Kehidupan Modern dan Perubahan Iklim Turunkan Kualitas Sperma Laki-laki
Gaya hidup modern, polusi dan pemanasan global memperburuk kualitas sperma pria. Akibatnya, gangguan kesuburan laki-laki meningkat. Masalah ini terakumulasi lintasgenerasi hingga gangguan ini akan terus naik ke depan.
Infertilitas pada laki-laki meningkat di seluruh dunia. Pemicunya, kualitas sperma mereka cenderung menurun, yaitu jumlahnya makin mengecil dan motilitas atau pergerakannya pun kian melemah. Buruknya gaya hidup dan lingkungan selama beberapa generasi membuat ketidaksuburan pada laki-laki terakumulasi dan membahayakan kesehatan manusia masa depan.
Dampak dari gangguan kesuburan pada laki-laki jauh lebih kompleks, bukan hanya perkara sulit memiliki keturunan. Banyak laki-laki menyangkal kondisi ini karena besarnya imbas pada kesehatan mental mereka. Rasa rendah diri, takut mengecewakan istri, hancurnya kepercayaan diri, hingga malu kepada keluarga dan masyarakat. Tak jarang, perasaan itu berkembang menjadi gangguan kecemasan, panik, hingga depresi.
Gangguan kesuburan pada laki-laki berkontribusi sekitar separuh dari seluruh kasus infertilitas yang ada. Persoalan ini dialami sekitar 7 persen laki-laki. Namun, masalah ini lebih jarang dibahas dibanding gangguan kesuburan pada perempuan akibat kuatnya budaya patriarki dan penabuan sosial. Konsekuensinya, banyak laki-laki dengan gangguan infertilitas hanya bisa menderita dalam diam.
Infertilitas pria adalah masalah tersembunyi. Meski populasi dunia telah berlipat ganda selama beberapa dekade terakhir, laju pertumbuhannya terus menurun. Tahun 1950, populasi dunia baru mencapai 2,5 miliar jiwa. Namun, pada 2022, jumlah penduduk Bumi telah mencapai 8 miliar orang.
Walau jumlah penduduk bertambah lebih dari tiga kali lipat dalam 70 tahun, laju pertumbuhannya terus menurun. Pertumbuhan penduduk tertinggi terjadi sekitar tahun 1960-an sampai awal 1970-an. Laju pertumbuhan penduduk dunia tertinggi terjadi tahun 1964 sebesar 2,24 persen dan turun menjadi 0,83 persen pada 2022. Ke depan, laju pertumbuhan itu akan semakin turun akibat masalah ekonomi dan sosial.
Saat ini, seperti dikutip dari BBC, 28 Maret 2023, tingkat kelahiran di seluruh dunia telah mencapai rekor terendah. Lebih dari 50 persen penduduk dunia tinggal di negara-negara dengan tingkat kesuburan di bawah ideal atau kurang dari dua anak per perempuan usia subur. Akibatnya, banyak negara dengan tingkat migrasi masuk yang rendah mulai menghadapi penyusutan populasi.
Penurunan kelahiran itu juga merupakan dampak positif dari kemandirian finansial perempuan yang makin besar dan meningkatnya kendali perempuan atas kesehatan reproduksi mereka. Sejatinya banyak pasangan di negara-negara dengan tingkat kesuburan rendah itu ingin punya anak lebih banyak, tetapi masalah sosial dan ekonomi, seperti kurangnya dukungan keluarga membuat mereka menunda kehamilan atau membatasi jumlah anak.
Pada saat bersamaan juga terjadi fekunditas atau berkurangnya kemampuan seseorang dalam menghasilan keturunan. Dari sejumlah studi, berbagai permasalahan terkait reproduktivitas laki-laki meningkat, mulai dari penurunan jumlah sperma, penurunan kadar testosteron, hingga peningkatan disfungsi ereksi dan kanker testis. Semua hal itu berkontribusi pada penurunan kesuburan pria.
