Pertemuan para tokoh agama dan masyarakat lintas iman diharapkan terus berlangsung demi memupuk sikap toleransi dari generasi ke generasi.
Oleh
Ayu Octavi Anjani
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pertemuan tokoh dan masyarakat lintas agama menjadi upaya membangun sensitivitas bersama dalam menumbuhkan toleransi di era perkembangan zaman. Pertemuan antartokoh agama diharapkan terus berlanjut sebagai wujud silaturahmi dan contoh bagi generasi muda dalam bersosialisasi.
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik Kementerian Agama Aloma Sarumaha mengatakan, persoalan toleransi menjadi milik semua pihak, mulai dari pemerintah hingga masyarakat, terlebih lembaga keagamaan. Segala upaya perlu dilakukan demi memupuk sikap toleransi, salah satunya dengan pertemuan dan diskusi.
”Tempat ibadah kita bersama, kota kita bersama, semua milik bersama, jadi perlu dijaga baik-baik, salah satunya dengan bertemu antartokoh agama secara rutin, kalau sangat jarang, akan sulit nantinya,” kata Aloma saat ditemui di sela-sela perayaan Hari Ulang Tahun Ke-216 Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) di Gereja Katedral, Jakarta Pusat, Sabtu (13/5/2023).
Lebih lanjut, Aloma berpandangan, setiap orang harus memulai tatap muka sehingga dapat beralih ke tahap selanjutnya, yaitu diskusi. Ketika sudah terjalin diskusi yang baik, akan lebih mudah membicarakan hal-hal seperti toleransi, tidak hanya agama, tetapi juga suku dan budaya.
”Misalnya, sekarang KAJ yang memulai, bisa nanti Masjid Istiqlal, wihara, dan agama-agama lain. Saat ini saja sudah anak-anak muda yang tergabung dalam Orang Muda Katolik (OMK) sudah mulai memupuk toleransi agar tetap terjaga saat ini hingga nanti, anak muda lain juga bisa,” ujarnya.
Survei Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Kompas pada 8-10 November 2022 mencatat, sebesar 76 persen masyarakat Indonesia meyakini toleransi masih terjaga. Sebagian besar responden yang diteliti, terutama anak muda, menilai masyarakat sudah menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi.
Secara rinci, sebesar 62,2 persen responden menganggap masyarakat Indonesia cukup toleran. Kemudian, sebesar 10,4 persen responden menilai masyarakat Indonesia sangat toleran. Sementara sebesar 18,7 persen responden menyatakan masyarakat Indonesia tidak toleran dan 4,3 persen menyebut masyarakat Indonesia sangat tidak toleran.
Nilai toleransi tersebut sudah mampu ditanamkan kepada generasi muda. Ini terlihat dari persepsi positif atas toleransi, cenderung lebih tinggi pada responden di bawah 40 tahun, yakni 74 persen. Persentase itu lebih besar 4 persen dibandingkan dengan golongan usia di atasnya. Pada kelompok usia kurang dari 24 tahun, persepsinya tercatat sebesar 78 persen.
Terowongan itu bukan sekadar simbol atau ikon, tetapi upaya pendekatan di antara dua agama. Setiap acara yang kami buat, pasti menghadirkan para tokoh agama dan masyarakat lintas iman.
Kepala Bidang Sosial dan Pemberdayaan Umat Masjid Istiqlal Asep Saepudin mengutarakan, kerja sama antara Masjid Istiqlal dan KAJ dibuktikan dengan adanya terowongan silaturahmi. Terowongan bawah tanah tersebut menghubungkan Gereja Katedral dengan Masjid Istiqlal sebab kedua bangunan itu berdiri berseberangan.
”Terowongan itu bukan sekadar simbol atau ikon, tetapi upaya pendekatan di antara dua agama. Setiap acara yang kami buat, pasti menghadirkan para tokoh agama dan masyarakat lintas iman,” katanya.
Kemudian, adanya silaturahmi lintas agama akan membuat kerukunan serta kedamaian terjaga. Semua komponen umat beragama diharapkan mampu menjaga kondusifitas bangsa di situasi saat ini yang tengah memanas menuju pesta demokrasi.
Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-216 KAJ, KAJ mengadakan kegiatan ”Jalan Santai Kerukunan dan Kebhinekaan Lintas Agama” bertema Syukur 216 Tahun KAJ Membangun Kesejahteraan Bersama dalam Suasana Rukun dan Damai.
Kegiatan jalan santai yang diikuti sekitar 2.500 orang dari berbagai perwakilan agama, pemerintah, dan tokoh lintas agama itu memiliki makna bahwa bangsa Indonesia harus berjalan bersama-sama menuju persatuan. Dengan mengenakan busana dari berbagai etnis di Indonesia, masyarakat berjalan santai melewati sejumlah titik hingga kembali lagi ke Gereja Katedral dari pukul 07.00-08.00.
Uskup Agung Jakarta Ignatius Kardinal Suharyo mengucapkan rasa syukurnya dapat berjalan bersama para tokoh dan masyarakat lintas iman. Keterlibatan semua pihak untuk ikut membangun persekutuan dan perdamaian di Indonesia disebut akan semakin kuat.
”Jika persekutuan dan perdamaian di antara kita terus terjadi, kebersamaan lintas agama ini dapat menjadi kesaksian. Kekaguman bangsa lain terhadap Indonesia, justru karena (nilai) kebersamaan,” ujar Ignatius saat memberikan sambutan pada HUT Ke-216 KAJ.