Kesejahteraan Mental Warga Lansia Sekarang Lebih Baik Ketimbang Masa 1990-an
Penelitian terbaru di University of Jyväskylä, Finlandia, menyebutkan, gejala depresi warga lansia masa kini menurun daripada yang hidup pada tiga dekade lalu. Warga lansia saat ini lebih puas dengan kehidupan mereka.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
KOMPAS/TATANG MULYANA SINAGA
Warga lanjut usia menghadiri peringatan Hari Lanjut Usia Nasional di Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat, Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (10/7/2019).
JAKARTA, KOMPAS — Kesejahteraan mental menjadi salah satu faktor penting dalam kehidupan warga lanjut usia atau lansia. Hal ini tak hanya berkaitan dengan diri sendiri, tetapi juga interaksi dengan orang lain. Penelitian terbaru di University of Jyväskylä, Finlandia, menyebutkan, gejala depresi warga lansia masa sekarang menurun dibandingkan yang hidup pada tiga dekade lalu.
Warga lansia saat ini lebih puas dengan kehidupan mereka. Riset oleh Pusat Penelitian Gerontologi di Fakultas Ilmu Olahraga dan Kesehatan University of Jyväskylä itu telah dipublikasikan di Journal of Aging and Health pada Maret 2023.
Studi tersebut meneliti perbedaan gejala depresi dan kepuasan hidup antara warga lansia berusia 75-80 tahun di masa sekarang dengan orang berusia sama yang hidup pada 1990-an. Hasilnya menunjukkan perempuan dan laki-laki lansia saat ini mengalami lebih sedikit gejala depresi.
KOMPAS/MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
Salah satu warga lanjut usia menulis materi tentang manfaat tempe di aula kantor Kecamatan Ujungberung, Bandung, Jabar, Rabu (29/9/2021). Di lokasi tersebut, sekitar 20 warga lansia mengadakan sekolah lansia.
Perbedaan tersebut beberapa di antaranya dijelaskan oleh persepsi kesehatan lebih baik dan pendidikan yang lebih tinggi. ”Kami menemukan warga lansia saat ini memiliki fungsi fisik dan kognitif jauh lebih baik pada usia yang sama dibandingkan dengan mereka yang lahir lebih awal (warga lansia di masa 1990-an). Hasil ini melengkapi temuan positif dalam hal kesejahteraan mental,” kata Prof Taina Rantanen dari Fakultas Ilmu Olahraga dan Kesehatan University of Jyväskylä yang dilansir dari Sciencedaily.com, Kamis (4/5/2023).
Penelitian ini membandingkan dua kelompok lansia. Kelompok pertama terdiri dari 617 orang yang lahir pada tahun 1910 dan 1914. Mereka berpartisipasi dalam studi pada 1989-1990. Kelompok kedua terdiri dari 794 orang yang lahir pada 1938-1939 dan 1942-1943. Mereka berpartisipasi dalam studi yang dilakukan pada 2017-2018.
Studi tersebut meneliti perbedaan gejala depresi dan kepuasan hidup antara warga lansia berusia 75-80 tahun di masa sekarang dengan orang berusia sama yang hidup pada 1990-an. Hasilnya menunjukkan perempuan dan laki-laki lansia saat ini mengalami lebih sedikit gejala depresi.
Dalam kedua kelompok itu, para peserta dinilai pada usia 75-80 tahun. Studi ini didanai oleh Academy of Finland and the European Research Council. Warga lansia kelompok kedua mengenyam pendidikan lebih lama dibandingkan kelompok pertama. Kecepatan berjalan dan kesehatan mental mereka juga lebih baik.
Peneliti lainnya, Tiia Kekäläinen, menyebutkan, setiap individu beradaptasi dengan situasi dan kondisi kehidupan mereka. Warga lansia saat ini merasa lebih puas dengan kehidupan mereka dibandingkan kelompok lansia pada 30 tahun lalu.
Eti (69), pedagang kue di Pasar Kebon Mlati, Jakarta Pusat, saat pulang dari belanja, Rabu (12/2/2020).
”Orang-orang yang lahir pada tahun 1910 ini telah melewati masa-masa sulit yang mungkin menjelaskan tingkat kepuasan kehidupan mereka di tahun 1990-an,” ujarnya. Hal ini dipengaruhi berbagai faktor. Warga Finlandia, misalnya, pernah terpukul oleh perang saudara pada 1918 dan Perang Dunia II pada 1939-1945.
Setelah Perang Dunia II, terjadi reformasi sosial di negara itu, termasuk penyediaan makanan sekolah gratis untuk semua anak dan akses pendidikan lebih baik. Perubahan ini tergambar dalam berbagai bidang kehidupan, seperti perkembangan teknologi dan ilmu kedokteran, peningkatan rata-rata tingkat pendidikan, perbaikan kondisi kerja, dan perubahan kebiasaan hidup.