”Metaverse” Dapat Membantu Mengurangi Pemanasan Global
Sebuah penelitian terbaru menunjukkan, pengembangan dan pemanfaatan ”metaverse” atau metamesta dapat membantu menurunkan emisi.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS —Bagi para pemerhati teknologi, metaverseatau metamesta berpotensi mengubah hampir setiap aspek kehidupan manusia, mulai dari pekerjaan, pendidikan, hingga hiburan. Sebuah penelitian terbaru juga menunjukkan bahwa pengembangan metamesta juga dapat bermanfaat bagi lingkungan.
Para peneliti dari Cornell University, Amerika Serikat, menemukan bahwa metamesta dapat menurunkan suhu permukaan global hingga 0,02 derajat celsius sebelum akhir abad ini.Makalah tim peneliti terkait potensi metamesta dalam mengurangi emisi gas rumah kaca pada 2050 tersebut telah terbit diEnergy and Environmental Science, 14 Juni 2023.
Profesor teknik sistem energi dan penulis senior hasil penelitian tersebut,Fengqi You, mengemukakan, satu hal yang mengejutkan peneliti adalah teknologimetamesta akan tumbuh lebih cepat dari yang dipikirkan selama ini. Hal ini berbeda dengan teknologi seperti televisi yang baru diadopsi semua orang beberapa dekade setelah pengembangan.
”Sekarang kita benar-benar berada di era ledakan teknologi. Ini bisa dilihat dari ponsel pintar kita yang bertumbuh sangat cepat,” ujar You dikutip dari situs resmi Cornell University, Selasa (20/6/2023).
Dalam studi ini, para peneliti menggunakan pemodelan berbasis kecerdasan buatan (AI) untuk menganalisis data dari sektor utama, yakni teknologi, energi, lingkungan, dan bisnis. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi pertumbuhan penggunaan metamesta dan dampaknya, seperti kerja dan pembelajaran jarak jauh, perjalanan virtual, permainan, dan perkembangan non-fungible token (NFT).
Para peneliti kemudian memproyeksikan ekspansi metamesta hingga tahun 2050 di sepanjang tiga skala yang berbeda, yakni lambat, sedang, dan cepat. Setelah itu, peneliti melihat dan membandingkan dengan teknologi sebelumnya, seperti televisi, internet, dan iPhone, untuk mengetahui seberapa cepat kemungkinan adopsi ituterjadi.
Selain itu, peneliti juga memperhitungkan jumlah energi yang akan dikonsumsi oleh peningkatan penggunaan metamesta. Pemodelan menunjukkan bahwa dalam 30 tahun, teknologi tersebut akan diadopsi oleh lebih dari 90 persen populasi dunia.
Saat ini, dua penggerak industri pengembangan metamesta terbesar adalah Meta dan Microsoft. Meta berfokus pada pengalaman individu, seperti pengembangan gim. Adapun Microsoft mengembangkan teknologi terkait solusi dalam dunia bisnisataupun sosial, termasuk konferensi dan pembelajaran jarak jauh.
Menurut You, membatasi perjalanan bisnis karena penggunaan metamesta akan menghasilkan manfaat lingkungan yang besar. Ini merupakan sebuah upaya dekarbonisasi dari sektor transportasi dan dapat dipertimbangkan oleh para pemangku kepentingan.
Hasil studi para peneliti juga mencatat, pada 2050 industri metamesta berpotensi menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 10 gigaton setara karbondioksida (GtCO2e). Kemudian, metamesta juga dapat mengurangi konsentrasi karbondioksida atmosfer yang lebih rendah sebesar 4,0 bagian per juta (ppm), mengurangi gaya radiasi efektif sebesar 0,035 watt per meter persegi, dan total konsumsi energi domestik yang lebih rendah.
Pada 2050 industri metamesta berpotensi menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 10 gigaton setara karbondioksida (GtCO2e).
Temuan ini sekaligus dapat membantu pembuat kebijakan memahami bagaimana pertumbuhan industri metamestabisa mempercepat pencapaian target nol emisi dan memacu strategi dekarbonisasi. Kerja dan pembelajaran jarak jauh berbasis metamesta serta pariwisata virtual dapat dipromosikan untuk meningkatkan kualitas udara.
Selain mengurangi emisi polutan udara, pengurangan transportasi dan penggunaan energi komersial juga dapat membantu mengubah cara distribusi energi. Hal ini dapat diwujudkan dengan lebih banyak mengalirkan pasokan energi menuju sektor perumahan.
”Mekanisme ini akan membantumenurunkan suhu permukaan global hingga 0,02 derajat. Namun, upaya menurunkan suhu tidak bisa hanya mengandalkan metamesta karena banyak sektor perekonomian lain. Akan tetapi, pemanfaatan metamesta yang baik dapat sedikit membantu,” kata Ning Zhao yang juga terlibat dalam penelitian ini.