Kedermawanan masyarakat Indonesia "semakin menjadi" dengan perkembangan teknologi. Kampanye di media sosial serta kemudahan berdonasi secara daring membuat publik tidak ragu mengulurkan tangan.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·4 menit baca
Warganet kembali menunjukkan solidaritas untuk mengulurkan tangan ke orang-orang yang butuh bantuan. Dengan kampanye digital dan ajakan berdonasi secara daring, puluhan juta rupiah berhasil dikumpulkan dan disalurkan ke mereka yang kesulitan.
Warga Kampung Rancailat, Tangerang, Banten, Ebah (32), merupakan salah satu penerima donasi yang diberi ribuan warganet yang tak ia kenal. Donasi itu ia terima mewakili anaknya yang mengalami hidrosefalus, M Khoir Abid (1).
Suatu waktu, teman suami Ebah mengunggah kondisi Khoir ke media sosial. Unggahan tersebut mendapat perhatian warganet dan Kementerian Sosial. Pihak kementerian lalu mengajak Kitabisa.com, platform penggalangan dana dan donasi digital untuk membantu Khoir.
Khoir akhirnya menerima Rp 70 juta yang disalurkan melalui Kitabisa.com untuk biaya penunjang pengobatan dan keperluan lain. Ia juga menerima bantuan makanan, mainan, pakaian, dan uang operasional untuk perawatan medis senilai Rp 8,7 juta dari Kementerian Sosial.
Bagi Ebah, bantuan ini sangat berarti bagi keluarganya. Ebah dulu mencari nafkah dengan berdagang, sementara suaminya bekerja di pabrik besi. Warung itu kini ditutup karena Ebah ingin fokus mengasuh Khoir. Adapun suaminya kena PHK (pemutusan hubungan kerja) karena kerap tidak masuk kerja untuk mengantar Khoir ke rumah sakit.
Ebah mengatakan, kesehatan Khoir mesti diperiksa sekali dalam seminggu. Meski biaya kesehatan ditanggung Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, masih ada biaya lain yang ditanggung orangtua Khoir seperti biaya transportasi.
“Kami tinggal di Kampung Rancailat, (jaraknya) sekitar satu jam dari RSUD Balaraja. Biasanya kami ke rumah sakit naik motor, tapi kadang sewa mobil seharga Rp 300.000 per hari,” kata Ebah di Jakarta, Kamis (13/4/2023). “Bantuan ini sangat meringankan kami. Tidak sangka kami akan dibantu,” tambahnya.
Selain Khoir, ada dua anak dengan gangguan kesehatan lain yang menerima bantuan, yaitu Nayla Murti (1) dan Indra Lesmana (17). Nayla lahir tanpa lubang anus dan vagina, sementara Indra mengalami disabilitas ganda karena virus Rubella.
Nayla menerima bantuan sebesar Rp 72 juta dari Kitabisa.com dan Rp 9,32 juta dari Kementerian Sosial. Adapun Indra menerima Rp 59 juta dari Kitabisa.com serta Rp 10,4 juta dari Kementerian Sosial.
Bantuan tersebut diberikan ke rekening bank keluarga atau wali masing-masing anak. Bantuan pun bakal diberikan secara bertahap, yakni sekitar Rp 4 juta per bulan. Bantuan juga akan disalurkan dengan pendampingan yayasan sosial terkait.
Hospital Coordinator Kitabisa.com Diah mengatakan, jumlah bantuan untuk masing-masing anak berbeda karena pemberian para donatur pun berbeda-beda. Ia menambahkan, platformnya segera membuat kampanye untuk berdonasi di internet setelah Kementerian Sosial menghubungi mereka. Sumbangan para donatur pun terkumpul dalam waktu beberapa minggu.
“Setelah campaign, kami iklankan di media sosial untuk mencari donatur. Biasanya tidak sampai tiga bulan (pengumpulan donasinya), tapi campaign satu dengan lainnya tidak bisa disamaratakan,” tutur Diah.
Sementara itu, Menteri Sosial Tri Rismaharini mengucapkan terima kasih kepada para donatur. Ia juga mengapresiasi warganet dan media yang telah memberitahukan keberadaan anak-anak yang butuh bantuan ini ke pihak kementerian.
“Biasanya humas kami melakukan media scanning (di) media sosial, kemudian (informasinya) ditaruh di grup (percakapan), lalu saya disposisi,” kata Risma.
Kedermawanan
Bantuan bagi Khoir, Nayla, dan Indra merupakan salah satu contoh kedermawanan orang Indonesia. Sebelumnya, masyarakat telah berulang kali menunjukkan kedermawanan terhadap sesama, khususnya di masa krisis seperti pandemi Covid-19 atau saat bencana.
Adapun Indonesia dinyatakan sebagai negara paling dermawan di dunia pada 2022. Hal ini sesuai Indeks Kedermawanan Dunia (WGI) 2022 oleh Charity Aid Foundation yang dirilis pada Oktober 2022. Indonesia mengantongi skor kedermawanan sebesar 68 persen, sementara skor negara di peringkat 2-10 antara 49-61 persen.
Masyarakat komunal (memandang), jika saya sakit, maka kamu akan sakit, begitu pula sebaliknya.
Sebelumnya, peneliti dan pengamat sosial Universitas Indonesia (UI) Devie Rahmawati mengatakan, masyarakat Indonesia bersifat komunal. Itu sebabnya mayoritas masyarakat memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Masyarakat pun tidak segan membantu sesama, bahkan orang yang tidak dikenal.
“Masyarakat komunal (memandang), jika saya sakit, maka kamu akan sakit, begitu pula sebaliknya. Jadi, masyarakat komunal melihat masyarakat seperti tubuh. Jika mata sakit, maka seluruh tubuh akan sakit. Jika jempol sakit, maka semua akan terasa tidak enak dan sakit,” ucap Devie saat diwawancarai pada 13 Oktober 2022.
Menurut pemerhati budaya dan komunikasi digital UI Firman Kurniawan, media digital saat ini memfasilitasi kedermawanan masyarakat. Kemudahan berdonasi secara daring pun membuat publik tak ragu berdonasi (Kompas.id, 14/10/2022).