Bahaya Sinar Ultraviolet dan Pentingnya Tabir Surya
Lindungi diri dari bahaya sinar ultraviolet (UV) kulit terbakar dan risiko kanker kulit dengan menggunakan tabir surya. Baca selengkapnya di sini.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·5 menit baca
Terik matahari yang menyengat beberapa hari terakhir disertai dengan suhu panas yang tinggi membuat tubuh menjadi tidak nyaman. Bahaya sinar ultraviolet dari matahari pun menjadi kekhawatiran masyarakat. Imbauan untuk menggunakan tabir surya sebagai penangkal sinar ultraviolet juga semakin ramai diperbincangkan.
Penggunaan tabir surya sebagai pelindung kulit dari pajanan sinar ultraviolet memang sangat penting. Namun, masyarakat perlu memahami bahwa tinggi rendahnya indeks ultraviolet tidak berkaitan langsung dengan suhu udara. Dalam siaran pers, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan, tinggi rendahnya indeks ultraviolet (UV) tidak memberikan pengaruh langsung pada kondisi udara di suatu wilayah.
Pada wilayah tropis seperti Indonesia, pola harian indeks UV umumnya tidak berubah meskipun fenomena gelombang panas tidak terjadi. Secara umum, pola harian indeks UV berada pada kategori rendah di pagi hari. Indeks UV akan mencapai puncaknya pada kategori tinggi, sangat tinggi, sampai dengan ekstrem saat intensitas radiasi matahari berada pada tingkat tinggi di siang hari pada pukul 12.00 sampai dengan pukul 15.00.
”Intensitas radiasi matahari akan bergerak turun kembali ke kategori low (rendah) di sore hari. Pola ini bergantung pada lokasi geografis dan elevasi (ketinggian) suatu tempat, posisi matahari, jenis permukaan, dan tutupan awan,” ujar Dwikorita di Jakarta, Selasa (25/4/2023).
Ia menambahkan, faktor lainnya seperti kelembapan udara juga dapat berkontribusi lebih pada nilai indeks UV. Pada wilayah dengan kondisi perkiraan cuaca cerah berawan pada pagi sampai siang hari berpotensi memiliki indeks UV pada kategori sangat tinggi dan ekstrem di siang hari.
Apa itu sinar ultraviolet
Dalam laman resmi BMKG disebutkan, berdasarkan panjang pita gelombang cahaya matahari terdapat tiga jenis sinar UV, yakni sinar UV A, sinar UV B, dan sinar UV C. Pada sinar UV A, panjang dari pita gelombang cahaya matahari 315-400 nanometer, sementara sinar UV B 280-325 nanometer dan sinar UV C 100-280 nanometer.
Hampir seluruh sinar UV C akan tertahan pada lapisan ozon sehingga tidak sampai masuk ke permukaan Bumi. Sementara itu, sekitar 90 persen sinar UV B akan diserap oleh ozon, uap air, dan gas lain yang berada di atmosfer Bumi dan sebagian besar sinar UV A akan mencapai permukaan Bumi.
Banyaknya sinar UV yang mencapai Bumi akan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pada wilayah dengan sudut datang sinar matahari langsung, paparan sinar UV akan semakin tinggi. Selain itu, wilayah yang berada di kutub tidak banyak terpapar sinar UV.
Wilayah dengan tutupan awan yang banyak juga akan semakin kecil terpapar sinar UV. Ketebalan pada lapisan ozon di atmosfer Bumi pun sangat berpengaruh. Apabila ozon pada lapisan atas atmosfer Bumi cukup banyak, itu akan semakin baik untuk menyaring sinar UV.
Terdapat lima warna yang berbeda untuk mengukur skala bahaya dari indeks UV. Indeks UV dengan skala yang semakin tinggi akan semakin berbahaya bagi kesehatan. Pada indeks UV 0-2 dengan warna hijau memiliki risiko bahaya rendah. Pada indeks 3-5 dengan warna kuning masuk pada kategori risiko bahaya sedang.
Sementara pada indeks 6-7 dengan warna oranye memiliki risiko bahaya tinggi. Indeks 8-10 dengan warna merah berisiko sangat tinggi serta indeks lebih dari 11 dengan warna ungu memiliki risiko bahaya sangat ekstrem.
