Skema Pendanaan untuk Ekspedisi Keanekaragaman Hayati Diperkuat
BRIN memegang posisi strategis untuk memperkuat konservasi dan pemanfaatan biodiversitas Indonesia. Salah satu upaya yang dilakukan ialah meningkatkan pendanaan untuk ekspedisi dan eksplorasi keanekaragaman hayati.
Oleh
PRADIPTA PANDU MUSTIKA
·4 menit baca
CIBINONG, KOMPAS — Upaya penyelamatan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati di Indonesia terus dilakukan seiring dengan ancaman yang terus mengintai, seperti perubahan iklim dan degradasi lahan. Upaya pemanfaatan biodiversitas ini dilakukan dengan beragam cara, salah satunya dengan meningkatkan pendanaan untuk ekspedisi dan eksplorasi.
Upaya penyelamatan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati di Indonesia merupakan salah satu fokus dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Dalam rangka Hari Biodiversitas Internasional 2023 yang diperingati setiap tanggal 22 Mei, BRIN juga menyelenggarakan serangkaian acara Biodiversity Week di Kawasan Sains Teknologi Soekarno, Cibinong, Bogor, Jawa Barat.
Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengemukakan, BRIN memegang posisi strategis untuk memperkuat konservasi dan pemanfaatan biodiversitas Indonesia. Upaya ini juga sejalan dengan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2023 tentang Pengarusutamaan Pelestarian Keanekaragaman Hayati dalam Pembangunan Berkelanjutan.
Seluruh skema pendanaan tersebut dapat diakses oleh seluruh periset di Indonesia, mulai dari BRIN, perguruan tinggi, hingga industri.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan peneliti untuk penyelamatan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati ialah melalui penguatan kerja sama riset dengan peneliti dari luar negeri. Namun, pemanfaatan keanekaragaman hayati ataupun sumber daya genetik lainnya melalui kerja sama dengan peneliti asing juga harus mengedepankan aspek proporsionalitas.
”Bila perlu seluruh pendanaan untuk ekspedisi kami tanggung. Akan tetapi, harus dipastikan seluruh spesimen dan data tersimpan di negara kita,” ujar Handoko saat memberikan sambutan dalam acara Biodiversity Week di Cibinong, Senin (22/5/2023).
Menurut Handoko, BRIN menciptakan banyak skema pendanaan riset yang juga bertujuan agar ada keseimbangan proses pembelajaran dengan peneliti asing. Skema ini mulai dari hibah riset, mobilitas riset, dan berbagai transfer atau pendanaan pendukung lainnya.
Handoko menegaskan bahwa seluruh skema pendanaan tersebut dapat diakses oleh seluruh periset di Indonesia, mulai dari BRIN, perguruan tinggi, hingga industri. Seluruh periset yang akan mengakses pendanaan ini juga harus berkompetisi sehingga tidak ada hak istimewa bagi salah satu pihak, termasuk dari BRIN.
Dalam acara ini, BRIN juga meluncurkan dan menyosialisasikan program pendanaan Riset dan Inovasi untuk Indonesia Maju (RIIM) Ekspedisi. Skema pendanaan yang bekerja sama dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) ini dibuat guna mendorong perlindungan dan pemanfaatan beragam potensi di Indonesia serta meningkatkan ekosistem kolaborasi riset.
RIIM Ekspedisi merupakan pendanaan riset berbasis kompetensi dan kompetisi untuk menghasilkan data atau koleksi ilmiah. Rangkaian kegiatan yang dilakukan ialah penjelajahan dan penyelidikan lapangan secara ilmiah dengan tujuan untuk memperoleh temuan data, pengetahuan, wawasan baru, hingga sumber koleksi ilmiah terkait dengan keanekaragaman sumber daya alam, sosial-budaya, dan arkeologi di Indonesia.
Skema RIIM Ekspedisi ini memiliki tujuh tema, yaitu biodiversitas dan sumber daya hayati, kesehatan dan pengelolaan lingkungan, perubahan iklim, sumber daya geologi, kebencanaan geologi, pengungkapan potensi lokal, serta etnologi. Pelaksanaan kegiatan tujuh tema tersebut tersebar di empat kawasan strategis, di antaranya Indonesia barat, yakni Sumatera dan Jawa; Kalimantan dan Ibu Kota Nusantara; kawasan Wallacea; serta Papua.
Batasan ekspedisi
Direktur Pendanaan Riset dan Inovasi BRIN Ajeng Arum Sari mengatakan, luaran yang diharapkan dalam skema RIIM Ekspedisi ialah jurnal internasional dengan minimal indeks Q3. Kemudian luaran lainnya, seperti koleksi atau data ilmiah yang nantinya diserahkan ke Repositori Ilmiah Nasional (RIN) atau Direktorat Pengelolaan Koleksi Ilmiah BRIN.
”Terdapat batasan yang diperkenankan untuk pengajuan RIIM Ekspedisi agar tidak bentrok dengan RIIM Kompetisi. Pertama, riset dalam skema ini, yaitu riset eksplorasi berupa kegiatan atau penyelidikan ilmiah di daerah tertentu. Kemudian dapat juga terkait dengan studi lapangan, termasuk sesar gempa dan monitoring,” ujarnya.
Bentuk kegiatan dalam skema ini juga bukan berupa usulan riset berbasis laboratorium, kajian ilmiah, atau penggunaan data sekunder. Selain itu, kegiatan juga bukan merupakan pengujian alat atau hasil prototipe di lapangan. Semua kegiatan ekspedisi juga harus dilakukan dalam wilayah Indonesia.
Setiap peneliti dapat mengajukan proposal untuk mendapatkan skema ini dengan cara mengunduh format proposal di website pendanaan. Setelah itu, proposal yang telah disusun dengan sistematika disertai dokumen pengesahan secara lengkap tersebut bisa diajukan dan diunggah melalui situs pendanaan-risnov.brin.go.id.
Jangka waktu pelaksanaan riset minimal 1 tahun dan maksimal 3 tahun atau sampai 2025. Sementara seleksi proposal dilakukan pada 22 Juni-8 Agustus 2023 dan pengumuman pada Agustus 2023.
”Proposal harus menjelaskan terkait lokasi spesifik sehingga diharapkan dapat menemukan spesies baru. Stateoftheart (teknik dan metode penelitian) juga harus jelas dan mengacu pada publikasi sebelumnya apakah sudah ada spesimen di daerah tersebut,” kata Ajeng.