Komitmen perguruan tinggi untuk menyukseskan terwujudnya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals menjadi salah satu indikator pemeringkatan kampus-kampus dunia.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·5 menit baca
AP PHOTO/ELISE AMENDOLA
Suasana kampus Universitas Harvard di Cambridge, Massachusetts, Amerika Serikat, 30 Agustus 2012.
Pemeringkatan institusi perguruan tinggi di dunia terus berkembang dan tak melulu mengukur pencapaian hal-hal akademis semata. Upaya perguruan tinggi dunia mendukung terwujudnya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals dari Perserikatan Bangsa-Bangsa juga mulai menjadi salah satu tolok ukur pemeringkatan.
Kini, isu keberlanjutan merupakan salah satu reputasi perguruan tinggi yang mulai dilirik. Di kalangan anak-anak muda secara global, institusi pendidikan hingga dunia kerja yang memiliki keberpihakan pada isu sustainability dianggap keren dan menjadi salah satu faktor pertimbangan dalam membuat keputusan untuk bergabung atau tidak dalam sebuah institusi/komunitas.
Salah satu pemeringkatan perguruan tinggi dunia bergengsi Times Higher Education (THE) sejak 2019 mengeluarkan perankingan bertajuk ”THE Impact Rankings. THE merupakan satu-satunya lembaga pemeringkatan yang mengevaluasi kontribusi universitas-universitas di dunia dengan mengacu pada 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau SDGs yang dirancang oleh PBB.
Perankingan ini menilai kinerja perguruan tinggi terhadap 17 tujuan pembangunan berkelanjutan serta aspek penelitian, tata kelola, penjangkauan (outreach), dan pengajaran yang terkait SDGs. Pengumpulan data setiap metrik berasal dari berbagai sumber, termasuk data yang diajukan oleh universitas dan data bibliometric dari Elsevier.
Di pengujung April 2022, edisi keempat THE Impact Rankings 2022 menjadi pengumuman peringkat 1.406 perguruan tinggi dari 106 negara untuk merayakan universitas yang berprestasi dalam pencapaian SDGs. Penilaian ini untuk melihat dampak perguruan tinggi dunia, antara lain dalam memperkuat aksi pengurangan emisi, meluaskan akses pada pendidikan berkualitas, mengurangi ketidaksetaraan, dan membangun kemitraan untuk mewujudkan masa depan yang lebih berkelanjutan.
KOMPAS/ANDY RIZA HIDAYAT
Kawasan Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, 24 Juni 2011
Masuk Top 100
Di THE Impact Rankings 2022, sejumlah perguruan tinggi Indonesia bisa tembus top 100 dunia. Perguruan tinggi dari Indonesia, antara lain Universitas Indonesia (UI) menduduki peringkat ke-18 dunia dari sebelumnya di ranking ke-85. Ada juga Universitas Gadjah Mada (UGM) di peringkat ke-87, disusul IPB University di peringkat 101-200, di mana peringkat yang sama juga diraih Massachusetts Institute of Technology (MIT) Amerika Serikat.
Rektor UI Ari Kuncoro mengatakan, pemeringkatan THE Impact Rankings memberikan gambaran bahwa sebuah perguruan tinggi mampu mendukung pemerintah dalam pemenuhan SDGs PBB. ”Hal ini dapat mendorong semangat para sivitas akademika UI untuk semakin gencar berinovasi dan berkarya di dunia akademik,” kata Ari.
Secara terpisah, Rektor UGM Panut Mulyono mengatakan, pemeringkatan tersebut memberi kesempatan untuk menyoroti upaya universitas dalam membawa perubahan bagi komunitas dan lingkungan.
Berdasarkan hasil THE Impact Rankings 2022, peringkat ke-1 dunia diraih Western Sydney University (Australia), peringkat ke-2 Arizona State University (AS), dan peringkat ke-3 Western University (Kanada). Di posisi peringkat ke-4 diraih King Abdulaziz University (Arab Saudi) dan Universiti Sains Malaysia. Posisi ke-6 diraih University of Auckland (Selandia Baru), ke-7 Queen’s University (Kanada), ke-8 Newcastle University (Inggris), ke-9 University of Manchester (Inggris), dan ke-10 Hokkaido University (Jepang).
Hasil pemeringkatan setiap tahun menunjukkan dinamika perkembangan yang baik. Komitmen perguruan tinggi untuk berperan menyukseskan pencapaian SDGs 2030 secara global semakin kuat. Perguruan tinggi di negara berkembang pun tak kalah komitmennya dibandingkan dengan perguruan tinggi ternama di negara maju, bahkan ada yang lebih baik.
