Konservasi dan Fungsi Spiritual Jadi Prioritas, Borobudur Akan Dikelola Satu Manajemen
Pengelolaan Candi Borobudur baik dari sisi budaya, tempat ibadah, destinasi wisata diserahkan kepada Injourney, Borobudur juga diprioritaskan untuk konservasi dan lokasi spiritual, selain berfungsi edukasi dan wisata.
Oleh
NINA SUSILO
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Pemerintah menunjuk PT Aviasi Pariwisata Indonesia atau Injourney sebagai satu-satunya pengelola Candi Borobudur. Pengelolaan terintegrasi ini sekaligus mengembalikan Candi Borobudur sebagai cagar budaya, lokasi spiritual, tempat edukasi, maupun destinasi wisata di Magelang, Jawa Tengah.
Hal ini dibahas dalam rapat tertutup yang dipimpin Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (13/6/2023). Hadir dalam rapat ini, antara lain, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, dan Direktur Utama Injourney Dony Oskaria. Selain itu, hadir pula Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Gubernur DI Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X, serta Bupati Magelang Zaenal Arifin.
Presiden Joko Widodo, menurut Sandiaga, memberikan arahan supaya segera menyiapkan Peraturan Presiden yang menetapkan entitas tunggal pengelolaan kawasan pariwisata Borobudur. Pengelolaan ini akan diserahkan kepada holding BUMN pariwisata, PT Aviasi Pariwisata Indonesia atau Injourney.
Dony menjelaskan, dalam rencana induk Borobudur, Borobudur diprioritaskan untuk empat fungsi. Pertama, konservasi karena keberlanjutan Borobudur sebagai cagar budaya sangat penting. Kedua, fungsi sebagai lokasi spiritual dan ini sudah menjadi komitmen Menteri Agama, Menteri Parekraf, Menteri BUMN, dan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo.
”Kita ingin mengembalikan Borobudur sebagaimana fungsinya sebagai tempat peribadatan sehingga ada soulnya,” ujar Dony.
Untuk itu, akan disiapkan dua gerbang di Borobudur, gerbang untuk wisatawan non-Buddhis dan gerbang untuk warga Buddhis yang akan beribadah.
”Tata cara ini sedang kita bicarakan, begitu juga harganya. Kita ingin memberikan kemudahan pada masyarakat juga untuk melakukan peribadatan di Borobudur,” tambah Dony.
”Kita ingin mengembalikan Borobudur sebagaimana fungsinya sebagai tempat peribadatan sehingga ada soul-nya. ”
Kegiatan wisata spiritual, menurut Sandiaga, harus dikoordinasikan Menteri Agama dengan melibatkan umat Buddha sesuai tata cara peribadatan umat Buddha. Namun, wisata spiritual dinilai penting mengingat 42 persen masyarakat ASEAN itu beragama Buddha. Bahkan, di Asia secara total ada 600 juta umat Buddha.
”Ini potensi yang sangat luar biasa untuk memberi kesempatan pada mereka beribadah di kawasan Candi Borobudur."
”Ini potensi yang sangat luar biasa untuk memberi kesempatan pada mereka beribadah di kawasan Candi Borobudur,” katanya.
Adapun dua fungsi Candi Borobudur berikutnya adalah edukasi dan pariwisata. Pariwisata ini, menurut Dony, diharapkan memberi dampak pada masyarakat. ”Pemerintah tidak dalam upaya mencari uang di Borobudur tapi (berharap Borobudur) memberi dampak ekonomi ke masyarakat sekitar,” tambahnya.
Bangun museum
Basuki menjelaskan, saat ini penataan kawasan yang segera dilanjutkan adalah pembangunan jembatan dan jalur pejalan kaki (broadwalk) dan Kampung Seni Kujon. Untuk pemindahan pasar di kawasan Borobudur menjadi Kampung Seni Kujon, penelitian untuk memastikan ada tidaknya benda arkeologi di bawahnya dilakukan terlebih dahulu oleh peneliti BRIN.
”Kementerian PUPR juga akan membangun museum. ”
Selain itu, Kementerian PUPR juga akan membangun museum. Museum ini, menurut Sandiaga, akan menjadi destinasi alternatif mengingat kondisi batu candi yang semakin aus.
Untuk mengatasi masalah sampah di kawasan wisata ini, Bupati Magelang menyiapkan lahan seluas 8 hektar. Kementerian PUPR akan membangun tempat pengolahan akhirnya.
