12.000 Lebih Pengungsi di Indonesia Terbantu Filantropi Islam
Tren pengungsi di dunia terus meningkat. Sepanjang 2022, sebanyak 100 juta orang di dunia terpaksa mengungsi karena perang, konflik, persekusi, dan krisis ekonomi.
Oleh
Stephanus Aranditio
·3 menit baca
PANDU WIYOGA
Seorang anak pencari suaka asal Afghanistan menenggak air minum saat demonstrasi di dekat kantor Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM), Batam, Kepulauan Riau, Kamis (6/1/2022).
JAKARTA, KOMPAS — Komisioner Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi (UNHCR) telah mengurus 1.595.778 pengungsi migran di dunia sepanjang 2022. Jutaan orang tersebut mendapatkan bantuan sebesar 38 juta dollar AS atau sekitar Rp 601,8 miliar yang berasal dari zakat dan sedekah dari filantropi Islam di seluruh dunia sepanjang 2022. Sebanyak 12.706 pengungsi di Indonesia juga turut merasakan bantuan tersebut.
Kepala Perwakilan UNHCR untuk Indonesia Ann Maryam mengatakan, sejak 2021 sudah ada 12 lembaga filantropi berbasis Islam yang terafiliasi dengan UNHCR Indonesia untuk membantu pengungsi di seluruh dunia. Filantropi Islam ini telah memberikan dampak bagi kehidupan para pengungsi dan orang-orang yang terpaksa pindah dan rentan di seluruh dunia.
”Saya sangat percaya pada kemampuan komunitas Muslim yang berada di Asia dan Pasifik untuk bersatu membantu mereka yang membutuhkan dan mendorong perubahan,” kata Ann Maryam dalam peluncuran laporan tahunan filantropi Islam UNHCR di Jakarta, Selasa (7/3/2023).
Bantuan yang terkumpul itu juga digunakan untuk mengurus 12.706 pengungsi di Indonesia yang 3.356 di antaranya anak-anak. Mereka berasal dari Afghanistan (6.990 orang), Somalia (1.307), Myanmar (913), Irak (913), Sudan (505), dan lain-lain (2.368).
Perwakilan Komisioner Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi (UNHCR) untuk Indonesia Ann Maryam bersama Penasihat Senior dan Perwakilan UNHCR untuk Negara-negara Dewan Kerjasama Teluk Khaled Khalifa saat diwawancarai media di sela acara Laporan Tahunan Filantropi Islam UNHCR di Hotel Pullman, Jakarta, Selasa (7/3/2023).
Bantuan-bantuan itu, antara lain, digunakan untuk memastikan mereka mendapatkan hak vaksinasi Covid-19. Tercatat 8.162 pengungsi di Indonesia sudah divaksin Covid-19 dua dosis. Selain itu, mereka juga mendapatkan bantuan makanan, kesehatan, pendidikan, air bersih, dan energi, hingga pendampingan untuk perbaikan hidup. Di dunia, bantuan ini telah menolong 6 juta pengungsi di 26 negara.
Presiden Human Initiative Tomy Hendrajati menuturkan, masyarakat Indonesia dengan jiwa kedermawanan yang tinggi mampu berkontribusi besar kepada para pengungsi dan orang-orang rentan di dunia. Pemerintah Indonesia juga sangat mendukung gerakan filantropi Islam untuk membantu sesama.
”Pengungsi ini adalah orang-orang yang teraniaya membutuhkan pertolongan, dan Islam itu rahmat bagi semua. Mungkin di Indonesia sendiri juga masih banyak yang membutuhkan sehingga yang di Indonesia juga menjadi perhatian kami agar tetap bermanfaat bagi semua,” ucap Tomy.
Sayangnya, tren pengungsian terus meningkat dan tidak menunjukkan tanda-tanda melambat. Dalam komunitas internasional, filantropi Islam mampu menawarkan solusi yang berharga dalam menanggapi krisis kemanusiaan.
Penasihat Senior dan Perwakilan UNHCR untuk Negara-negara Dewan Kerjasama Teluk Khaled Khalifa menyebut, tren pengungsi di dunia terus meningkat. Berdasarkan catatan UNHCR 2022, sebanyak 100 juta orang di dunia terpaksa mengungsi karena perang, konflik, persekusi, dan krisis ekonomi. Sebanyak 50 persen di antaranya dari negara-negara dengan penduduk Muslim terbanyak.
”Sayangnya, tren pengungsian terus meningkat dan tidak menunjukkan tanda-tanda melambat. Dalam komunitas internasional, filantropi Islam mampu menawarkan solusi yang berharga dalam menanggapi krisis kemanusiaan,” ucapnya.
Hal tersebut menyebabkan kebutuhan global UNHCR meningkat menjadi 10,2 miliar dollar AS untuk membantu sekitar 117,3 juta pengungsi di dunia. Dana sebesar itu akan digunakan untuk beberapa tujuan pembangunan berkelanjutan UNHCR, yakni tanpa kemiskinan, tanpa kelaparan, kesehatan dan kesejahteraan yang baik, pendidikan yang berkualitas, kesetaraan jender, serta pemenuhan air bersih dan sanitasi.
Para pengungsi pencari suaka beraktivitas di sekitar lokasi bekas penampungan sementara eks Kodim Jakarta Barat, Daan Mogot, Kamis (19/9/2019). Mereka kembali ke bekas penampungan itu setelah pada akhir bulan lalu disuruh meninggalkan lokasi tersebut oleh Pemprov DKI Jakarta.
Ali Ahmed dari Somalia menyatakan, bantuan UNHCR sangat berarti bagi mereka yang terpaksa memilih pergi dari negara mereka karena dipersekusi. Dia bersama puluhan orang lainnya menyeberangi lautan untuk mengungsi ke Indonesia, 20 tahun lalu. ”Ketika saya tiba di Indonesia, saya merasa damai, aman, dilindungi, dan diterima oleh orang lokal di sini,” katanya.
Setelah itu, kehidupannya berangsung membaik di Indonesia. Kini, Ali bekerja di Jakarta dan masih aktif membantu pengungsi yang belum mendapatkan kehidupan yang layak di Indonesia.
Perwakilan yayasan filantropi Islam dari Indonesia, Malaysia, dan Singapura turut berpartisipasi dalam acara ini. Mereka menyoroti dampak keuangan sosial Islam terhadap pengungsi dan pengungsi internal yang rentan di Asia dan di seluruh dunia.