Di kalangan anak-anak muda secara global, institusi pendidikan hingga dunia kerja yang memiliki keberpihakan pada isu ”sustainability ” dianggap keren dan menjadi salah satu faktor pertimbangan dalam membuat keputusan untuk bergabung atau tidak dalam sebuah institusi/komunitas.
Wakil Rektor Western Sydney University Barney Glover mengatakan, yang dihadapi dalam SDGs merupakan masalah global. ”Universitas punya peran penting, khususnya untuk meyakinkan bahwa kita bisa memunculkan lulusan yang dapat berkontribusi untuk mencari solusi pembangunan dan merespons tantangan global,” katanya.
Barney mengingatkan pentingnya kolaborasi. ”Jangan merasa arogan bisa mengatasi sendiri. Kami bekerja keras untuk memperkuat sustainability di seluruh operasi. Peneliti kami bekerja sama untuk menciptakan daerah aliran sungai yang lebih sehat, pengembangan teknologi baterai yang super efisien dan menemukan cara yang lebih baik untuk menjalankan bisnis. Lebih dari sebelumnya, mahasiswa kami belajar bagaimana keberlanjutan bersinggungan dengan bidang studi mereka,” paparnya.
Dampak dari pemeringkatan THE Impact 2022, yaitu lebih dari 1.250 universitas secara global mendedikasikan program yang mengarah pada keberlanjutan. Wujudnya mulai dari program gelar penuh atau mata kuliah pilihan yang secara khusus berfokus pada SDGs. Tiap perguruan tinggi punya keunikan dan kekuatan dalam melakukan SDGs, pengajaran, penelitian, hingga pengabdian masyarakat.
Dari survei THE yang dituangkan dalam tulisan Ellie Bothwell bertajuk Some students 'would pay higher fees for sustainable university' , Selasa (29/4), ditemukan bahwa pelamar atau calon mahasiswa mempertimbangkan isu sustainability lebih dari faktor lain saat pendaftaran. Sustainability menjadi isu penting yang prospektif untuk mahasiswa internasional. Bahkan, mereka bersedia membayar biaya kuliah lebih tinggi untuk belajar di universitas dengan reputasi tinggi di topik tersebut.
Riset THE dilakukan kepada lebih dari 3.000 calon mahasiswa internasional pada April lalu. Secara umum, para calon mahasiswa menganggap penting untuk hidup konsisten dengan menjadi warga negara yang berkelanjutan.
Ada lebih 55 persen responden mengatakan, mereka mempertimbangkan sustainability sebagai faktor penting untuk memilih universitas. Keyakinan ini sejalan dengan anggapan mereka bahwa universitas punya peran penting dalam mencapai SDGs, juga untuk karier di masa depan karena melihat banyak perusahaan yang juga mulai mendemonstrasikan operasional bisnis berkelanjutan. Karena itu, menjadi warga negara yang berkelanjutan semakin dianggap penting.
Dalam pandangan calon mahasiswa, reputasi sustainability suatu perguruan tinggi dipandang luas dan beragam. Kebijakan dan praktik di universitas dinyatakan sebagai pertimbangan paling penting, diikuti dengan kualitas dan dampak sustainability. Hal lain yang juga menjadi pertimbangan adalah ketersediaan program yang spesifik berfokus pada sustainability atau mengajarkan program studi lintas disiplin ilmu untuk SDGs.
Lebih dari 50 persen responden menilai komitmen institusi pada keberagaman dan inklusi ketika mencari universitas yang akan dilamar. Dari survei ini terlihat bahwa isu keberlanjutan di atas faktor-faktor lain untuk memutuskan di mana akhirnya mereka akan mendaftar kuliah.
Tak hanya saat memilih tempat kuliah. Suara anak muda sebagai talenta muda di dunia kerja yang pro SDGs juga terpotret dalam survei Jobstreet berjudul Mengupas Tren Talent Global : Panduan Lengkap Tren Dunia Kerja 2021. Anak muda di Indonesia dan global peduli pada nilai-nilai sosial dan lingkungan saat memutuskan untuk bergabung di dunia kerja.
Lebih dari 50 persen anak muda secara global, termasuk Indonesia mengakses institusi dunia kerja yang berkomitmen pada keberagaman dan inklusi. Nilai-nilai sosial dan lingkungan serta keberagaman dan inklusi mulai menjadi prinsip pribadi anak-anak muda masa kini.