Satelit Nusantara 3 Siap Meluncur Pertengahan Juni 2023
Satelit Nusantara 3 atau Satelit Republik Indonesia (Satria) akan diluncurkan ke orbit pertengahan Juni 2023. Pengoperasian satelit ini diharapkan bisa menutup sebagian kebutuhan internet di Indonesia yang terus tumbuh.
Oleh
MUCHAMAD ZAID WAHYUDI
·5 menit baca
Meski sempat terhambat pandemi Covid-19 dan perang Rusia-Ukraina, satelit Nusantara 3 atau disebut juga Satelit Republik Indonesia (Satria) siap diluncurkan pertengahan Juni 2023. Satelit yang ditargetkan mulai beroperasi akhir tahun itu diharapkan bisa memenuhi sebagian kebutuhan internet di Tanah Air, khususnya untuk daerah terdepan, terpencil, dan tertinggal (3T).
Satelit Nusantara 3 (N3) akan diluncurkan ke orbit menggunakan roket peluncur Falcon 9 milik SpaceX dari Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat, pada pertengahan Juni 2023. Satelit buatan Thales Alenia Spaces Perancis itu akan ditempatkan di atas khatulistiwa pada 146 bujur timur di ketinggian 36.000 kilometer dari permukaan bumi atau di atas Samudra Pasifik di timur laut Papua.
Direktur Operasional Jaringan PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN) Heru Dwikartono saat berkunjung ke Redaksi Kompas, Rabu (24/5/2023), mengatakan, N3 saat ini sedang dalam perjalanan dengan kapal laut menuju Florida AS. Satelit ini diberangkat dari Cannes, Perancis, pada 10 Mei 2023 dan diharapkan tiba di Florida pada 26 Mei atau 27 Mei 2023.
”Setelah itu, satelit akan masuk ke fasilitas (peluncuran milik SpaceX) di Cape Canaveral untuk dirakit dengan roket peluncurnya,” katanya.
Indonesia tetap butuh satelit karena tidak semua daerah bisa dijangkau oleh jaringan serat optik.
Semula, satelit akan dikirimkan memakai pesawat kargo Antonov An-225. Namun, karena pesawat tersebut hancur akibat perang Rusia-Ukraina, pengiriman dengan kapal laut jadi pilihan. Perang juga mengganggu produksi sejumlah komponen satelit yang di beberapa negara Eropa akibat terhambatnya pasokan energi. Kendala itu akhirnya merembet pada terganggunya penyelesaian satelit secara keseluruhan.
Untuk jadwal peluncuran, jendela waktu peluncuran N3 saat ini diperkirakan pada pertengahan Juni 2023. Seiring makin dekatnya waktu peluncuran, jendela peluang akan makin mengecil hingga diperoleh hari tertentu hingga jam tertentu.
Satelit N3 diperkirakan akan mencapai posisi tetapnya di orbit geostasioner pada ketinggian 36.000 kilometer dari permukaan bumi pada 4-5 bulan setelah peluncuran. ”Metode peluncuran yang tidak konvensional ini dipilih demi mengurangi beban bahan bakar yang besar (saat satelit diluncurkan),” kata Heru.
Setelah sampai di orbit, satelit N3 akan menjalani sejumlah tes uji sebelum dioperasikan untuk melayani kebutuhan masyarakat pada akhir 2023. Satelit yang seluruh transpondernya menggunakan frekuensi Ka-band ini memiliki kapasitas 150 gigabit per detik (Gbps) dan memiliki teknologi very high troughput satellite (VHTS) yang memungkinkan proses transfer data lebih tinggi daripada sistem satelit komunikasi klasik.
N3 diperkirakan memiliki masa hidup sepanjang 15 tahun. Selama masa itu, satelit ini akan melayani sekitar 150.000 titik layanan publik di seluruh Indonesia khususnya di daerah 3T.
