Penggalangan dana dari Run4U akan digunakan untuk membantu sekitar 6.000 pengungsi yang berada di sekitar Jakarta.
Oleh
Atiek Ishlahiyah Al Hamasy
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pelayanan para pengungsi luar negeri yang tinggal sementara di Indonesia membutuhkan dana yang besar. Melalui Lembaga Daya Dharma dan Jesuit Refugee Service, donasi yang terkumpul dari kegiatan Run4U atau lari amal tahunan yang digelar Profesional dan Usahawan Katolik Keuskupan Agung Jakarta akan digunakan untuk membantu sekitar 6.000 pengungsi yang berada di sekitar Jakarta.
Direktur Jesuit Refugee Service (JRS) Indonesia Romo Martinus Dam Febrianto dalam konferensi pers ”Menyambut Pelaksanaan Run4U 2023” di Gereja Katedral Jakarta, Jumat (9/6/2023), menyatakan, JRS berkomitmen untuk terus melayani para pengungsi luar negeri di wilayah Keuskupan Agung Jakarta dalam dua tahun mendatang. Menurut dia, pelayanan terhadap pengungsi membutuhkan anggaran yang tidak sedikit.
Selama tahun 2023, JRS membutuhkan dana sekitar Rp 773 juta lebih untuk memenuhi berbagai kebutuhan dasar pengungsi, seperti makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, layanan kesehatan darurat, advokasi, koordinasi, dan peningkatan kapasitas staf JRS. Jika dihitung dengan kebutuhan tahun 2024, jumlahnya bahkan menjadi Rp 1,6 miliar lebih.
”Dana terbesar untuk para pengungsi ialah untuk kebutuhan dasar, seperti menyewa rumah atau kamar, makan, dan minum. Untuk kebutuhan tersebut, kami membantu dengan memberi uang tunai,” ujar Romo Dam.
Pada tahun 2022, sebanyak 206 pengungsi dari Afrika menerima 12 kali distribusi sembako untuk kebutuhan sehari-hari mereka. Pihak JRS Jakarta juga telah melayani 118 individu atau keluarga pengungsi dalam memenuhi kebutuhan dasar mereka, sekaligus berupaya memberikan peluang pemberdayaan.
”Kami selalu mendatangi pengungsi yang membutuhkan bantuan untuk lebih mengenal mereka. Dari asesmen yang dilakukan, kami mengidentifikasi kebutuhan mereka dan kemudian bersama-sama menentukan apa yang dapat dibuat JRS dan mereka sendiri selama pendampingan,” tutur Romo Dam.
Saat ini, wilayah Keuskupan Agung Jakarta menampung 6.000 lebih pengungsi dari berbagai negara, seperti Afghanistan, Somalia, Sudan, Irak, Iran, dan Eritrea. Para pengungsi tersebar di beberapa daerah Jakarta, seperti Tebet, Pasar Minggu, Kebayoran, Grogol, Ciputat, Serpong, dan Kalideres.
Para pengungsi meninggalkan tanah kelahiran mereka akibat mengalami persekusi. Di luar negeri, mereka hidup tanpa kepastian di masa depan.
Sebagian dari mereka juga menghadapi kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar setelah tinggal di Indonesia dalam jangka waktu yang lama. Apalagi, para pengungsi tidak diperbolehkan bekerja.
Tidak ada seseorang yang bercita-cita sebagai pengungsi. Oleh karena itu, bantuan untuk mengangkat martabat manusia yang membutuhkan sangat diperlukan.
”Kami berusaha menemukan aktivitas-aktivitas positif yang bisa mereka lakukan selama kami dampingi, termasuk peluang untuk meningkatkan kapasitas dan resiliensi mereka,” ujar Romo Dam.
JRS saat ini berkolaborasi dengan UNHCR, IOM, Suaka, BRIN, dan lain-lain untuk mendorong agar pemerintah Indonesia memiliki kebijakan yang lebih ramah terhadap para pengungsi. JRS juga ingin melayani para pengungsi di Bogor. Untuk itu, dibutuhkan anggaran hampir Rp 5 miliar setiap tahunnya.
Penanganan terkait pengungsi diatur dalam Perpres nomor 125 tahun 2016 tentang Penanganan Pengungsi dari Luar Negeri dan berada di bawah pengawasan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.
Mengangkat martabat
Uskup Keuskupan Agung Jakarta Ignatius Kardinal Suharyo menambahkan, Run4U 2023 bukan hanya sekadar kegiatan olahraga, tetapi juga merupakan kegiatan amal. Partisipasi aktif dari masyarakat saat ini sangat penting untuk mewujudkan kesejahteraan bersama, terutama bagi para pengungsi.
Menurut Suharyo, semua orang pasti ingin memperjuangkan hak asasi manusianya. Tidak ada seseorang yang bercita-cita sebagai pengungsi. Oleh sebab itu, bantuan untuk mengangkat martabat manusia yang membutuhkan sangat diperlukan.
Berdasarkan data dari Komisi Tinggi Urusan Pengungsi PBB (UNHCR) per Juni 2021, populasi pengungsi luar negeri di Indonesia mencapai 13.416 orang. Sebanyak 73 persen pengungsi saat ini berusia produktif.
Oleh karena itu, pemberdayaan pengungsi luar negeri melalui strategi pengembangan pemberdayaan dan akses keuangan inklusif berpotensi besar untuk menjadikan para pengungsi lebih mandiri.
Sementara itu, Penasihat Senior dan Perwakilan UNHCR untuk Negara-negara Dewan Kerja Sama Teluk Khaled Khalifa menyebut, tren pengungsi di dunia terus meningkat. Berdasarkan catatan UNHCR 2022, 100 juta orang di dunia terpaksa mengungsi karena perang, konflik, persekusi, dan krisis ekonomi.
Hal tersebut menyebabkan kebutuhan global UNHCR meningkat menjadi 10,2 miliar dollar AS untuk membantu sekitar 117,3 juta pengungsi di dunia. Dana sebesar itu akan digunakan untuk beberapa tujuan pembangunan berkelanjutan UNHCR, yakni tanpa kemiskinan, tanpa kelaparan, kesehatan dan kesejahteraan yang baik, pendidikan yang berkualitas, kesetaraan jender, serta pemenuhan air bersih dan sanitasi (Kompas.id, 7/3/2023).
Ketua Panitia Run4U 2023 Ken Prita Sitasari berharap Run4U 2023 dapat menggalang donasi yang dibutuhkan LDD dan JRS untuk para pengungsi. Untuk itu, pihaknya terus melakukan kampanye selama hampir tiga bulan.
Adapun Run4U 2023 yang memiliki target peserta 3.500 orang ini akan diselenggarakan dengan konsep hibrida. Prita mengatakan, pemilihan konsep hibdrida bertujuan menjangkau lebih banyak peserta dari berbagai usia, latar belakang, dan lokasi. Lari amal Run4U 2023 akan diselenggarakan secara virtual mulai 1 Juli hingga 31 Juli 2023 dan secara langsung (onsite) pada 27 Agustus 2023.