Anak-anak muda diajak untuk tertarik menggeluti penelitian bidang ilmu sosial. Banyak fenomena di masyarakat yang butuh perspektif peneliti dan ilmuwan ilmu-ilmu sosial.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
DOKUMENTASI ICYS
Suasana konferensi internasional untuk peneliti belia di bidang ilmu sosial yang digelar dari Denpasar Bali, pada 13-19 Mei 2023. Konferensi secara daring ini diikuti 62 siswa berusia 13 -19 tahun. Peserta berasal Indonesia, Rusia, Meksiko, Guam, India, Slovenia, Turki, Makau, dan Serbia.
JAKARTA, KOMPAS — Minat anak-anak muda Indonesia menggeluti penelitian bidang sosial terus ditumbuhkan. Sejumlah peneliti belia di bidang ilmu sosial dari Indonesia mampu unjuk gigi dengan berbagai riset sosial yang memberi solusi terhadap berbagai masalah di masyarakat.
Direktur Center for Young Scientists Indonesia Monika Raharti, Senin (22/5/2023), mengatakan, dukungan bagi peneliti belia bidang sosial di tingkat regional dan internasional telah disediakan. Pada 13-19 Mei lalu, Center for Young Scientists Indonesia yang berkedudukan di Jakarta bersama Regional Center for Young Talents ”Nikola Tesla” yang berkedudukan di Belgrade, Serbia, menyelenggarakan konferensi internasional untuk peneliti belia di bidang ilmu sosial.
Acara yang dinamakan ”6th International Conference of Young Social Scientists” (ICYSS) ini berlangsung secara virtual dari Dinas Komunikasi, Informasi, dan Statistik Pemerintah Provindi Bali di Denpasar, dengan diikuti 62 siswa berusia 13 -19 tahun. Peserta berasal Indonesia, Rusia, Meksiko, Guam, India, Slovenia, Turki, Makau, dan Serbia.
Bahkan, kebergantungan pada TikTok ini sampai mengganggu kehidupan sehari-hari dan kehidupan sosial mereka dengan orang lain.
”Acara ini bukan semata-mata lomba penelitian, melainkan lebih ditekankan pada upaya memberikan pengalaman kepada peneliti belia yang masih duduk di bangku sekolah menengah untuk saling berbagi pengetahuan dan hasil penelitian sebagaimana layaknya peneliti profesional,” kata Monika, yang juga Ketua Panitia ICYSS 2023.
Pada konferensi tersebut juga diberikan penghargaan kepada riset-riset terbaik di lima bidang sosial, yakni ekonomi, geografi, sejarah, psikologi, dan sosiologi. Evaluasi dilakukan melalui pameran poster ilmiah, presentasi ilmiah, dan tanya jawab dengan dewan juri internasional dalam bahasa Inggris melalui platform digital.
KOMPAS/RIZA FATHONI
Anak-anak peserta sesi pengenalan bahasa Inggris menyimak sajian video di RPTRA Malinjo, Pasar Minggu, Pejaten Barat, Jakarta Selatan, Rabu (8/2/2023). RPTRA ini memberikan kursus gratis bagi anak-anak waga sekitar yang dibimbing pengelola.
Tim Indonesia dibentuk melalui seleksi berjenjang tingkat provinsi dan nasional yang bernama Lomba Peneliti Belia (LPB) dan berhasil mendapat penghargaan untuk riset terbaik di bidang geografi, sejarah, dan sosiologi. Mereka menjalani pembinaan selama empat bulan oleh para dosen/peneliti dari Universitas Pendidikan Indonesia, Universitas Negeri Malang, STBA Yapari Bandung, Universitas Katolik Parahyangan, dan Universitas Udayana.
Muhammad Jaris Almazani dan Tri Bayu Aji (SMA Kolese De Britto Yogyakarta) menjadi juara 1 bidang geografi. Mereka membuat model 3D dengan teknik close range photogrammetry untuk membantu mengonservasi dan merekonstruksi kompleks Candi Banyunibo di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang sudah mulai rusak dan runtuh. Keduanya menggunakan bantuan media, seperti virtual reality (VR) atau situs internet.