”Broadwalk dan Kujon segera kita lanjutkan, mudah-mudahan selesai tahun ini. Museum karena besar, mungkin bisa mulai tahun ini, tetapi selesai 2024,” tutur Basuki.
Presiden Jokowi juga meminta supaya dokumen heritage impact assesment segera diselesaikan. Menurut Sandiaga, dokumen tersebut telah diajukan awal Maret tahun ini agar dapat persetujuan dari UNESCO.
Nafas Spiritual
Secara terpisah, Kepala Biara Indonesia Tuṣita Vivaraṇācaraṇa Vijayāśraya Malang Biksu Bhadra Ruci mengapresiasi rencana pemerintah membenahi kawasan Borobudur. Dia juga mengingatkan supaya revitalisasi Candi Borobudur betul-betul menyeimbangkan Candi Borobudur sebagai destinasi wisata dan tempat spiritual bagi umat Buddha.
Hal ini dinilai penting karena sekian lama, Candi Borobudur diperlakukan sebagai monumen mati dan obyek komersil. Baru sejak ada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, candi-candi diberi kesempatan menjadi monumen hidup. Kendati demikian, kenyataannya di lapangan, hal ini tidak teraktualisasi dengan baik.
”Caranya, dengan melakukan konsekrasi ulang dengan berbagai ritual baik dari tradisi Sutra maupun Tantra untuk mengembalikan nilai kesakralannya. ”
Baru pada tahun 2022, berkat pernyataan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, muncul wacana untuk menjadikan Candi Borobudur sebagai tempat ibadah. Jadi untuk menyeimbangkan Candi borobudur, PR terbesar adalah mengembalikan napas spiritual candi.
Untuk itu, karena kesinambungan silsilah juga sangat penting dalam tradisi Buddhis, menghidupkan kembali Borobudur juga perlu memperhatikan aspek tersebut. ”Caranya, dengan melakukan konsekrasi ulang dengan berbagai ritual baik dari tradisi Sutra maupun Tantra untuk mengembalikan nilai kesakralannya,” tutur Bhadra Ruci saat dihubungi. Konsekrasi memiliki makna kata yang digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang dikuduskan atau dikhususkan untuk suatu maksud tertentu, umumnya dalam hal religius.
Selain itu, lanjutnya, Borobudur perlu diisi dengan aktivitas-aktivitas spiritual yang benar-benar fundamental, yakni pembelajaran. Indonesia sejak zaman Sriwijaya sudah menjadi salah satu pusat pembelajaran di dunia, jadi mengembalikan budaya belajar ini sangat penting.
UU Cagar Budaya sebagai payung kebijakan, juga perlu dicermati dan diperjelas terutama terkait memfungsikan kembali Candi untuk menghindari multitafsir. Selain itu, diperlukan petunjuk pelaksana yang jelas terkait kemudahan bagi umat Buddha untuk mengakses dan beribadah di Candi.
Pasalnya, sampai saat ini, banyak sekali laporan dari akar rumput umat Buddha, baik secara individu maupun kelompok, bahwa mereka kesulitan untuk mengakses Candi. Kedatangan umat Buddha di gerbang Candi biasanya disambut dengan kebingungan petugas. Akhirnya mereka harus membayar tiket masuk layaknya turis. Oleh karena itu, akses khusus untuk umat Buddha beribadah sebaiknya segera direalisasikan.
Bhadra Ruci juga meminta ada pelibatan aktif umat Buddha yang memang memiliki khazanah pengetahuan yang sesuai dengan filosofi Candi dalam pengelolaan Candi yang berkelanjutan.
Dia menambahkan, Candi Borobudur sebagai lokasi spiritual sesungguhnya sudah bukan perdebatan lagi. Candi Borobudur dibangun berdasarkan filosofi spiritual Buddhis khususnya Mahayana baik Sutra maupun Tantra. Jadi sudah seyogianya juga dihidupkan kembali dan dikelola menggunakan filosofi yang sama.
Keberadaan arca Panca Tathagata adalah bukti valid Candi Borobudur sebagai mandala Tantra karena filosofi Panca Tathagata adalah basis dari praktik Tantra untuk mengubah manusia biasa menjadi manusia tercerahkan. Sebagai contoh, Arca Amitabha mengandung sejumlah makna simbolik terkait praktik memurnikan sifat kemelekatan manusia, Aksobhya terkait sifat kemarahan, dan seterusnya. (INA)