Perguruan tinggi kelas dunia bukan sekadar tentang peringkat, tapi justru yang utama adalah membangun budaya kualitas, budaya akademik, dan budaya kerja.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
TANGERANG, KOMPAS – Perguruan tinggi kelas dunia bukan semata-mata mengejar peringkat dari lembaga internasional. Hal ini diharapkan mampu menjadi dorongan bagi perguruan tinggi di Indonesia untuk menjadi universitas kelas dunia.
Selama ini, pemerintah mendorong perguruan tinggi dalam negeri untuk menjadi kampus kelas dunia dengan terus menambah jumlah perguruan tinggi milik pemerintah yang berstatus badan hukum (PTN-BH). Otonomi akademik dan nonakademik PTN-BH dinilai mampu mendukung akselerasi pengembangan perguruan tinggi menjadi kelas dunia.
Akan tetapi, upaya itu dinilai masih setengah hati terutama jika melihat konsekuensinya, yakni menurunnya dukungan anggaran negara (APBN) pada PTN-BH.
Tantangan perguruan tinggi untuk menjadi kampus kelas dunia ini mengemuka dalam peluncuran buku berjudul "Kepemimpinan Menuju Universitas Berkelas Dunia" di Tangerang, Kamis (9/6/2023). Buku yang disiapkan Majelis Excellence Dewan Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi ini berisi, antara lain, tulisan 19 rektor universitas PTN-BH.
Hadir dalam acara tersebut, antara lain, Pelaksana tugas Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Kemendikbudristek Nizam; Sekretaris Dewan Pendidikan Tinggi Kadarsah Suryadi, serta sejumlah mantan rektor dan rektor PTN BH yang berkontribusi menulis buku. Buku ini disunting Guru Besar UI Riri Fitri Sari dan Guru Besar IPB University Daniel Murdiyono.
Ketua Majelis Excellent Dewan Pendidikan Tinggi Daniel Murdiyarso menekankan, kampus dunia merupakan suatu gaya hidup, bukan sekadar tujuan. Karena itu, buku “Kepemimpinan Menuju Universitas Berkualitas Dunia” bisa memberikan gambaran mengenai wujud perguruan tinggi di masa depan dengan melihat tantangan baru saat ini.
Riri sebagai koordinator penulis dan penyunting, mengatakan, perguruan tinggi Indonesia memiliki catatan perjalanan dalam mewujudkan perguruan tinggi kelas dunia. Ikhtiar tersebut tidak lepas dari peran para pimpinan perguruan tinggi yang membawa institusinya ke tingkat dunia.
“Dalam buku ini dimuat pengalaman kepemimpinan para rektor dalam membuat strategi mencapai standar keunggulan pendidikan dan akademik menuju terwujudnya universitas berkelas dunia,” jelas Riri.
Mengacu pada QS World University Ranking 2015-2022, sebenarnya ada peningkatan. Jika pada 2015 hanya ada Universitas Indonesia (UI) yang masuk kampus top 500 dunia, pada 2023 jumlahnya ada lima. Selain UI di peringkat 248 ada juga Universitas Gadjah Mada (UGM) peringkat 231, Institut Teknologi Bandung (ITB) peringkat 235, Universitas Airlangga peringkat 369, dan IPB University peringkat 449.
Sementara itu, Nizam mengatakan, banyak pengetahuan buah dari pengalaman/pikiran yang hilang bersamaan dengan pergantian rektor. “Karena itu, sangat penting bagi kita untuk selalu mempublikasikan, menulis, dan mendokumentasikan tacit knowledge menjadi explicit knowledge untuk bisa terus ditularkan,” ujar Nizam.
Nizam menambahkan, kepemimpinan perguruan tinggi sejatinya bukan hanya menjadi milik rektor, tetapi setiap insan di perguruan tinggi. Hal ini disebut sebagai kepemimpinan kolaboratif yang menjadi sesuatu yang penting dalam mewujudkan perguruan tinggi berkelas dunia.
“Kepemimpinan perguruan tinggi itu bukan hanya tentang rektor, tapi mulai dari rektor sampai dengan petugas kebersihan di kampus semuanya adalah pemimpin. Kepemimpinan kolaboratif ini perlu terus kita bangun untuk mewujudkan perguruan tinggi berkelas dunia,” tambah Nizam.
Pengalaman unik masing-masing pimpinan perguruan tinggi yang dituliskan dalam buku tersebut diharapkan dapat membuka pandangan baru dan memperluas wawasan dalam membawa kampus menjadi kelas dunia. Buku ini juga dapat dijadikan acuan dalam merancang lembaga yang akan mewadahi dan meningkatkan kapasitas calon pemimpin perguruan tinggi masa depan.
Menurut Rektor IPB periode 2007-2017 Herry Suhardiyanto, komitmen untuk menjadi kampus kelas dunia adalah melalui capaian peningkatan mutu akademik secara progresif. Selain itu, dipasatikan juga agar kehadiran kampus bisa berdampak bagi masyarakat sehingga menggairah dosen untuk berkontribusi.
Kampus dunia merupakan suatu gaya hidup, bukan sekadar tujuan.
Awalnya, IPB dengan fokus karakter keilmuan pertaniannya mengalami kesulitan ketika kinerjanya diukur sebagai perguruan tinggi kelas dunia versi QS World University Ranking. “Ranking universitas dapat menjadi cermin dalam merumuskan fokus program kerja, prioritas alokasi sumber daya, dan transformasi universitas menjadi universitas berbasis riset dan menjadi entrepreneurial university,” kata Herry.
Sementara itu, Rektor Universitas Padjadjaran Rina Indiastuti mengatakan, pemimpin penting untuk mengembangkan nilia-nilai masing-masing perguruan tinggi. Sebab, setiap perguruan tinggi memiliki keunikan.
“Dalam tata kelola dan kepemimpinannya akan berbeda-beda. Namun, semangatnya sama bahwa perguruan tinggi ingin punya kontribusi pada kemajuan bangsa,” ujar Rina.