Mereka Mencoba Mengais Rezeki dari Memanasnya Ciputat dan Ciledug
Bagi pedagang minuman dingin, cuaca panas akhir-akhir ini malah mendatangkan limpahan rezeki. Mereka mendapatkan keuntungan lebih akibat suhu yang kian tinggi.
Rasa gerah akibat kenaikan suhu yang terjadi beberapa waktu ini di beberapa wilayah Indonesia membawa berkah bagi sebagian masyarakat, terutama penjual minuman dingin. Dagangan mereka laris karena banyak masyarakat yang mencari, terutama mereka yang beraktivitas di luar rumah.
Di sekitar jembatan layang Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Banten, Rabu (7/6/2023), pukul 12.30 WIB, banyak masyarakat berlalu-lalang di bawah terik matahari serta balutan polusi. Mereka berjalan kaki, berkendara, hingga berdagang. Suhu cuaca siang itu berada pada 33 derajat celsius.
Walaupun suhu tersebut masih dikatakan normal, cuaca tetap terasa panas. Banyak masyarakat yang membawa minuman dingin untuk melepas dahaga saat melewati kawasan tersebut. Dahi beberapa di antara mereka juga mengernyit, serta terpolesi keringat.
Keadaan tersebut tentu menguntungkan bagi penjual minuman dingin atau es di kawasan tersebut. Muhammad Fauzan (48) contohnya. Pedagang minuman dingin kaki lima tersebut mengatakan, penghasilannya cenderung naik sejak tiga bulan terakhir.
Baca juga: Asia Terpanggang Panas Ekstrem, Suhu Tertinggi Indonesia Tercatat di Ciputat
Fauzan mengatakan, penghasilannya dari berjualan minuman saat cuaca panas bisa mencapai Rp 400.000 per hari. Dua kali lipat lebih besar dari biasanya. Ia menjual minuman dari harga Rp 2.000 hingga Rp 8.000.
Tak sampai 10 meter dari tempat Fauzan berjualan berdiri pula lapak dagangan Jumari (51) yang menjual es cincau. Persediaan cincau yang ia bawa juga sisa seperempat toples. Ia bahkan harus membeli es batu lagi karena kehabisan.
Pembeli dagangan di kawasan tersebut memang cukup banyak. Salah satu pembeli yang tengah memesan minuman pada Fauzan ialah warga Ciputat, Intan Yustika Sari (29). Karyawan swasta itu bak memiliki ”ritual” untuk menyempatkan diri membeli minuman dingin pada jam istirahat kerja.
Gerah tidak hanya dirasakan Intan ketika siang hari. Saat malam hari, ia juga merasakan suhu di rumahnya lebih panas dari biasanya. Bahkan, hampir setiap malam ia tidur dengan jendela kamar yang terbuka karena tidak kuat dengan suhu panas di rumahnya.
”Mungkin kalau menggunakan pendingin ruangan (AC) bisa sedikit sejuk. Namun, di rumah hanya menggunakan kipas angin sebagai pendingin,” ujar Intan.
Baca juga: Laju Kenaikan Suhu di Kaltim Tertinggi di Indonesia
Tidak hanya di Ciputat, dampak kenaikan suhu terhadap masyarakat juga terjadi di Kecamatan Ciledug, Tangerang. Salah satu pekerja yang merasakan dampak tersebut ialah pengemudi ojek daring.
Pengemudi ojek daring asal Ciledug, Albian Ashari (36), mengatakan, dirinya sering mendapat order pengantaran minuman di siang hari pada akhir-akhir ini. Padahal, biasanya ia lebih sering mendapatkan order pengantaran penumpang.
Berbeda dengan pengemudi ojek daring lain di Ciledug, Saptono (42). Cuaca panas setempat membuatnya sempat mengganti jadwal kerja dari semula pagi-sore menjadi sore-malam. Memiliki mata yang sensitif membuatnya kesulitan untuk tetap fokus saat berkendara di siang hari yang menyengat.
Perubahan aktivitas dan bahkan ada yang ketiban tambahan rezeki di Ciledug dan Ciputat ini bisa jadi karena kedua daerah ini tercatat memiliki laju kenaikan suhu lebih tinggi dari Jakarta Pusat, menurut kajian ahli iklim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Siswanto. Daerah batas antara urban-rural atau daerah pengembangan urban baru cenderung memiliki laju pemanasan suhu permukaan yang lebih tinggi dibanding wilayah lainnya (Kompas, 7 Juni 2023).
Apabila merasakan keringat berlebih, kulit kering, pucat, mual, dan lainnya, masyarakat harus segera mendinginkan tubuh dan minum banyak air putih.