Staf pengajar di Divisi Dermatologi Geriatrik Departemen Dermatologi dan Venereologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-RS Cipto Mangunkusumo (FKUI-RSCM) Shannaz Nadia Yusharyahya dihubungi di Jakarta, Sabtu (29/4/2023), menuturkan, pajanan sinar UV, baik sinar UV A, B, maupun C, memiliki dampak buruk terhadap kesehatan, khususnya kesehatan kulit. Meski begitu, gelombang sinar UV yang semakin pendek memiliki tingkat bahaya yang lebih tinggi.
Ia menyampaikan, pajanan sinar UV bisa berdampak akut dan kronis. Dampak akut bagi kesehatan kulit dapat berupa sunburn (terbakar) serta membuat warna kulit menjadi lebih gelap (tanning). Selain itu, paparan sinar UV juga dapat membuat kulit menjadi merah, gatal, bengkak, serta timbul ruam.
”Pada jangka panjang (kronis), sinar ultraviolet dapat menyebabkan penuaan dini hingga kanker kulit. Karena itu, sebaiknya hindari pajanan sinar matahari langsung, terutama pada pukul 10.00 sampai pukul 15.00. Jika terpaksa beraktivitas di luar ruang, gunakan pakaian lengan panjang, topi, payung, kacamata hitam, serta tabir surya (sunscreen),” kata Shannaz.
Pentingnya penggunaan tabir surya
Shannaz menyarankan, tabir surya yang digunakan untuk melindungi kulit dari sinar UV setidaknya memiliki tingkat SPF minimal 30. Tabir surya dengan tingkat SPF (faktor pelindung sinar matahari) yang lebih tinggi bisa digunakan apabila harus berada cukup lama di bawah sinar matahari, seperti ketika bermain golf atau berenang.
”Penggunaan tabir surya dengan tingkat SPF di atas 50 bisa digunakan, tetapi daya lindung yang diberikan tidak jauh berbeda dengan SPF 50, sementara harganya cukup mahal. Karena itu, tabir surya dengan SPF 50 sudah cukup ketika harus terkena banyak sinar matahari,” tuturnya.
Pemilihan tabir surya juga dianjurkan yang memiliki keterangan PA+++ untuk seseorang yang harus beraktivitas ke luar ruangan. Keterangan tersebut menunjukkan tingkat perlindungan sinar UV A dengan spektrum yang luas. Perlindungan dengan spektrum yang lebih rendah bisa dipilih apabila hanya beraktivitas di dalam ruangan.
Penggunaan tabir surya tetap dianjurkan sekalipun hanya beraktivitas di dalam ruangan. Itu karena paparan sinar ultraviolet dapat masuk melalui jendela. Tabir surya yang tahan air (water resistant) juga bisa digunakan bagi seseorang yang mudah berkeringat atau bagi seseorang yang sedang berenang. Tabir surya dapat digunakan pula pada anak di atas enam bulan sesuai dengan aturan pakai yang dianjurkan.
Pada jangka panjang (kronis), sinar ultraviolet dapat menyebabkan penuaan dini hingga kanker kulit. Karena itu, sebaiknya hindari pajanan sinar matahari langsung, terutama pada pukul 10.00 sampai pukul 15.00.
Shannaz menuturkan, penggunaan tabir surya harus sesuai dan tepat. Tabir surya yang digunakan untuk pemakaian satu wajah setidaknya sebanyak satu ruas jari. Sementara tabir surya untuk penggunaan pada wajah dan leher memerlukan dua ruas jari.
”Kalau seluruh tubuh, banyaknya tabir surya yang harus digunakan sampai satu sloki (gelas kecil). Pemakaian tabir surya juga perlu diulang setiap dua jam sekali, apalagi ketika berada di luar ruangan,” ujarnya.
Shannaz pun tidak menyarankan seseorang secara sengaja berjemur di bawah sinar matahari langsung. Pajanan sinar matahari memang bisa bermanfaat bagi kesehatan, seperti untuk membantu tubuh memproduksi vitamin D. Namun, manfaat itu membutuhkan waktu pajanan dan besar energi sinar UV tertentu. Dampak buruk dari pajanan sinar matahari bisa lebih besar daripada manfaat yang didapatkan jika dilakukan dalam jangka panjang.
”Sebaiknya jangan secara sengaja berjemur di bawah sinar matahari, terutama pada pukul 10.00 sampai pukul 15.00. Itu bisa merusak kulit kita pada jangka panjang. Ada cara lain yang bisa dilakukan untuk mendapatkan vitamin D, seperti melalui makanan atau suplemen,” katanya.