Hipertensi pada Usia 30-an Picu Pemburukan Otak Saat Lansia
Hasil studi terbaru menunjukkan, seseorang yang memiliki hipertensi atau tekanan darah tinggi di usia 30-an akan memicu pemburukan kesehatan otak saat usia 75 tahun. Risiko ini juga lebih mudah menyerang pria.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Hasil studi terbaru menunjukkan, seseorang yang memiliki hipertensi atau tekanan darah tinggi di usia 30-an akan memicu pemburukan kesehatan otak saat usia 75 tahun. Dampak dari hipertensi untuk otak ini jauh lebih rentan menyerang pria dibandingkan wanita.
Dampak hipertensi bagi kesehatan otak lansia tersebut tertuang dalam hasil studi yang dipimpin para peneliti University of California-Davis Health (UC Davis), Amerika Serikat. Laporan lengkap studi tersebut telah dipublikasikan di jurnal JAMA Network Open, 3 April 2023.
Dalam studi ini, para peneliti membandingkan pemindaian otak magnetic resonance imaging (MRI) orang dewasa dengan rentang usia 30-40 tahun. Mereka kemudian dibagi dalam dua kelompok, yakni yang memiliki riwayat hipertensi dan yang memiliki tekanan darah normal.
Mengidentifikasi risiko yang dapat dimodifikasi dan faktor pelindung selama hidup adalah kunci untuk mengurangi beban penyakit.
Para peneliti menemukan bahwa kelompok dengan riwayat hipertensi memiliki volume otak regional yang secara signifikan lebih rendah dan integritas materi putih yang lebih buruk. Kedua faktor tersebut berkaitan erat dengan risiko demensia atau penurunan daya ingat pada lansia.
Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa perubahan otak negatif di beberapa ruang seperti penurunan volume materi abu-abu dan volume korteks frontal lebih kuat terjadi di kelompok pria. Mereka mencatat, perbedaan tersebut kemungkinan terkait dengan manfaat perlindungan estrogen sebelum menopause.
Asisten profesor di Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat University of California-Davis, Kristen M George, menjelaskan, tekanan darah tinggi adalah faktor risiko yang sangat umum dan dapat diobati serta berkaitan erat dengan demensia. Studi ini menunjukkan status hipertensi pada masa dewasa awal penting untuk kesehatan otak beberapa dekade kemudian.
”Pengobatan untuk demensia sangat terbatas. Oleh karena itu, mengidentifikasi risiko yang dapat dimodifikasi dan faktor pelindung selama hidup adalah kunci untuk mengurangi beban penyakit,” kata George yang juga penulis pertama studi ini dalam situs resmi UC Davis dan dikutip Senin (24/4/2023).
Studi ini dilakukan dengan melihat data dari 427 peserta dari Kaiser Healthy Aging and Diverse Life Experiences (KHANDLE) dan Study of Healthy Aging in African American (STAR). Melalui data ini, para peneliti bisa mendapat data kesehatan dari tahun 1964-1985 untuk kelompok ras beragam orang dewasa, yakni Asia, hitam, Latin, dan kulit putih yang beragam.
Para peneliti juga memperoleh dua pembacaan tekanan darah dari peserta saat mereka berusia antara 30 dan 40 tahun. Hal ini memungkinkan peneliti untuk melihat setiap peserta yang menderita hipertensi, beralih ke hipertensi, atau memiliki tekanan darah normal pada saat muda.
Selain itu, pemindaian MRI dari para peserta yang dilakukan antara 2017 dan 2022 juga memungkinkan peneliti untuk mencari biomarker neuroimaging akhir dari neurodegenerasi dan integritas materi putih. Ditemukan penurunan volume materi abu-abu serebral yang signifikan terlihat pada pria dan wanita dengan hipertensi tetapi lebih kuat pada pria.
Faktor risiko
Rachel Whitmer, penulis senior studi tersebut yang juga Direktur Asosiasi Pusat Penyakit Alzheimer UC Davis mengatakan, hasil studi ini benar-benar menunjukkan pentingnya faktor risiko pada usia seseorang. Agar seseorang dapat menua dengan baik, mereka perlu menjaga diri dan menjauhi risiko hipertensi.
”Kami senang dapat terus mengikuti para peserta ini dan mengungkap lebih banyak tentang apa yang dapat dilakukan seseorang di awal kehidupan. Dengan begitu, mereka bisa mempersiapkan diri menghadapi penuaan otak yang sehat di akhir kehidupan,” kata Whitmer.
Tingkat tekanan darah tinggi setiap orang bervariasi berdasarkan jenis kelamin dan ras. Data selama ini menunjukkan, sekitar 50 persen pria memiliki riwayat hipertensi dibandingkan dengan 44 persen wanita.
Selain itu, tingkat hipertensi sekitar 56 persen pada orang dewasa berkulit hitam, kemudian 48 persen pada orang dewasa kulit putih, dan 46 persen pada orang dewasa Asia, serta 39 persen pada orang dewasa Hispanik. Sebanyak lebih dari 50 persen orang Afrika-Amerika berusia 35-64 tahun juga lebih berisiko mengalami hipertensi daripada orang kulit putih.