Upaya Mengedepankan Nilai Spiritual Candi Borobudur Diseriusi
Menteri BUMN Erick Thohir berkomitmen menjaga keseimbangan Candi Borobudur sebagai destinasi wisata dan tempat spiritual umat Budha. Upaya mengembalikan kesucian Candi Borobudur akan dilakukan.
Oleh
Atiek Ishlahiyah Al Hamasy
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Komitmen menjaga keseimbangan Candi Borobudur sebagai destinasi wisata dan tempat spiritual bagi umat Buddha penting untuk segera direalisasikan. Pembatasan pengunjung ke tempat peribadatan suci tersebut perlu dilakukan untuk menjaga warisan sejarah tersebut.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, Candi Borobudur akan terasa hampa jika hanya digunakan sebagai tujuan wisata tanpa ada nilai spiritual di dalamnya. Pihaknya akan berdiskusi langsung dengan presiden dan para menteri terkait untuk menuntaskan pembangunan Borobudur secara menyeluruh sebagai ikon bangsa dan pariwisata Indonesia.
”Kami serius melakukan kerja sama untuk mengembalikan bentuk kesucian Candi Borobudur sebagai destinasi wisata yang mengedepankan nilai spiritual,” ujar Erick dalam press briefing menuju rangkaian perayaan Hari Waisak ”Festival Purnama” di Candi Borobudur pada Juni 2023, Kamis (25/5/2023), di Jakarta.
BUMN saat ini berkomitmen mendukung Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Agama, serta pemerintah daerah untuk menjadikan Candi Borobudur sebagai destinasi wisata yang berkelanjutan.
Erick menyampaikan, Festival Purnama akan menjadi momentum dalam keberagaman di Indonesia. Ia bersyukur diskusi panjang dengan Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) pada empat bulan lalu dapat terealisasi dengan sinergi perayaan Hari Raya Waisak yang lebih maksimal pada tahun ini.
Meskipun demikian, pembatasan pengunjung di tempat ibadah perlu dilakukan. Hal tersebut perlu dilakukan agar suasana ibadah semakin nyaman dan kondusif.
Untuk itu, Erick meminta PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko (TWC) untuk menerapkan sistem zonasi. Hal ini bertujuan untuk memetakan kategori kunjungan berdasarkan tujuan, yakni untuk ibadah, edukasi, atau hiburan. Selain itu, TWC juga akan menempatkan petugas budaya untuk menjaga keseimbangan destinasi.
Hari Raya Waisak 2023 akan jatuh pada 4 Juni 2023 pukul 10.41.19. Tema yang diusung adalah ”Aktualisasikan Ajaran Buddha Dharma di dalam Kehidupan Sehari-hari”. Perayaan Waisak pada tahun ini lebih spesial karena dihadiri lebih dari 5.000 umat Buddha se-Indonesia yang berasal dari majelis-majelis agama Buddha dan lembaga keagamaan Buddha yang berkumpul di Candi Borobudur.
Wakil Ketua Panitia Waisak Nasional YM Bhikkhu Dhammavuddho Thera mengatakan, perayaan Hari Waisak Nasional tahun ini lebih semarak. Terdapat 32 biksu dari empat negara (Thailand, Malaysia, Singapura, dan Indonesia) yang melakukan thudong atau perjalanan spiritual berjalan kaki menempuh jarak 2.600 kilometer dari kota Nakhon Si Thammarat, Thailand, menuju Candi Borobudur, Indonesia.
Saat ini, para biksu sudah tiba di Pekalongan, Jawa Tengah. Para biksu akan sampai di Borobudur pada 31 Mei dan menuju Candi Borobudur pada 1 Juni 2023.
”Tradisi thudong yang dilakukan oleh para biksu untuk melatih kesabaran. Kesabaran adalah praktik dharma yang paling tinggi. Di zaman modern, tradisi thudong harus tetap dilestarikan,” kata Thera.
Thera berharap, perubahan Candi Borobudur akan membawa lebih banyak umat Buddha dari seluruh negara untuk datang ke Indonesia. Ia menyebut, hal tersebut akan membawa dampak besar bagi peningkatan ekonomi masyarakat sekitar.
Selain itu, pihaknya juga tengah mengampanyekan toleransi yang ada di Indonesia. Hal ini dilakukan agar Indonesia dapat memberikan contoh dan teladan bagi negara-negara lain terkait toleransi.
Daya tarik
Wakil Ketua Waisak Nasional Karuna Murdaya mendukung pengembangan Candi Borobudur secara menyeluruh sebagai destinasi wisata yang memiliki nilai spiritual. Ia meyakini, langkah tersebut menjadi daya tarik bagi wisatawan luar negeri untuk datang ke Candi Borobudur. Apalagi, 42 persen penduduk Asia Tenggara beragama Buddha.
Antusiasme masyarakat menyambut Festival Purnama terlihat dari tingginya tingkat okupansi hunian di sekitar Candi Borobudur yang sudah terisi penuh pada 4 Juni 2023. Begitu juga dengan terjualnya 4.500 lampion yang akan diterbangkan saat ritual puncak.
”Pada tahun lalu, pengunjung hari puncak Waisak mencapai 340.000 orang dengan pembatasan. Semoga tahun ini jumlah pengunjung lebih banyak untuk menghidupkan Candi Borobudur sebagai pusat sejarah Buddha dunia,” kata Karuna.
Direktur Utama PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau InJourney Dony Oskaria mengatakan, InJourney dan anak usahanya, PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko (TWC), mendukung persiapan perayaan Tri Suci Waisak 2567 Buddhist Era (BE). Dony berharap, kerja sama antara pihaknya dan umat Buddha terjalin semakin erat sehingga perayaan Hari Waisak tahun depan dapat diselenggarakan lebih optimal.
Sementara itu, Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Budha Kementerian Agama Supriyadi mengatakan, peringatan detik Waisak hanya ada di Indonesia dengan menggunakan patokan astronomi universal. Warisan pendahulu umat Buddha ini menjadi sesuatu yang khas Indonesia sekaligus melambangkan persatuan dan kesatuan umat Buddha Indonesia dari berbagai penggunaan kalender lunar (Tionghoa, Jawa, Bali) dan tradisi agama yang berbeda-beda.
Supriyadi melanjutkan, pedoman penetapan Hari Waisak di Indonesia adalah Purnama-Sidhi berdasarkan perhitungan astronomi yang bersifat universal, ilmiah, dan modern. Dalam penetapan hari besar Buddhis, pergantian hari dimulai pada pukul 00.00.
”Berdasarkan rincian, satu tahun matahari berjumlah 365 hari, sedangkan satu tahun lunar hanya 355 hari. Dengan demikian, terdapat perbedaan 10 hari setiap tahunnya,” kata Supriyadi.