Jalur Mandiri Dioptimalkan untuk Penuhi Daya Tampung PTN
Perguruan tinggi negeri menjadi tujuan utama untuk kuliah. Lewat jalur mandiri, peluang itu tetap terbuka.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perjuangan lulusan SMA dan SMK sederajat untuk tembus ke perguruan tinggi negeri masih terbuka lewat jalur mandiri. Perburuan untuk mendapatkan program studi di perguruan tinggi negeri impian lewat jalur mandiri ini terbuka hingga akhir Juli 2023.
Berdasarkan data dari seleksi nasional berdasarkan tes (SNBT) di perguruan tinggi negeri (PTN) yang diumumkan pada Selasa (20/6/2023), dari daya tampung keseluruhan PTN akademik, masih tersisa sekitar 11 persen atau 23.115 kursi. Adapun daya tampung untuk PTN vokasi sekitar 26 persen atau 13.303 kursi. Daya tampung yang tidak terpenuhi ini dapat dioptimalkan tiap universitas/institut/politeknik dengan membuka jalur mandiri, maksimal sampai akhir Juli nanti.
Ketua Forum Direktur Politeknik Negeri Indonesia Ahmad Taqwa, Rabu (21/6/2023), mengatakan, tahun ini untuk pertama kalinya program D-III dari politeknik negeri bergabung dalam penerimaan secara nasional di jalur prestasi dan tes (43 dari total 44 politeknik negeri). Calon mahasiswa yang membidik vokasi, terutama D-III, hanya punya satu kesempatan untuk mengikuti seleksi nasional karena sudah digabung dengan seleksi bersama PTN akademik dan vokasi.
Menurut Direktur Politeknik Negeri Sriwijaya di Sumatera Selatan tersebut, secara statistik ada peningkatan peserta seleksi PTN. Namun, untuk yang memilih prodi vokasi justru turun dibandingkan dengan jika dilaksanakan secara sendiri, khusus politeknik negeri saja.
”Dulu, peserta ikut seleksi PTN yang akademik dulu, lalu nanti bisa lagi ikut seleksi nasional bersama prodi vokasi di politeknik negeri. Namun, sekarang yang secara nasional sudah digabungkan jadi satu, di mana yang terbaru bergabung prodi di D-III. Sebagai perbaikan, kami mengusulkan supaya ada tiga pilihan seleksi bersama nasional karena sekarang hanya dua pilihan. Cara ini bisa meningkatkan pilihan di vokasi, terutama untuk politeknik,” papar Taqwa.
Pilihan kuliah vokasi di jenjang D-III ataupun D-IV peminatnya berimbang. Sekarang kesadaran orangtua sudah mulai meningkat. Mereka mulai berpikiran terbuka agar anak-anak langsung bekerja/berwirausaha lewat pendidikan vokasi. Namun, secara umum masih banyak orangtua yang belum paham peluang kuliah di vokasi.
”Kebijakan saat ini untuk kuliah di S-2 dan S-3 bukan hanya dari PT akademik. Sudah ada S-2 terapan dan disiapkan S-3 terapan. Sudah ada jalur pendidikan sampai pascasarjana, baik lewat akademik maupun terapan,” kata Taqwa.
Guna memaksimalkan daya tampung di politeknik negeri yang masih tersisa, mulai tahun ini ada ujian jalur mandiri bersama politeknik negeri. Meskipun kewenangan berada di tiap politekenik negeri, jadwalnya sama dan ada peluang untuk lintas wilayah.
Pendaftaran terakhir di politeknik hingga 22 Juni. Jika masih ada sisa, tiap politeknik bisa melakukan seleksi sendiri.
Daya tampung yang tidak terpenuhi ini dapat dioptimalkan tiap universitas/institut/politeknik dengan membuka jalur mandiri, maksimal sampai akhir Juli nanti.
”Pilihan satu dan dua diutamakan untuk politeknik tempat peserta mendaftar, lalu pilihan ketiganya bisa lintas wilayah. Ini akan membuat seleksi mandiri menjadi efektif dan efisien, namun kualitasnya juga dijaga,” ujar Taqwa.
Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek Saryadi mengatakan, prodi di vokasi mengikuti perkembangan dengan dunia kerja. ”Memilih pendidikan vokasi jadi kesempatan untuk menyesuaikan bakat dan minat. Ketika menyelesaikan pendidikan, (lulusan) langsung siap bekerja dan berkontribusi memajukan dunia usaha dan industri,” kata Saryadi.
Tren prodi
Ketua Umum Tim Penanggung Jawab Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru Mochamad Ashari mengatakan, ilmu komunikasi dan teknologi informasi beberapa tahun ini punya keketatan tinggi dan peminat banyak. Ilmu kesehatan, seperti kedokteran, gizi, dan farmasi, juga diminati.
Adapun untuk prodi ekonomi dan bisnis digital terus dilirik. Di bidang hukum, prodi kriminologi juga mulai dilirik.
Di jenjang pendidikan vokasi, bidang yang terkait teknologi informasi dan teknik tetap diminati. Demikian pula komunikasi digital dan media, hingga tata boga, perpajakan, seni kuliner, dan desain grafis.
Secara terpisah, Konsultan Pendidikan/Perkuliahan Ina Liem mengatakan, pemilihan prodi lulusan SMA dan SMK derajat sudah mulai mengikuti tren perkembangan masyarakat. Salah satu yang menonjol, yakni ilmu komunikasi, yang sudah mampu masuk lima besar tertinggi dan bisa menggeser pilihan prodi ekonomi, hubungan internasional, atau hukum yang sebelumnya sering berada di posisi teratas.
”Wajar, ya, jika ilmu komunikasi diminati. Banyak siswa SD yang kalau ditanya cita-cita menjawab mau jadi youtuber, content creator, atau influencer. Ilmu komunikasi masih naik daun. Ini bagus, sekaligus perlu diwaspadai,” tutur Ina.
Ina mengatakan, Indonesia ke depannya mudah untuk mendapatkan generasi yang berkiprah di komunikasi semisal influencer. Namun, dalam berkomunikasi ini juga perlu konten yang mendalam. Di sinilah penguasaan pada ilmu-ilmu yang kuat juga dibutuhkan.
”Beri kesempatan bagi anak-anak muda untuk mencoba dan menjelajah berbagai bidang sehingga mereka tahu yang mereka inginkan dan minati. Jadi, tidak sekadar menyarankan ikuti minat atau passion, tetapi terbatas kesempatan dan ruang untuk bereksplorasi hal-hal yang baru atau yang sebenarnya penting,” kata Ina.
Ina mendorong agar perguruan tinggi terus memutakhirkan prodi-prodi dengan perkembangan terbaru dan kebutuhan masa depan. Minat pada teknologi informasi hingga data science terus meningkat. Namun, dalam perkembangan Industri 4.0 dengan meningkatkan internet of things (IoT), perlu juga untuk memperkuat robotik, otomatisasi, dan productengineering.
”Di vokasi juga jangan hanya tentang teknik. Untuk prodi yang mendukung produksi bahan mentah di bidang pertanian, peternakan, hingga budidaya perikanan, juga penting untuk dikuatkan sesuai perkembangan saat ini,” papar Ina.