei 2023 itu melibatkan lebih dari 450 sekolah dan universitas di kawasan Afrika, Timur Tengah, Asia, Pasifik, Eropa, Amerika Utara, serta Amerika Latin. Hasilnya, kurang dari 10 persen institusi pendidikan yang mempunyai kebijakan kelembagaan atau panduan formal mengenai pemakaian aplikasi AI generatif.
”Hasil survei menunjukkan, kita masih sangat bingung dalam penerapan AI generatif yang baru di bidang pendidikan,” ujar Direktur Pembelajaran Masa Depan dan Inovasi UNESCO Sobhi Tawil (Kompas, 3/6/2023).
Direktur Eksekutif Yayasan Pendidikan Pelita Harapan (YPPH) Stephanie Riady berharap UPH dapat menghadirkan pendidikan berkualitas dan relevan dengan kebutuhan saat ini dan masa depan. Menurut dia, dibutuhkan kerja sama banyak pihak untuk mewujudkan harapan itu.
”Tugas ini sangat besar dan kami sadar tidak dapat melakukannya sendirian. Karena itu, kami mengapresiasi kemitraan dan sinergi yang telah terjalin dalam memajukan pendidikan Indonesia,” ujarnya.