Titik layanan publik yang akan dilayani itu, seperti dikutip Kompas, 26 Juli 2022, terdiri dari 93.900 sekolah dan pesantren, 47.900 kantor desa, kelurahan, kecamatan, dan kantor pemerintah daerah lainnya, 3.700 puskesmas dan rumah sakit, 3.900 layanan keamanan di daerah 3T, serta 600 titik layanan publik lainnya.
Operasional
Semula, satelit N3 dikembangkan PSN sejak 2019 untuk kebutuhan perusahaan demi memenuhi kebutuhan pasar internet yang terus membesar. Pangsa pasar jasa satelit dalam negeri itu banyak dipenuhi oleh operator satelit luar negeri. Sebagai perusahaan satelit swasta pertama di Indonesia, PSN berusaha memenuhi kebutuhan pasar itu sehingga bisa mengurangi ketergantungan pada satelit asing.
Dalam proses pengembangan N3, kata Heru, pemerintah melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) mengadakan tender pengadaan satelit multifungsi untuk memenuhi kebutuhan internet seluruh masyarakat dan lembaga layanan publik, khususnya di daerah 3T. Karena itu, PSN melalui konsorsium PT Satelit Nusantara Tiga (SNT) mengikutsertakan satelit N3 dalam tender tersebut.
Direktur Strategi dan Korporasi PSN Anggarini Surjaatmadja mengatakan, untuk mengembangkan satelit N3 beserta peluncuran, pembangunan 11 stasiun bumi, operasional, dan pemeliharaan satelit, konsorsium menganggarkan dana Rp 20,7 triliun.
”Khusus untuk pembuatan satelit rata-rata membutuhkan dana 400 juta dollar AS (sekitar Rp 5,8 triliun dengan kurs Rp 14.500 per dollar AS),” katanya.
Pengembangan satelit multifungsi ini dilakukan dengan sistem kerja sama antara pemerintah dan badan usaha (KPBU). Dalam pola kerja sama ini, pemerintah akan menjadi pengguna tunggal layanan satelit N3 tersebut dan akan membayar kepada SNT setelah layanan mereka terima.
Sementara SNT bertanggung jawab membangun, mengoperasikan satelit selama 15 tahun, dan menyerahkan satelit itu ke pemerintah setelah masa hidup satelit selesai. Proses inilah yang membuat satelit N3 juga disebut sebagai Satria sesuai dengan nama yang diberikan oleh pemerintah yang nantinya akan menggunakan layanan dan memiliki satelit tersebut.
Setelah satelit N3 beroperasi, rencananya PSN juga akan meluncurkan satelit N5 pada akhir 2023. Satelit N5 ini dibuat oleh Boeing Satellite System, AS, dan juga akan diluncurkan dengan roket Falcon 9 milik SpaceX.
Meski pemerintah gencar membangun jaringan serat optik di seluruh Indonesia dan ada sejumlah operator satelit dalam negeri dan luar negeri yang beroperasi, pangsa pasar layanan satelit diyakini tetap terbuka lebar. Bahkan, saat satelit N3 dan N5 nanti beroperasi penuh, sebagian kebutuhan layanan satelit dalam negeri masih akan bertumpu pada sejumlah satelit asing.
”Indonesia tetap butuh satelit karena tidak semua daerah bisa dijangkau oleh jaringan serat optik,” tambah Anggarini.
Layanan jasa satelit nyatanya tidak hanya dibutuhkan daerah 3T. Industri perbankan di perkotaan pun masih banyak yang mengandalkan layanan satelit untuk mendukung kelancaran layanan perbankan mereka, termasuk mengoperasikan mesin anjungan tunai mereka.
Bahkan, di negara-negara maju seperti AS dan Uni Eropa, yang memiliki layanan serat optik baik dan banyak operator jasa satelit bekerja, termasuk Starlink milik Elon Musk, nyatanya industri satelit geostasioner tetap eksis. Jumlah penduduk yang besar dan ekonomi yang terus tumbuh membuat kebutuhan layanan satelit akan senantiasa ada.