Sebelumnya, BMKG mencatat, pada 17 April 2023, Ciputat, Tangerang Selatan, menjadi kota paling panas di Indonesia dengan suhu mencapai 37,2 derajat celsius. Fenomena ini terjadi akibat gerak semu matahari. Adapun suhu maksimum di Indonesia secara umum berada dalam kisaran 35-37,5 derajat celcius (Kompas.id, 19 April 2023).
Laporan terbaru dari Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) pada Rabu (17/5/2023) pun menunjukkan, suhu rata-rata global di dekat permukaan antara tahun 2023 dan 2027 akan bertambah 1,5 derajat celsius di atas tingkat praindustri (1850-1900) selama setidaknya satu tahun.
Menurut Direktur Center of Economic and Law Studies (Celious) Bhima Yudhistira Adhinegara, sektor energi terbarukan cukup banyak mendapat perhatian karena cuaca ekstrem sering dikaitkan dengan pemanasan global akibat ketergantungan energi fosil. Selanjutnya, sektor yang paling diuntungkan akibat kenaikan suhu di beberapa wilayah ialah penjualan air mineral dalam kemasan, pendingin ruangan, tabir surya (sunscreen), bisnis hotel, minuman bersoda atau dengan pemanis, hingga es krim.
Baca juga: Cuaca Panas, Kepri Waspada Kebakaran Hutan dan Lahan
”Sementara itu, sektor atau produk yang dirugikan adalah produk pertanian karena tingkat gagal panen yang tinggi sehingga membuat harga terlalu mahal pada tingkat konsumen. Contohnya, tahun 2015 saat terjadi El Nino yang memberikan dampak besar ke produksi tanaman pangan,” lanjut Bhima saat dihubungi.
Mencegah dehidrasi
Meski suhu cuaca telah menurun, Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan Allin Hendalin Mahdaniar meminta masyarakat Kota Tangerang Selatan untuk tetap waspada terhadap ancaman cuaca panas yang mungkin akan terjadi lagi. Apalagi, fenomena iklim El Nino dan Indian Ocean Dipole diperkirakan BMKG akan muncul secara bersamaan dan semakin menguat pada semester II-2023.
Baca juga: Sebagian Wilayah Berpotensi Kekeringan
Allin mengimbau agar masyarakat banyak minum air putih. Untuk mencegah dehidrasi, Allin meminta masyarakat untuk menghindari minuman berkafein, minuman beralkohol, hingga minuman manis.
Allin melanjutkan, masyarakat dapat mengenakan baju berbahan ringan, memakai topi atau payung, serta menghindari pemakaian baju berwarna gelap. Masyarakat juga diminta menghindari sinar matahari secara langsung bila keluar rumah, terutama saat cuaca panas.
”Gunakan sunscreen minimal 30 SPF pada kulit yang tidak tertutup baju sebelum keluar rumah. Sediakan pula botol semprot air yang dingin di dalam kendaraan,” kata Allin.
Selain itu, masyarakat diminta untuk sebisa mungkin berada di tempat teduh pada pukul 11.00 hingga 15.00 WIB. Kemudian, masyarakat perlu waspada bila muncul gejala sakit akibat cuaca panas. Apabila merasakan keringat berlebih, kulit kering, pucat, mual, dan lainnya, masyarakat harus segera mendinginkan tubuh dan minum banyak air putih.
Baca juga: Asia Terpanggang Panas Ekstrem, Suhu Tertinggi Indonesia Tercatat di Ciputat
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang Selatan Wahyunoto mengatakan, adanya faktor eksternal dan internal penyebab wilayah Ciputat sempat menjadi daerah terpanas di Indonesia.
Menurut Wahyu, ada dinamika atmosfer dan gelombang panas, khususnya di Asia, akibat gerak semu matahari. Selain itu, ada pula efek dari perubahan iklim dan pemanasan global yang membuat intensitas panas matahari terasa maksimal saat cuaca cerah.
”Saat ini, Indonesia memasuki pancaroba, yakni peralihan dari musim hujan menuju musim kemarau. Ini menjadi faktor eksternal. Sementara untuk faktor internal, Kecamatan Ciputat merupakan wilayah dengan keadaan elevasi terendah dari wilayah sekitarnya,” kata Wahyu.
Elevasi rendah di Kecamatan Ciputat menyebabkan perputaran angin panas saat kemarau menjadi mengendap lebih lama daripada di wilayah lain. Upaya yang tengah dijalankan pihaknya ialah antara lain menambah ruang terbuka hijau, mengurangi tutupan lahan, serta mengurangi tutupan gedung tinggi.