Penguatan Kapasitas Bidan untuk Mencegah Kematian Ibu dan Bayi
Penguatan kualitas dan kompetensi bidan mutlak dibutuhkan. Bidan punya peran penting untuk menekan kematian ibu dan bayi, menekan angka kebutuhan kontrasepsi yang tidak terpenuhi, serta meningkatan kesehatan reproduksi.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
NUSA DUA, KOMPAS — Dua per tiga kematian ibu dan bayi dapat dicegah jika layanan yang diberikan oleh bidan profesional bisa ditingkatkan. Untuk itu, upaya memperkuat peran bidan mutlak dibutuhkan. Pemangku kepentingan di setiap negara pun seharusnya tidak ragu untuk meningkatkan investasi pada pengembangan kompetensi bidan.
Direktur Eksekutif Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pendanaan Kependudukan (UNFPA) Natalia Kanem dalam acara pembukaan Kongres Tiga Tahunan Konfederasi Bidan Internasional (ICM) di Nusa Dua, Bali, Minggu (11/6/2023), menuturkan, bidan merupakan tulang punggung dalam layanan kesehatan reproduksi di masyarakat. Bidan juga amat berperan untuk mencegah kematian ibu dan bayi.
”Bidan memungkinkan kita untuk bisa mewujudkan tiga nol yang dapat mengubah kehidupan perempuan dan remaja perempuan, yakni nol kebutuhan kontrasepsi yang tidak terpenuhi, nol kematian ibu yang bisa dicegah, dan nol kekerasan kekerasan berbasis jender,” ujarnya.
Kongres Tiga Tahunan ICM yang berlangsung kali ini merupakan kongres ke-33. Acara tersebut berlangsung di Bali pada 11-14 Juni 2023 yang dihadiri oleh lebih dari 2.300 peserta, meliputi bidan, advokat layanan kesehatan ibu, serta petugas kesehatan profesional lainnya yang berasal dari berbagai negara di seluruh dunia.
Natalia menyampaikan, peran bidan harus terus diperkuat. Edukasi dan regulasi yang mendukung amat diperlukan. Melalui kerja sama dari semua pihak, upaya percepatan peningkatan kompetensi dan kapasitas bidan pun diharapkan bisa dilakukan. Saat ini setidaknya masih ada kekurangan satu juta bidan di seluruh dunia.
”Dengan menutup kekurangan itu, kita dapat mencegah dua per tiga kematian ibu dan bayi baru lahir. Pada akhirnya, lebih dari empat juta jiwa pun dapat diselamatkan setiap tahun,” katanya.
Natalia menambahkan, dukungan penuh pun perlu diberikan bagi para bidan. Kompensasi yang layak bagi bidan perlu menjadi perhatian bersama. Selain itu, pastikan kapasitas sistem pelayanan kesehatan juga mumpuni.
Bidan memungkinkan kita untuk bisa mewujudkan tiga nol yang dapat mengubah kehidupan perempuan dan remaja perempuan, yakni nol kebutuhan kontrasepsi yang tidak terpenuhi, nol kematian ibu yang bisa dicegah, dan nol kekerasan kekerasan berbasis jender.
Presiden ICM Franka Cadee memaparkan, kebutuhan akan peningkatan investasi pada layanan kesehatan ibu dan anak serta peningkatan kapasitas bidan semakin mendesak dengan angka kematian ibu dan bayi yang kini terus meningkat. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, setidaknya satu perempuan meninggal setiap dua menit karena kehamilan ataupun komplikasi terkait persalinan.
”Kami harap peningkatan kesadaran akan pentingnya peran bidan bisa terwujud. Bidan sangat berperan terkait dengan kesehatan reproduksi, jender, dan keluarga,” tuturnya.
Dalam studi di The Lancet Global Health yang dilakukan oleh UNFPA, WHO, dan ICM menemukan, intervensi yang dilakukan oleh bidan melalui kegiatan keluarga berencana, manajemen diabetes pada ibu hamil, persalinan yang dibantu, serta dukungan menyusui dapat menyelamatkan setidaknya 4,3 juta jiwa pada 2035. Namun, untuk mewujudkan itu, bidan perlu memiliki keterampilan dan kompetensi yang terstandar.
Franka menuturkan, jika peningkatan intervensi pada bidan dapat tercapai, sistem kesehatan pun akan lebih berkualitas. Intervensi untuk kesehatan reproduksi, kesehatan ibu dan bayi, serta remaja pun bisa optimal.
Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Emi Nurjasmi menyampaikan, kontribusi bidan untuk pelayanan ibu hamil, ibu melahirkan, serta layanan kontrasepsi sudah sangat signifikan. Data menunjukkan, 82,4 persen ibu hamil diperiksa oleh bidan. Selain itu, sebanyak 62,3 persen persalinan normal juga ditolong oleh bidan. Sebanyak 76,6 persen pelayanan KB pun dilayani oleh bidan.
”Tantangan yang dihadapi saat ini yakni meningkatkan kompetensi dan kualitas pada bidan, terutama dalam meningkatkan kesadaran untuk segera merujuk kalau ada kasus kasus yang risiko tinggi ataupun ada kelainan supaya tidak terlambat mendapatkan pertolongan,” tuturnya.