Ingatan Palsu Dapat Muncul Sesaat Setelah Peristiwa
Ingatan jangka pendek tidak selalu dapat menjadi representasi yang akurat dari apa yang baru saja dialami. Sebab, ingatan itu justru dibentuk oleh apa yang kita harapkan untuk dilihat.
Oleh
Agustinus Yoga Primantoro
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebuah studi baru mengungkapkan bahwa manusia dapat salah mengingat suatu peristiwa dalam hitungan sepersekian detik setelah kejadian itu terjadi. Ini terjadi karena manusia dapat menghasilkan ingatan palsu sesaat setelah peristiwa.
Para peneliti menyebut fenomena itu sebagai short-term memory (STM) illusions atau ilusi ingatan jangka pendek. Seperti dilansir dari livescience.com, Jumat (14/4/2023), kajian tersebut dilakukan oleh dosen Department of Brain and Cognition University of Amsterdam, Marte Otten; dosen Sussex Centre for Consciousness Science School of Engineering and Informatics University of Sussex, Anil K Seth; dan dosen Canadian Institute for Advanced Research, Yair Pinto.
Kajian tersebut kemudian diterbitkan oleh Plos One pada 5 April 2023 dengan judul ”Seeing Ɔ, remembering C: Illusions in short-term memory”. Menurut mereka, dalam mengingat peristiwa yang telah terjadi, manusia cenderung membayangkannya berdasarkan prasangka ketimbang mencatatnya secara akurat.
”Ilusi memori ini tampaknya berasal dari pengetahuan umum dan bukan dari kesamaan visual yang dilihat. Secara keseluruhan, hasilnya menunjukkan bahwa pengetahuan umum dapat membentuk ingatan bahkan ketika ingatan baru saja terbentuk,” ujar mereka dalam jurnal.
Penelitian mengenai ingatan jangka pendek itu dilakukan dengan menguji sebanyak 534 orang. Dalam rangkaian empat percobaan, tiap-tiap orang diminta untuk menghafal urutan huruf abjad Latin.
Di setiap babaknya, para peserta akan diperlihatkan kumpulan surat bertuliskan huruf-huruf yang disusun secara melingkar. Kemudian, para peserta akan mendapat instruksi huruf mana yang harus mereka ingat dari sebuah kotak yang muncul di posisi tertentu dalam di dalam lingkaran.
Para peserta harus mengingat identitas huruf beserta arahnya lantaran beberapa huruf dicerminkan menghadap ke belakang. Selain itu, peserta turut diperlihatkan kumpulan surat yang tidak relevan sebelum ingatan mereka diuji.
Percobaan ini menunjukkan bahwa harapan dapat membentuk representasi perseptual dalam skala waktu yang singkat dan mengarah pada apa yang kita sebut sebagai ilusi memori jangka pendek (STM). Ilusi ini muncul ketika peserta melihat tampilan ingatan yang berisi huruf asli dan palsu atau huruf cermin.
”Sepertinya, ingatan jangka pendek tidak selalu dapat menjadi representasi yang akurat dari apa yang baru saja dialami. Sebab, ingatan itu justru dibentuk oleh apa yang kita harapkan untuk dilihat, langsung dari pembentukan jejak ingatan pertama,” tulis para peneliti.
Ketika para peserta diminta untuk mengingat apa yang mereka lihat setengah detik kemudian, kesalahan mereka di bawah 20 persen. Kemudian, tingkat kesalahan ini melonjak hingga 30 persen ketika mereka ditanya tiga detik kemudian.
Setelah memberikan jawaban, para peserta juga diminta untuk menilai kepercayaan diri mereka mulai dari sangat rendah hingga sangat tinggi atas apa yang telah mereka tebak dengan benar. Hasilnya, sebanyak 37 persen peserta menjawab dengan sangat percaya diri telah membalikkan huruf ke posisi semula.
Untuk mengonfirmasi temuan tersebut, para peneliti kembali mengulangi tes di tiga percobaan serupa dengan 348 orang berbeda. Hasilnya, para peserta menunjukkan kecenderungan yang sama dengan percobaan sebelumnya.
”Percobaan ini menunjukkan bahwa harapan dapat membentuk representasi perseptual dalam skala waktu yang singkat dan mengarah pada apa yang kita sebut sebagai ilusi memori jangka pendek (STM). Ilusi ini muncul ketika peserta melihat tampilan ingatan yang berisi huruf asli dan palsu atau huruf cermin,” ujar para peneliti.
Dalam beberapa detik setelah tampilan memori menghilang, kesalahan memori dengan kepercayaan yang tinggi meningkat secara substansial. Selain itu, kesamaan visual bukanlah penyebab utama dari bias memori ini, melainkan pengetahuan umum.
Pembalikan huruf secara mental dengan kepercayaan diri yang tinggi merupakan kesalahan paling umum. Hal ini menjadi sebuah tanda bahwa otak manusia mencatat pengalaman berdasarkan gagasan yang telah ada sebelumnya. Selanjutnya, para peneliti akan merancang eksperimen untuk menunjukkan penyesuaian memori jangka pendek yang serupa dalam pengaturan dunia nyata terkait dengan rangsangan visual dan bahasa.