Pembelajaran berdiferensiasi menjadi semakin penting untuk memastikan setiap siswa mendapatkan pengalaman belajar sesuai kebutuhan dan potensi masing-masing. Sekolah wajib mengakomodasi keberagaman kebutuhan siswa itu.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Siswa mempunyai potensi dan kemampuan akademis yang beragam. Alhasil, kebutuhan dalam pembelajarannya pun berbeda. Guru didorong menerapkan pembelajaran berdiferensiasi untuk mengakomodasi kebutuhan siswa.
Direktur Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Wardani Sugiyanto mengatakan, dalam Kurikulum Merdeka, pembelajaran berdiferensiasi menjadi semakin penting untuk memastikan setiap siswa mendapatkan pengalaman belajar sesuai kebutuhan dan potensi masing-masing. Kurikulum ini memberikan kebebasan kepada sekolah, guru, dan siswa dalam pembelajaran.
”Dalam konteks ini, pembelajaran berdiferensiasi dapat menjadi pendekatan efektif untuk memaksimalkan potensi siswa,” ujarnya dalam webinar Pembelajaran Berdiferensiasi di PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), SKH (Sekolah Khusus) dan SMK, Rabu (26/4/2023).
Pembelajaran berdiferensiasi memiliki beragam manfaat di berbagai jenjang pendidikan. Namun, penerapannya juga menghadapi sejumlah tantangan, seperti keterbatasan sumber daya dan dukungan orangtua siswa.
”Oleh karena itu, perlu kolaborasi yang kuat antara pendidik, tenaga kependidikan, orangtua, masyarakat, dan industri untuk memastikan setiap siswa mendapatkan pembelajaran yang optimal,” katanya.
Di jenjang SMK, guru bisa mengembangkan program pembelajaran yang lebih terfokus pada keterampilan dan kompetensi siswa. Pembelajaran berdiferensiasi membantu siswa mempersiapkan diri masuk ke dunia kerja atau melanjutkan ke pendidikan tinggi.
Kurikulum Merdeka memberikan kesempatan bagi guru SKH menerapkan pembelajaran kontekstual dan relevan dengan kebutuhan siswa. Hal ini mendorong siswa berpikir genetis, kreatif, dan inovatif.
Pembelajaran berdiferensiasi memiliki beragam manfaat di berbagai jenjang pendidikan. Namun, penerapannya juga menghadapi sejumlah tantangan, seperti keterbatasan sumber daya dan dukungan orangtua siswa.
”Untuk jenjang PAUD, guru dapat mengembangkan program pembelajaran yang mengakomodasi beragam kemampuan dan kebutuhan siswa dengan mengintegrasikan kegiatan bermain dengan pembelajaran bervariasi dalam memfasilitasi pengalaman pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna,” katanya.
Guru PAUD Terpadu Negeri Assyifa, Pandeglang, Banten, Nurmahdiah, menyebutkan, pembelajaran berdiferensiasi di jenjang PAUD ditekankan pada kegiatan bermain. Anak bebas memilih bentuk permainan yang disukai.
”Pembelajaran berdiferensiasi sangat penting diterapkan di PAUD. Pengimplementasiannya sebagai upaya sekolah dalam melakukan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik,” ucapnya.
Gaya belajar siswa
Guru SMK Negeri 1 Ternate, Maluku Utara, Ahmar Malawe, menerapkan pembelajaran berdiferensiasi berdasarkan gaya belajar siswa, yaitu visual, auditori, dan kinestetik. Diperlukan asesmen awal dalam memetakan gaya belajar sesuai dengan minat siswa.
Untuk gaya belajar visual, media pembelajaran diperbanyak dengan gambar. Sementara gaya belajar auditori dilakukan dengan mengoptimalkan pengelolaan informasi menggunakan suara atau audio.
”Sedangkan untuk gaya belajar kinestetik, siswa suka gerak dan paling aktif. Dalam proses belajar harus melibatkan praktik langsung kepada peserta didik. Jadi, saya mengambil diferensiasinya berdasarkan gaya belajar tersebut,” katanya.
Ahmar menambahkan, setiap anak mempunyai karakteristik berbeda. Guru diharapkan tidak menyeragamkan metode belajar sehingga melahirkan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa.
Guru SKH Negeri 02 Kota Serang, Banten, Evi Novitasari, menuturkan, pembelajaran berdiferensiasi bukanlah hal baru di sekolah khusus. Sebab, cara ini sudah menjadi keharusan agar sesuai dengan keterbatasan siswa.
”Dalam satu kelas ada berbagai jenis kekhususan. Di kelas keterampilan, misalnya, ada siswa tunanetra dan tunarungu. Jadi, kebutuhan pembelajaran mereka pun berbeda,” katanya.