Musik Ciptakan Suasana Kondusif untuk Belajar dan Tidur
Musik bertempo lambat dengan pola yang berulang-ulang dapat membantu menurunkan detak jantung dan mengurangi stres. Selain itu, jenis musik tersebut juga menciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar dan tidur.
Oleh
Agustinus Yoga Primantoro
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Layaknya sebuah pakaian, musik menjadi elemen yang melekat dalam aktivitas sehari-hari orang pada umumnya. Di setiap aktivitas, mulai dari mengerjakan tugas, membaca berita, bercengkerama, belajar, hingga saat tidur, mendengarkan musik dapat menghadirkan gairah, emosi, serta menciptakan suasana hati yang beragam.
Hasil penelitian dari Aarhus University menunjukkan, orang-orang cenderung mempunyai kesamaan pilihan musik, baik pada saat belajar maupun relaksasi sebelum tidur. Dari analisis data layanan streaming Spotify, genre musik yang paling sering didengar pada kedua aktivitas tersebut adalah pop, lo-fi, klasik, dan ambient.
Penelitian bertajuk Music that is used while studying and music that is used for sleep share similar musical features, genres and subgroups ini diterbitkan di jurnal Scientific Reports pada 20 Maret 2023. Para penelitinya, antara lain, Rebecca Jane Scarratt, mahasiswa doktoral di Center for Music in the Brain at Aarhus University; Assistant Professor Department of Clinical Medicine at Aarhus University Ole Adrian Heggli; dan Professor Department of Clinical Medicine at Aarhus University Peter Vuust.
Dengan menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif, penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pilihan musik saat belajar dan tidur berdasarkan lagu, genre, dan fitur audio. penelitian ini berfokus untuk menentukan kesamaan sekaligus perbedaan karakteristik musik yang digunakan untuk tidur dan belajar, beserta parameternya.
Data untuk penelitian tersebut dihimpun dari daftar putar Spotify yang tersedia untuk umum dengan menggunakan paket Python GSA49 yang diatur secara otomatis sesuai ketentuan. Selanjutnya, para peneliti membandingkan tiga dataset untuk menentukan perbedaan dan persamaan antara daftar putar belajar yang baru dibuat, dataset daftar putar tidur, dan dataset streaming musik untuk musik secara umum.
”Studi kami menunjukkan bahwa musik untuk belajar dan musik untuk tidur memiliki banyak kesamaan dalam hal lagu, genre, dan fitur audio. Kesamaan ini tampak dari musik sebagai pencipta suasana yang menyenangkan, tetapi tidak terlalu mengganggu, sehingga memungkinkan seseorang untuk fokus belajar dan relaksasi untuk tidur,” kata Rebecca, dikutip dari Sciencedaily, Jumat (28/4/2023).
Menurut para peneliti, musik yang digunakan untuk tidur berkaitan dengan meningkatnya masalah tidur sehingga mendengarkan musik dianggap dapat membantu untuk tertidur atau meningkatkan kualitas tidur. Dari hasil kajian, sekitar 46 persen responden mengatakan, mereka mendengarkan musik agar tertidur dan aktivitas tersebut dapat meningkatkan kualitas tidur di seluruh populasi orang dewasa.
Penelitian kami memberikan titik awal untuk mengeksplorasi dampak musik terhadap kondisi kognitif dan emosional kita, termasuk hal itu dapat meningkatkan kehidupan kita sehari-hari.
Di sisi lain, musik untuk belajar mengalami lonjakan popularitas setelah diperkenalkannya Mozart Effect, yaitu efek mendengarkan musik yang diyakini dapat meningkatkan kinerja kognitif untuk sementara waktu. Dikatakan bahwa mendengarkan Mozart's Sonata for Two Pianos in D major, K.448 (Mozart K.448) dapat meningkatkan kinerja pada tugas kognitif spasial yang termasuk dalam tes IQ.
Berdasarkan hipotesis mood-arousal, efek tersebut justru didapat dari peningkatan gairah yang disebabkan oleh musik yang menyenangkan. Mood-arousal adalah teori psikologi yang menganggap musik dapat memengaruhi suasana hati dan emosi seseorang.
Suasana hati adalah mediator peningkatan kinerja kognitif, bukan kekuatan mistik dari musik klasik. Dengan kata lain, musik dengan kompleksitas rendah, tidak mengandung kata-kata, nada suara yang stabil, serta minimnya perubahan tempo dan amplitudo akan memberikan efek terbaik pada kinerja kognitif.
Selanjutnya, dari survei yang melibatkan 140 responden, musik yang didengarkan orang saat belajar sangat bervariasi, seperti musik non-vokal, vokal, musik yang tenang, jazz, pop, klasik, dan musik yang bersemangat. Genre-genre ini sebagian besar tumpang-tindih dengan genre yang ada dalam daftar putar musik yang digunakan orang sebagai alat bantu tidur.
”Aktivitas tidur dan belajar melibatkan proses kognitif, suasana hati, serta keinginan status yang berbeda. Musik untuk tidur menginduksi relaksasi, membantu proses tidur, sedangkan musik untuk belajar menginduksi tingkat gairah yang optimal tanpa mengganggu pendengar yang sedang belajar, sehingga membantu kinerja kognitif,” tulis para peneliti.
Kemudian, dari data yang dihimpun daftar putar di Spotify, terdapat 225.626 lagu dari 985 daftar putar yang menyertakan kata kunci ”sleep”, ”sleepy”, atau ”sleeping” pada judul atau deskripsinya. Dari jumlah tersebut, 130.150 lagu adalah unik dan berisi sembilan fitur audio yang sama dengan dataset musik belajar.
Di sisi lain, dataset musik belajar berisi 172.819 lagu yang tersebar di 790 daftar putar dengan 109.628 lagu unik di dalamnya. Sementara data Sesi Streaming Musik berisi sekitar 3,7 juta lagu unik yang dikumpulkan selama beberapa minggu pada tahun 2019.
”Dataset musik belajar dan musik tidur memiliki total 21.872 lagu. Lagu-lagu ini sebagian besar adalah lagu lo-fi dan pop,” tulis para peneliti.
Relaksasi otak
Dari hasil analisis daftar lagu yang digunakan untuk belajar atau relaksasi sebelum tidur, para peneliti menemukan, kedua jenis musik tersebut memiliki karakteristik yang sama, seperti tempo yang lambat dan pola yang berulang. Kesamaan tersebut dapat dikaitkan dengan efek menenangkan dan rileks pada otak.
Tempo yang lambat dan pola musik yang berulang-ulang dapat membantu menurunkan detak jantung dan mengurangi stres. Selain itu, jenis musik tersebut juga menciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar dan tidur.
Menurut Rebecca Jane Scarratt, temuan ini menjadi awal dari tren penelitian baru untuk membandingkan musik dalam aktivitas yang berbeda. Penelitian ini juga memberikan pemahaman mengenai pengaruh musik terhadap kondisi kognitif dan emosional.
”Meski masih membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk memahami hubungan antara musik dan proses kognitif, penelitian kami memberikan titik awal untuk mengeksplorasi dampak musik terhadap kondisi kognitif dan emosional kita, termasuk bagaimana hal itu dapat meningkatkan kehidupan kita sehari-hari.” kata Rebecca.
Temuan ini sekaligus menjelaskan perbedaan antara bagaimana musik diasumsikan dalam teori dan bagaimana musik benar-benar digunakan dalam praktiknya. Dari kumpulan data berbasis Spotify tersebut, para peneliti dapat menemukan kesamaan antara musik yang digunakan dalam dua konteks berbeda.