Sel terspesialisasi
Ginekolog dari Universitas Dundee, Britania Raya, Sarah Martins Da Silva, mengatakan, sperma adalah sel yang sangat indah. ”Sel sperma itu kecil, suka berenang, dan bisa bertahan hidup di luar tubuh untuk beberapa waktu. Kemampuan itu membuat sel sperma sangat terspesialisasi karena tidak ada sel lain yang memiliki kemampuan itu,” katanya.
Karakter sperma yang penting dalam memengaruhi kesuburan, antara lain, motalitas atau kemampuan bergerak secara efisien, morfologi atau bentuk dan ukurannya, serta banyaknya semen dalam kadar tertentu alias jumlah sperma. Karena itu, ketiga karakter utama sperma itu yang diperiksa jika seorang laki-laki melakukan pemeriksaan kesuburan.
”Secara umum, jika jumlah sel sperma kurang dari 40 juta dalam setiap mililiter air mani, akan muncul masalah kesuburan,” tambah profesor epidemiologi di Universitas Yahudi, Jerusalem, Israel, Hagai Levine.
Jumlah sel sperma terkait erat dengan peluang kesuburan. Meski demikian, jumlah sperma yang lebih banyak juga belum tentu akan meningkatkan peluang keberhasilan pembuahan lebih tinggi. Namun, saat jumlah sel sperma berada di bawah nilai ambang 40 juta sel per mililiter air mani, peluang kesuksesan pembuahan akan menurun dengan cepat.
Secara umum, jika jumlah sel sperma kurang dari 40 juta dalam setiap mililiter air mani, akan muncul masalah kesuburan.
Studi Levine dan rekan di Human Reproduction Update edisi Maret-April 2023 menunjukkan tren global penurunan jumlah sel sperma pada laki-laki. Jumlah rata-rata sel sperma turun dari 104 juta sel per mililiter air mani pada 1973 menjadi 49 juta sel per mililiter pada 2018 atau turun 1,2 persen per tahun.
Meski demikian, sejak tahun 2000, laju penurunan jumlah sel sperma itu meningkat menjadi lebih dari 2,6 persen per tahun. ”Kita sedang menghadapi krisis kesehatan masyarakat dan kita belum tahu apa yang ada dibalik kondisi itu,” tambah Levine.
Menurut Levine, percepatan penurunan jumlah sel sperma itu disebabkan oleh perubahan epigenetik atau perubahan cara kerja gen yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan gaya hidup. Riset terpisah juga menunjukkan hal serupa, yaitu masalah epigenetik yang terkait dengan gen berperan besar dalam perubahan karakter sperma yang memicu infertilitas laki-laki.
Dari tanda-tanda yang ada, kemungkinan besar penurunan jumlah sperma itu terakumulasi lintas generasi. Gagasan perubahan epigenetik yang diwariskan ini memang kontroversial, tetapi bukti yang ada menunjukkan hal itu.
”Penurunan jumlah sperma itu menjadi tanda buruknya kesehatan laki-laki, yang artinya juga menunjukkan memburuknya kesehatan manusia. Kita sedang menghadapi krisis kesehatan masyarakat, tanpa kita tahu apakah kondisi ini bisa dibalikkkan,” kata Levine.
Baca juga: Diet Memengaruhi Mutu Sperma dengan Cepat
Dunia beracun
Penurunan jumlah dan kualitas sperma laki-laki itu nyatanya tidak hanya dipengaruhi genetika, tetapi juga lingkungan. Perubahan kecil pada tubuh atau lingkungan berdampak besar pada sel-sel sperma, terutama pada kemampuannya dalam membuahi sel telur.
Bahan kimia di sekitar rumah, seperti sejumlah material plastik, bahan penghambat kebakaran, dan beberapa barang rumah tangga biasa yang ada di sekitar rumah diduga mampu memengaruhi kesuburan pria. Beberapa bahan itu sebenarnya sudah dilarang, tetapi masih banyak yang tertinggal atau digunakan masyarakat.