Zyreen Putri Darmawan (SMP Cita Hati West Campus Surabaya) meraih juara 1 bidang sejarah. Dia berhasil meneliti hubungan antara prasangka ekonomi (economic prejudice) dan kekerasan terhadap warga Tionghoa dalam kerusuhan Mei 1998 pada masa krisis ekonomi. Dugaan adanya ketimpangan ekonomi antara etnis Tionghoa dan pribumi menyebabkan tragedi tersebut terjadi berupa perusakan dan penjarahan rumah-rumah dan toko-toko etnis Tionghoa, yang juga pada akhirnya menyebabkan etnis Tionghoa hingga saat ini cenderung memisahkan diri dari pribumi karena trauma yang membekas dari kerusuhan Mei 1998 tersebut.
Teliti TikTok
Adapun riset yang dilakukan Melody Annabelle Chaidrata dan Nadine Angelina Arianto (SMA Santa Laurensia Alam Sutera) berhasil meraih juara 1 bidang sosiologi. Mereka meneliti pengaruh validasi TikTok terhadap tingkat stres dan kecemasan remaja. Ditemukan ketergantungan remaja masa kini pada validasi TikTok betul terjadi. ”Mereka merasa diterima oleh lingkungannya, dan bahkan kebergantungan pada TikTok ini sampai mengganggu kehidupan sehari-hari dan kehidupan sosial mereka dengan orang lain,” ujar Melody.
Di bidang ekonomi, penelitian yang dilakukan Nicholas Chang (SMP Santo Nicholas Medan) meraih peringkat tiga. Dia meneliti jenis iklan yang paling efektif dilakukan. Hasilnya, jenis iklan digital lebih efektif dilakukan, selain karena target mereka adalah pengguna media sosial, iklan digital juga memiliki banyak fitur yang membuatnya lebih unggul dibandingkan iklan tradisional.
Selanjutnya, Regina Carla Neola Setiadi Nio (SMA Santa Laurensia Alam Sutera) meraih peringkat dua di bidang ekonomi. Dia meneliti tentang tingkat literasi NFT di kalangan generasi Z Indonesia. Para generasi Z cukup paham mengenai NFT, tetapi tingkat literasi yang dimiliki masih tergolong kurang. Mereka kurang melek huruf karena mereka tidak memahami cara kerja teoritis pasar NFT dan tidak mempraktikkannya. Dibutuhkan intervensi pemerintah untuk memopulerkan NFT agar generasi Z semakin familiar dengan NFT beserta penerapannya.
Sementara itu, Tsabita Rahma Faradisa dan Asna Atiyya (SMPN 2 Magelang) yang meriset di bidang sosiologi berupaya untuk memperkenalkan kepada dunia bahwa batik Magelang memiliki banyak motif yang mengandung nilai-nilai filosofis dan sosial dari komunitas lokal pembuatnya, melalui penerapan bidang keilmuan etnomatematika, yang menggabungkan konsep-konsep matematika dengan unsur-unsur budaya.
”Tujuan diselenggarakannya konferensi ini adalah untuk memperkenalkan metode ilmiah kepada siswa sekolah menengah, dan menanamkan kecintaan kepada pada riset di bidang ilmu sosial,” kata Presiden ICYSS, Nikola Srzentic.
Salah satu acara pada ICYSS 2023 adalah kuliah umum ilmiah yang disampaikan oleh dosen FISIP Universitas Katolik Parahyangan Bandung, Theresia Gunawan. Dalam paparan berjudul ”101 Research Ideas”, Theresia menekankan pentingnya mengasah kemampuan untuk menyusun pertanyaan ilmiah yang baik dalam membangun rencana penelitian dengan metodologi yang tepat. Selain itu, peneliti belia juga disarankan untuk memilih topik-topik penelitian yang benar- benar disukai dan berdasarkan pada keingintahuan yang kuat untuk dapat menjamin keberlangsungan proses penelitian hingga tuntas.