Lautan Memanas Cepat hingga Mencapai Rekor Tertinggi
Suhu permukaan laut dunia melonjak cepat dalam sebulan terakhir rata-rata 21,1 derajat celsius yang merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah. Sementara di Indonesia, suhu lautan rata-rata 29,5 derajat celsius.
Oleh
AHMAD ARIF
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Suhu permukaan laut dunia melonjak cepat dalam sebulan terakhir, rata-rata 21,1 derajat celsius, yang merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah. Selain menandai berakhirnya La Nina berkepanjangan menuju El Nino, pemanasan lautan ini dinilai menandai fenomena ekstrem yang dipengaruhi perubahan iklim.
Laporan Climate Reanalyzer dari University of Maine, Amerika Serikat, yang diakses pada Selasa (2/5/2023) menunjukkan, kenaikan suhu permukaan laut secara cepat mulai terjadi sejak awal Maret 2023. Dalam sebulan, kenaikan suhu ini mencapai 0,2 derajat celsius.
Selama bulan April, suhu rata-rata 21 derajat celsius, dengan rekor tertinggi 21,1 derajat celsius pada 1-5 April 2023. Sebelumnya, rekor suhu permukaan laut rata-rata 21 derajat celsius pada 8 Maret 2016.
Peneliti iklim Badan Meteorologi, Klimatogi, dan Geofisika (BMKG), Siswanto, mengatakan, suhu permukaan laut di Indonesia juga menunjukkan tren peningkatan sejalan dengan kenaikan suhu lautan global. ”Saat ini suhu permukaan laut rata-rata di Indonesia mencapai 29,5 derajat celsius,” katanya.
Menurut Siswanto, rekor suhu lautan di Indonesia pernah mencapai 30 derajat celsius, terjadi pada semester pertama 2016. Rekor panas lautan saat itu terjadi setelah El Nino kuat pada 2015 yang diikuti oleh Dipole Mode Samudra Hindia yang tidak kuat pada 2016. ”Jika tahun ini terjadi El Nino kuat, ada kemungkinan rekor suhu 30 derajat celsius di perairan Indonesia ini akan terlewati,” katanya.
Ilmuwan iklim Universitas Colorado, Kris Karnauskas, sebagaimana dilaporkan AFP menyebutkan, kenaikan suhu rata-rata lautan dunia sebesar 0,2 derajat celsius terlihat kecil. Akan tetapi, kenaikan ini meliputi rata-rata lautan dunia yang merupakan 71 persen dari luas Bumi, sehingga hal ini melibatkan energi yang sangat besar.
Data pengamatan jangka panjang menunjukkan, lautan di dunia memanas. Suhu rata-ratanya semakin tinggi setiap tahun akibat pemanasan global. Berdasarkan laporan Panel Ahli tentang Perubahan Iklim (IPCC), suhu permukaan rata-rata laut dunia meningkat sekitar 0,9 celsius dibandingkan tingkat praindustri, dengan penambahan suhu 0,6 derajat celsius terjadi dalam 40 tahun terakhir.
Memanasnya suhu lautan memiliki banyak implikasi, di antaranya meningkatkan risiko menguatnya frekuensi dan intensitas badai.
Kenaikan suhu lautan ini cenderung lebih kecil dibandingkan peningkatan suhu udara di atas tanah yang telah meningkat lebih dari 1,5 derajat celsius sejak zaman praindustri. Hal ini karena lebih banyak energi yang dibutuhkan untuk memanaskan air daripada daratan dan karena lautan menyerap panas jauh di bawah permukaannya.
Faktor El Nino
Ahli iklim dari University of Pennsylvania, Michael Mann, mengatakan, kenaikan suhu yang sangat cepat saat ini berkaitan dengan kehadiran El Nino yang menggantikan La Nina. El Nino adalah pemanasan alami lautan di bagian Pasifik khatulistiwa yang mengubah cuaca di seluruh dunia dan meningkatkan suhu global.
Laporan Badan Atmosfer dan Kelautan Nasional AS (NOAA) pada April menunjukkan, El Niño-Southern Oscillation (ENSO) dalam kondisi netral. Namun, ada 62 persen kemungkinan El Niño akan berkembang antara Mei dan Juli 2023.
Ahli kelautan NOAA Gregory C Johnson mengatakan, fenomena lonjakan suhu permukaan laut sejak sebulan terakhir ini bukan hanya disebabkan El Nino. Hal ini karena kenaikan suhu terjadi sebelum terjadinya El Nino.
Selain itu, beberapa titik pemanasan laut tidak sesuai dengan pola El Nino, seperti di Pasifik utara dekat Alaska dan lepas pantai Spanyol. Lonjakan pemanasan tiba-tiba tertinggi di lautan saat ini juga terjadi di sepanjang ekuator dari Amerika Selatan ke Afrika, termasuk Samudra Pasifik dan Hindia.
Ilmuwan iklim Universitas Princeton, Gabe Vecchi, termasuk yang berpendapat bahwa kenaikan suhu lautan saat ini menunjukkan pola yang tidak biasa. ”Ini adalah peristiwa ekstrem dalam skala global,” kata dia.
Implikasi pemanasan lautan
Siswanto mengatakan, memanasnya suhu lautan memiliki banyak implikasi, di antaranya meningkatkan risiko menguatnya frekuensi dan intensitas badai. ”Siklon tropis sumber energinya di perbedaan panas di lautan,” katanya.
Para ilmuwan memperkirakan bahwa lautan yang lebih hangat akan membuat badai seperti angin topan dan siklon tropis lebih intens di masa depan, meningkatkan kemungkinan bahwa badai akan mencapai kategori 4 atau 5 pada skala kekuatan badai Saffir-Simpson.
Selain meningkatkan risiko bencana, pemanasan lautan juga akan berdampak pada biota laut. Termasuk, di antaranya, meningkatnya risiko pemutihan terumbu karang. Hal ini juga akan berdampak pada menurunnya kadar oksigen di lautan, yang pada akhirnya mengganggu kehidupan di lautan.