Studi Rebecca Blanchard, dokter hewan dan peneliti di Universitas Nottingham, Inggris, menemukan, bahan-bahan kimia tersebut mengganggu sistem hormonal yang bisa membahayakan kesuburan anjing dan manusia. ”Berbagai bahan kimia itu menurunkan motilitas (gerakan) sperma manusia dan anjing serta meningkatkan jumlah fragmentasi asam deoksiribonukleat (DNA).”
Fragmentasi DNA sperma itu menimbulkan kerusakan materi genetik pada sperma. Kerusakan gen itu tidak hanya memengaruhi proses konsepsi atau pembentukan janin saja, tetapi juga bisa memicu keguguran saat janin ada pada usia dini.
Temuan itu sejalan dengan studi lain yang menunjukkan aneka bahan kimia yang ditemukan pada plastik, obat-obatan keluarga, rantai makanan, hingga udara bisa merusak kesuburan manusia. Kondisi ini tidak hanya berdampak pada laki-laki dan perempuan, tetapi juga pada janin karena penelitian telah mendeteksi adanya karbon hitam pada janin saat masih dalam kandungan ibunya.
Selain itu, perubahan iklim juga berdampak buruk pada kesuburan pria. Studi AP Hoang Thi dan rekan di Iranian Journal of Public Health, April 2022, menemukan suhu lingkungan yang tinggi akibat pemanasan global atau bekerja di lingkungan yang panas berakibat negatif pada kualitas sperma. Beberapa studi pada hewan pun menunjukkan sperma serangga dan manusia rentan dan mudah rusak akibat peningkatan suhu dan gelombang panas.
Tak hanya itu, gaya hidup yang buruk juga berdampak jelek pada sperma. Pola makan yang buruk, gaya hidup kurang aktif, stres, alkohol dan penyalahgunaan obat-obatan bisa membahayakan kesuburan laki-laki.
Mitos keliru tentang kesuburan laki-laki juga masih banyak beredar di masyarakat. Dalam banyak budaya, kesuburan laki-laki tidak diyakini tidak akan terganggu atau berkurang seiring dengan bertambahnya usia. Nyatanya, sama seperti perempuan, semakin tua usia laki-laki maka tingkat kesuburannya pun makin berkurang meski andropause pada laki-laki datang lebih telat dari menopause perempuan.
Untuk menjaga kesuburan pria, langkah pribadi yang bisa dilakukan pria adalah dengan aktif berolahraga dan membangun pola makan sehat. Kedua hal ini diyakini mampu meningkatkan kualitas sperma. Selain itu, Blanchard menyarankan untuk memilih makanan organik serta menghindarkan penggunaan plastik yang mengandung bisphenol A (BPA), yaitu senyawa kimia yang mengganggu kesuburan laki-laki dan perempuan.
Meski demikian, bagi laki-laki dengan gangguan kesuburan, khususnya dengan motilitas sperma yang buruk dan banyak sel sperma rusak, masih dimungkinkan untuk memiliki keturunan. Dengan metode injeksi sperma intrasitoplasmik (ICSI), sperma yang sulit untuk menembus dan membuahi sel telur akan dibantu oleh ahli embriologi untuk menyuntikkan langsung sperma terpilih langsung ke dalam sel telur.
Baca juga: Polusi Udara Mengurangi Kesehatan Sperma
Meski terapi ICSI ini mahal dengan tingkat keberhasilan yang bervariasi, upaya ini menjadi titik terang bagi laki-laki yang mengalami gangguan infertilitas. Semakin muda usia laki-laki terdiagnosis mengalami gangguan kesuburan dan semakin cepat tindakan diambil, tingkat keberhasilan usaha ini akan meningkat. Namun, mencegah penurunan kualitas sperma dengan gaya hidup sehat, pengendalian pencemaran dan pemanasan global bisa membantu lebih banyak laki-laki mencapai kebahagiaan dan kesejahteraannya.