Penguatan Kompetensi Guru Mengoptimalkan Pembelajaran
Penguatan kompetensi guru menjadi salah satu kunci mendongkrak kemampuan literasi dan numerasi siswa. Guru didorong menggunakan media dan cara pembelajaran interaktif untuk meningkatkan minat belajar siswa.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·4 menit baca
MUARA ENIM, KOMPAS — Rendahnya kemampuan literasi dan numerasi siswa menjadi masalah serius dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Tanah Air. Penguatan kompetensi guru melalui beragam pelatihan diharapkan mengoptimalkan pembelajaran di sekolah.
Berdasarkan Asesmen Nasional 2021, satu dari dua peserta didik di Tanah Air belum mencapai kompetensi minimum literasi. Sementara dua dari tiga siswa belum mencapai kompetensi minimum numerasi.
Sebagai ujung tombak transformasi pendidikan, peran guru sangat sentral untuk membenahinya. Sekitar setahun terakhir, upaya meningkatkan kompetensi guru dalam pembelajaran literasi dilakukan melalui Gerakan Nasional Pemberantasan Buta Membaca (Gernas Tastaba) yang digagas Yayasan Penggerak Indonesia Cerdas di Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan.
Gerakan tersebut melatih sekitar 160 guru dari sejumlah sekolah. Pelatihan ini terdiri dari tiga topik utama, yaitu Menjadi Pembaca Aktif, Membaca Dasar, dan Membaca Bermakna.
Guru Sekolah Dasar Negeri (SDN) 9 Sungai Rotan, Muara Enim, Imam Setiawan, mengatakan, pelatihan itu menambah wawasan dan meningkatkan kompetensi guru, terutama dalam pelajaran membaca. ”Peningkatan kompetensi ini akan mengoptimalkan pembelajaran para siswa,” ujarnya, Minggu (18/6/2023).
Menurut Imam, membaca bukan sekadar merangkai bunyi huruf, kata, atau kalimat. Namun, juga mencerna atau menyerap informasi dan mampu mengomunikasikannya kembali.
”Jadi, bagaimana caranya agar siswa bisa membaca sekaligus memahami isinya. Ini yang perlu ditekankan demi meningkatkan literasi,” ucapnya.
Untuk menguji pemahaman siswa terhadap isi bacaan, Imam menggunakan konsep Guru Bertanya. Siswa diharapkan menggali informasi lebih mendalam dan berusaha memahaminya.
Pertanyaan itu terdiri dari empat tipe, yaitu langsung ada atau tertera secara eksplisit di bahan bacaan, berpikir dan mencari atau tertera di beberapa bagian teks, inferensi atau jawaban tertera secara implisit, serta diri sendiri atau pemahaman siswa yang mengaitkannya dengan pengalaman pribadi.
”Dengan pertanyaan ini, guru bisa mengetahui tingkat pemahaman siswa dan melatih mereka untuk berpikir kritis,” katanya.
Guru SDN 11 Rambang, Muara Enim, Gusti Ayatullah, mengatakan, pelatihan Gernas Tastaba menambah metode pembelajaran bagi guru di kelas. Metode itu di antaranya fonik, fonologi, dan visualisasi. Guru pun semakin terbantu dengan kehadiran Teman Belajar dari lulusan baru dan mahasiswa Universitas Sriwijaya sebagai pendamping.
”Banyak siswa sudah bisa membaca, tapi tidak mengerti isinya. Itu artinya membacanya tidak bermakna,” ujarnya.
Membaca bukan sekadar merangkai bunyi huruf, kata, atau kalimat. Namun, juga mencerna atau menyerap informasi dan mampu mengomunikasikannya kembali.
Salah satu kendala siswa memahami teks bacaan adalah minimnya kemampuan visualisasi. Menurut Gusti, hal itu disebabkan teks tersebut kurang berkorelasi dengan kondisi atau lingkungan keseharian siswa.
”Jadi, ketika membaca, siswa tidak bisa menggambarkan kondisi yang ada dalam teks,” ucapnya.
Fondasi pendidikan
Dalam Festival Belajar Kabupaten Muara Enim pada 17-19 Juni 2023, ratusan guru mengikuti kelas-kelas paralel dengan materi pelatihan membaca dan matematika. Kegiatan ini dipusatkan di SDN 20 Rambang Niru dan SDN 1 Lawang Kidul.
Ketua Dewan Pembina Yayasan Penggerak Indonesia Cerdas Ahmad Rizali menyebutkan, sangat penting mengintervensi metode pembelajaran literasi dan numerasi di tingkat dasar. Sebab, hal itu akan menjadi fondasi bagi pendidikan di tingkatan selanjutnya.
Gernas Tastaba diharapkan mendongkrak kompetensi dan memperkaya metode pembelajaran guru. Gerakan ini berkolaborasi dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Muara Enim, Universitas Sriwijaya, serta didukung oleh PT Bukit Asam Tbk.
”Guru menjadi titik sentral. Kemampuan mereka harus terus ditingkatkan agar bisa membenahi kualitas pendidikan,” jelasnya.
Menurut Rizali, salah satu persoalan mendasar guru di Indonesia adalah tidak dididik sesuai kebutuhan profesi tersebut. Ia mencontohkan, mahasiswa jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) kurang diajarkan kemampuan praktis untuk mengajar.
”Kurang diasah bagaimana saat masuk ke kelas mereka sudah siap untuk mengajar. Jadi, (di bangku kuliah) ilmu dan pengetahuan mereka bertambah, tetapi kemampuan menyampaikan ilmunya belum optimal,” ujarnya.
Membagikan ilmu
Kepala Bidang Ketenagaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Muara Enim Marsip Agustam mengingatkan, tugas guru belum selesai meskipun telah merampungkan pelatihan. Ia mendorong para pendidik agar membagikan ilmu yang diperoleh kepada guru-guru lainnya.
”Harus dibagikan ilmunya. Wajib mengimbaskan agar pengetahuannya tidak hilang. Jadi, bukan hanya untuk diri sendiri sehingga bisa terus berkembang,” jelasnya.
Marsip berharap, program penguatan kompetensi guru itu berkelanjutan. Dengan begitu dapat menjangkau lebih banyak sekolah dan guru di kabupaten tersebut.
Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Sriwijaya Novritika menuturkan, Gernas Tastaba bisa mengubah pola pengajaran guru yang sebelumnya menggunakan metode ceramah menjadi lebih interaktif. ”Guru diajak memaksimalkan berbagai media dan cara agar siswa tertarik untuk belajar membaca,” katanya.