Perguruan Tinggi Berkolaborasi Gelar Pengabdian Masyarakat
Program Kosabangsa mendukung perguruan tinggi agar mampu berkontribusi secara nyata kepada masyarakat. Perguruan tinggi dituntut mampu menjawab kebutuhan riil masyarakat.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perguruan tinggi berperan penting mencarikan solusi dari berbagai masalah di masyarakat. Untuk itu, kesempatan perguruan tinggi dalam menjalankan Tri Dharma perguruan tinggi tidak bisa hanya dengan model kompetisi, tetapi perlu kolaborasi mengingat tingginya kesenjangan kualitas antarperguruan tinggi di sejumlah daerah.
Direktur Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Kemendikbudristek Faiz Syuaib saat peluncuran Kolaborasi Sosial Membangun Masyarakat (Kosabangsa) Tahun 2023 di Jakarta, Selasa (9/5/2023), mengatakan, perguruan tinggi diandalkan untuk menghasilkan lulusan serta ilmu pengetahuan dan teknologi yang relevan guna menjawab berbagai kebutuhan dan tantangan di masyarakat. Karena itu, Tri Dharma perguruan tinggi di bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat harus dapat dibangun dan dimanfaatkan bagi kemajuan masyarakat serta bangsa.
”Reputasi perguruan tinggi tidak hanya mampu meraih berbagai capaian dalam pendidikan, tetapi juga kehadiran perguruan tinggi dapat dirasakan oleh masyarakat sekeliling untuk mendukung pembangunan masyarakat Indonesia secara keseluruhan,” kata Faiz.
Target dari program Kosabangsa tidak hanya penerbitan artikel di jurnal terakreditasi atau video. Namun, harus dipastikan hasil riset, inovasi, dan metode yang dihasilkan perguruan tinggi bisa diimplementasikan di masyarakat.
Program Kosabangsa mendukung perguruan tinggi agar mampu berkontribusi secara nyata kepada masyarakat. Beberapa kendala produktivitas di masyarakat, seperti di bidang ketahanan pangan, kemandirian kesehatan, energi baru terbarukan, dan kemandirian ekonomi, diatasi dengan hasil penelitian dan inovasi dari perguruan tinggi.
”Pengabdian masyarakat perguruan tinggi tidak berdiri sendiri, tidak sekadar datang ke masyarakat dengan ilmu pengetahuan, inovasi, dan budaya akademik untuk proses pembelajaran masyarakat. Ketiga pilar dari Tri Dharma perguruan tinggi dibangun bersama dan saling terkait sehingga perguruan tinggi mampu menjawab kebutuhan masyarakat,” ujarnya.
Sementara itu, Koordinator Pengabdian kepada Masyarakat, Diktiristek Lutfi Ilham Ramdhani mengatakan, saat ini ada 2.157 perguruan tinggi di bawah naungan Kemendikbudristek. Dari jumlah itu, sekitar 85 persen perguruan tinggi masih berada di kluster bawah, yakni pratama dan binaan jika dilihat dari kinerja dosen, pengabdian masyarakat, publikasi, dan kekayaan intelektualnya. Adapun perguruan tinggi yang masuk kluster di atasnya meliputi kluster mandiri sebanyak 40 perguruan tinggi, utama 160 perguruan tinggi, dan madya 238 perguruan tinggi.
”Lewat program Kosabangsa, perguruan tinggi dapat saling bahu-membahu dengan berkolaborasi. Perguruan tinggi yang di kluster mandiri, utama, dan madya diharapkan dapat mengungkit yang masih di bawah, (yaitu) kluster pratama dan binaan,” ujar Lutfi.
Manfaatkan hasil riset
Program pengabdian masyarakat lewat Kosabangsa tersebut untuk mendukung pemanfaatan hasil-hasil riset dan inovasi dari perguruan tinggi dengan kolaborasi dari perguruan tinggi pendamping (yang sudah berpengalaman dalam pengembangan riset dan pengabdian masyarakat) dengan perguruan tinggi pelaksana di daerah. Kolaborasi ini membuat perguruan tinggi saling belajar dan mendukung untuk terus berkembang dan membantu pemberdayaan masyarakat secara tepat. Program dimulai sejak tahun 2022, dengan dukungan dana maksimal Rp 300 juta.
Target dari program Kosabangsa tidak hanya penerbitan artikel di jurnal terakreditasi atau video. Namun, harus dipastikan hasil riset, inovasi, dan metode yang dihasilkan perguruan tinggi bisa diimplementasikan di masyarakat.
Pada tahun 2022, ada 20 perguruan tinggi pendamping, seperti IPB University, Universitas Diponegoro, dan Universitas Gadjah Mada. Lalu, ada 21 perguruan tinggi pelaksana yang merupakan perguruan tinggi wilayah prioritas, antara lain Universitas Papua, Universitas Musamus Merauke, Universitas Samudra, dan Universitas Pattimura.
”Tolok ukur pengabdian masyarakat tidak hanya berhenti pada luaran publikasi, tapi bagaimana produk riset mampu sampai ke masyarakat, lalu dapat diterima dan berdampak secara berkelanjutan. Kami memberikan kesempatan yang sama untuk PT (perguruan tinggi) yang kondisinya beragam agar berkontribusi lewat kolaborasi ataupun penugasan,” ujar Faiz.